"Mad, lo nemu Lisa di mana, sih? Galak bener anjing, tangan gue sampe berdarah digigit doi."
Pertanyaan tersebut segera Yuda lemparkan selepas Mada menuntaskan ritualnya di kamar mandi. Sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk, Mada perhatikan sejenak Yuda yang tengah memberi makan Nami--hamster miliknya--dan Lisa. Dua makhluk mini berbulu tersebut berada di kandang yang terpisah. Atau lebih tepatnya, di dalam akuarium bekas yang dulu pernah Uta gunakan untuk memelihara ikan--yang pada ujungnya tidak ada yang berhasil bertahan sampai sekarang.
Mada meloloskan dengkusan malas sebelum membalas, "Nemu nemu, lo pikir anak pungut? Gue beli di pet shop anjir." Ia lantas menghampiri Yuda, berdiri di sampingnya seraya berkacak pinggang. "Elo tampangnya nyeremin kali, makanya dikira ancaman. Perasaan Lisa anteng-anteng aja kalau gue yang pegang."
"Bangsat," Yuda segera mengumpat. "Tampang udah cocok gabung circle Rey Mbayang begini dikata nyeremin."
Sontak Mada pun mengernyit jijik. Sialnya adalah wajah Yuda memang tampak seperti soft boy berhati baik yang cara bicaranya lembut dan selalu menjaga tutur katanya. Namun sayang, akhlaknya sangat berbanding terbalik dengan apa yang terlihat dari luar. Mada masih ingat betul saat ia pertama kali mengenal Yuda di semester satu. Dirinya sudah langsung merasa tertipu pada hari berikutnya kala mendengar seberapa banyak kata kasar yang terlempar dari mulut sang kawan.
"Minimal nggak dikit-dikit ngomong anjing sih, Yud," Mada membalas tanpa ragu, menyindirnya secara terang-terangan.
"Maksimalnya?"
"Sadar diri."
"Anjing."
Segera saja Mada sedikit memiringkan kepala, melihat Yuda dengan tatapan yang seolah berkata, "Kan, kan, baru juga gue bilangin!"
Yuda kemudian melengos ke dapur usai memberi makan Lisa dan Nami, membuka kulkas dan mengeluarkan camilan dari sana. Sementara itu Mada masih di tempatnya, memerhatikan kedua hamster tersebut yang tengah sibuk menyantap makan paginya.
Mada tak tahu mengapa ia mendadak tertarik untuk memelihara seekor hamster semenjak Yuda tahu-tahu saja membawa pulang Nami ke kontrakan. Mada hanya terkesan bahwa makhluk sekecil itu nyatanya sangat lincah dan menggemaskan. Cara mengurusnya pun tidak begitu sulit. Paling tidak hanya mesti rajin membersihkan kandang dan mengganti serbuk kayu. Yang terpenting, tidak lupa memberi makan dan menyediakan air minum dalam tempat khusus.
Mada tak bisa menahan tarikan pada ujung-ujung bibirnya kala ia mendapati Lisa yang tengah fokus makan setelah mengumpulkan makanan di kedua pipinya hingga menggembung. Mada pun tak bisa menahan pikirannya yang secara otomatis teringat pada Serena, saat perempuan itu berusaha menghabiskan croissant dengan cepat sampai mulutnya penuh.
Pada detik berikut, Mada berkedip, lalu lengkungan di bibirnya mengendur seketika. Kenapa gue malah tiba-tiba inget tuh cewek? batinnya tak mengerti, selepas tersadar akan hal aneh yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenada Serena
RomanceTergabung dalam satu kelas di semester bawah, tergabung pula dalam satu klub yang sama--Klub Musik Universitas Santosa, membuat Sebastian Madhava kian meyakini bahwa ada berbagai alasan di balik pertemuannya dengan Serena Tan Elodie. Selama satu sem...