Bisakah?

8.9K 854 76
                                    

Happy Reading




Reigava






Hari ini Gava tidak sekolah, karena Gava dan ketiga sahabatnya mendapatkan scors selama tiga hari, akibat ulah mereka yang membolos saat pelajaran. Jadilah Gava hanya berdiam diri dirumah, dengan ditemani oleh sang bunda.

"Bunda," panggil Gava lirih. Yang tengah tiduran disofa dengan berbantalkan paha empuk sang bunda.

Bunda nya yang sejak tadi menonton televisi sambil mengelus lembut surai Gava. Kini mengalihkan pandangannya kearah Gava. "Kenapa, sayang?" tanyanya.

"Gimana sih cara bikin Gava dulu? Kenapa bisa Bunda sama ayah bikin anak seimut Gava. Gava pengen tau caranya, biar besok kalo Gava mau bikin anak, anaknya ucul terus ganteng kaya Gava," tanya Gava pada sang bunda, membuat bunda nya bingung bukan main.

Tidak mungkinkan sang bunda memberitahukan adegan panasnya pada sang anak bungsunya yang masih polos ini. Dan lagi, kenapa juga pertanyaan random ini muncul diotak kecil Gava. Harus menjawab apa dirinya sekarang.

"Bunda, bikin anak itu, cuman tidur berdua ajakan. Besoknya langsung jadi anak?" tanya Gava kembali. Membuat Sania stres, Sania memijit pelipisnya yang mendadak pening akibat pertanyaan beruntun dari Gava.

Ini lagi, pertanyaan macam apa ini ya Tuhan, dikira bikin anak segampang itu apa. Tidur berdua besoknya langsung jadi. Kan ada prosesnya dulu, bisakan Sania menghilang sekarang dari Gava.

"Dedek masih kecil ko nanya kaya gitu sih, kamu punya pacar ya?" tuduh Sania pada Gava. Berusaha mengalihkan pembicaraan mereka yang gila ini.

"Belum punya sih, tapi nanti pasti punyalah. Kalau bisa dedek mau punya pacar sepuluh sekaligus!" Kelima jari Gava maju kedepan wajah Sania. Gava nampak bersemangat saat membayangkan jika dirinya nanti mempunyai pacar banyak.

Sania mencekal kelima jari Gava dengan gemas," Itu lima Dek, bukan sepuluh," koreksi Sania.

Gava menyengir lebar,"Eh iya, salah," ucapnya.

"Siapa yang mengijinkanmu untuk memiliki pacar?" tanya Rasen yang baru saja tiba. Masih dengan pakaian formalnya.

Rasen langsung duduk dan ikut bergabung dengan ibu dan anak yang sedang asik memgobrol itu. Ada perasaan tak suka saat adik bungsunya ini mengatakan ingin mempunyai pacar. Jujur saja, Rasen memang tidak senang jika Gava mempunyai pacar. Karena Gava masih kecil. Dirinya yang sudah bekerja saja masih jomblo.

Gava langsung mendudukkan dirinya, menatap sengit kearah Rasen abang tirinya yang pertama. Kedua alisnya saling bertaut dengan mulut yang siap untuk mendumel.

"Apasih, ganggu orang yang lagi seneng aja!" Kesal Gava.

"Jangan pernah berharap kamu bisa memiliki pacar. Karena abang akan menyingkirkan siapapun itu, jika sampai mereka berani mendekatimu untuk berpacaran," ancam Rasen pada Gava.

Tangan Gava menggoyang pelan lengan sang bunda,"Bunda...bunda, abangnya nakal. Gak suka!" Oke Gava sedang merajuk sekarang.

"Percuma merajuk, karena setiap ucapanku adalah suatu hal yang mutlak!" sela Rasen. Rasen berjalan menghampiri Gava. Dan langsung menggendong Gava ala koala. Lalu membawa Gava untuk duduk dipangkuanya.

Gava yang kesal hanya diam saja dipangkuan Rasen. Sampai akhirnya ada suara yang begitu keras sampai membuat Gava terlonjak kaget dalam pangkuan Rasen.

"DEDEK!" teriak seseorang yang Gava hafal betul itu suara siapa. Siapa lagi jika bukan abang tirinya yang kedua, Rano.

"Kenapa?" tanya Gava, tangan Gava mengusap telinganya yang berdengung karena teriakan Rano tadi.

"Dedek bo'ongin abang ya? Rano mambu tau itu artinya Rano bau tau kan, bukan Rano tampan dan wangi! Abang diketawain seluruh kelas tau gak!" Kesal Rano.

Rano masih ingat sekali tentang kejadian dikelasnya tadi, saat Rano baru saja menyelesaikan presentasi.

Flashback on

"Baiklah, saya akhiri presentasi saya hari ini. Terimakasih sudah mendengarkan presentasi terdancok dari Rano mambu tai ini." Dengan bangga Rano tersenyum lalu membungkuk.

Berbeda dengan Rano yang bangga akan presentasi nya. Teman sekelasnya sudah tertawa terbahak-bahak saat Rano dengan percaya dirinya mengatakan. Rano dancok, dan Rano mambu tai. Membuat Rano kebingungan.

"Kenapa ketawa hey, ada yang salah kah? Atau kalian terpesona dengan wajah asuku ini?" tanya Rano pada kawan sekelasnya.

Dan mereka hanya bisa tertawa, saat lagi-lagi Rano mengatakan wajahnya seperti asu.

Ditengah kebingungan itu Rano balik ke bangkunya sendiri, hingga sahabatnya yang berdiri disampingnya. Memukul lengan Rano sambil tertawa ngakak.

"Lo tau gak Ran, Dancok itu umpatan dalam bahasa Jawa , bego! Dan lagi, Rano mambu tai itu artinya Rano bau tai, asu itu artinya anjing woy lah hahah..."

Wajah Rano langsung berubah pias saat mengetahui arti dari kata dancok dan asu. Ini namanya, Rano sudah dikerjai habi-habisan oleh adiknya itu.

Dasar adik laknat si Gava!

Flashback off...

"Suruh siapa Abang gampang dibohongin," sangkal Gava saat Rano menyalahkan Gava.

"Abang bilangin papah ya, biar Dedek dimarahin!" Ancam Rano pada Gava.

Tapi bukanya takut, Gava malah mengejek Rano dengan memasang muka joker yang menurut Rano begitu menyebalkan dimatanya. Setelah itu Gava turun dari pangkuan Rasen dan berlari menuju kamarnya.

"Gunakan lift jangan tangga, atau abang patahkan kakimu!" perintah Rasen saat melihat Gava yang akan berlari menaiki tangga.

Saat Gava akan menaiki satu anakan tangga. Gava langsung memutar tubuhnya dan berlari menuju lift. Gava bukanya takut dengan ancaman Rasen. Hanya saja, Gava malas menaiki tangga, takut lelah.

Saat sampai akan masuk ke lift, Gava berbalik dan memanggil Rano,"Bang Rano! Yah kasian di bo'ongin, ang-ang-ang," tawa Gava yang mengikuti gaya tertawa ditiktuk.

"Heh...dasar adek kurang ajar!" teriak Rano. Gava yang takut diburu oleh Rano, segera masuk kedalam lift dan pergi masuk ke kamarnya.

Saat berhasil masuk ke kamarnya, Gava segera menutup pintu. Dan duduk selonjoran didepan pintu dengan nafas yang tersegal-segal. "Untung aja, gue selamet yaTuhan."

"Aih... ngapain gue manggilin Selamet, Selamatkan sekarang udah terkenal di Turki," ucap Gava yang kebanyakan nonton tiktok saat disekolah.

____***

Butiran-butiran keringat mulai membanjiri wajah putih pucat milik Gava. Kedua alisnya saling bertaut dengan mata yang tertutup rapat.

"Enggak, enggak... gue pasti menang, enggak!" teriak Gava diiringi dengan suara rintihan dan tangisan.

Rasen yang kebetulan lewat didepan kamar Gava, langsung membuka pintu kamar Gava. Dan begitu terkejutnya Rasen saat melihat adik bungsunya, tengah tertidur dengan berteriak dan menangis.

"Gava, Dek!" Panik Rasen yang berusaha membangunkan Gava dengan cara menepuk pipi tembam Gava.

"Dek... bangun, hey bangun!" Rasen mengguncang tubuh Gava hingga akhirnya Gava terbangun dan langsung memeluk tubuh Rasen dengan kuat.

"Abang, Abang mau bang Gavin, bang avin." Gava menangis sambil memanggil kembarannya Gavin. Membuat Rasen merasa tak suka.

Bisakah jika abang Gava itu hanya Rano dan Rasen?



Plis kalo suka itu vote
Terus komen juga
Jangan jadi pembaca bayangan ok!











Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang