Terjun Gila!

5.9K 665 59
                                    

Happy Reading






Reigava



Kepulan asap yang semakin lama memudar dan digantikan dengan kepulan yang baru. Menjadi pemandangan saat ini. Setiap satu tarikan memuntahkan muatan asap yang terus saja menyeruak tanpa henti.

"Gue udah nyaman sama keluarga baru gue Ray." Gava berbicara dengan menatap indahnya langit malam yang dihiasi bintang-bintang.

Rayanza menoleh untuk melihat sosok sahabatnya yang kini malah menjadi adik sepupunya, "Wajar lo nyaman Gav, karena semasa lo jadi Mahen dulu. Lo gak pernah dapet kasih sayang dari keluarga lo. Tapi lo harus inget Gav, keadilan buat lo harus ditegakkan. Gue gak peduli jika nantinya abang lo masuk penjara, karena emang dia pantes buat dapet karmanya," ucapnya.

Gava menarik kuat sesapan nikotinnya lalu membuang semua asap yang terkumpul didalam rongga mulutnya. "Gue takut," cicitnya.

"Takut kenapa?" bingung Rayanza.

"Gue takut suatu saat gue bakalan kehilangan semua kebahagiaan ini Ray, gue bahagia banget bisa ngerasain rasanya kasih sayang seorang abang. Ngerasain gimana bisa manja sama orang tua kita sendiri-"

"Dulu gue selalu ngejek lo, karena gue iri Ray. Gue iri sama lo yang selalu diprioritaskan sama abang dan daddy lo. Sedangkan gue, orang tua gue sibuk sama pekerjaan mereka sendiri," curhat Gava dengan suara lirih.

Rayanza menepuk pundak Gava untuk menguatkan sahabatnya yang terlihat rapuh sekarang. "Mereka kerja buat lo Gav," ujarnya mengingatkan Gava.

"Seorang anak itu bukan hanya memerlukan materi semata. Seorang anak itu juga perlu yang namanya bimbingan dan kasih sayang orang tuanya. Karena seseorang anak akan baik jika tumbuh dengan kasih sayang orang tuanya-"

"Asal lo tau Ray, gue selalu nangis dan iri saat ngeliat seorang ayah yang dekat sama anaknya. Gue iri kenapa gue gak bisa kaya mereka yang dicintai ayahnya sebegitu hebatnya." Tak terasa air mata Gava mengalir membasahi pipinya.

Saat menjadi Mahen dulu, Mahen adalah anak berandalan yang sangat suka balapan dan hidup bebas diluaran sana. Itu semua bukan semata-mata karena Mahen nakal. Melaikan sebagai pelampiasan rasa sakit Mahen karena kurangnya kasih sayang mereka.

Mahen dituntut menjadi dewasa sebelum waktunya. Dimana Mahen harus bisa mengurus dirinya ssendiri diusianya yang masih kecil.  Jika sakit Mahen akan menahannya sampai sembuh tanpa memberitahukan pada kedua orang tuanya.

Bahkan Mahen masih ingat kenangan masa kecilnya dulu. Saat mendaftarkan diri ke taman kanak-kanak. Mahen tidak ditemani oleh orang tuanya, dan hanya pergi bersama guru (TK) yang kebetulan adalah tetangganya. Dan disitulah Mahen mendapatkan pembully-an untuk pertama kalinya. Dimana Mahen yang sedang bermain ayun-ayunan mendapatkan lemparan kayu besar dipunggunnya yang dilakukan oleh murid lainnya.

"Gue iri Ray..." Isak tangis Gava semakin pilu membuat Rayanza yang ikut menangis segera memeluk Gava dengan erat.

"Jangan nangis... yang sayang sama lo masih banyak Gav. Seandainya lo takut suatu saat keluarga Gava ninggalin lo. Masih ada Grenvos yang selalu ada buat lo. Gue tau lo kuat." Rayanza menepuk punggung Gava yang bergetar berusaha menyalurkan kekuatan.

Setelah lama menangis akhirnya tangisan Gava mulai meredam. Gava melepaskan pelukan Rayanza, menghapus sisa air mata yang berada di pipinya. Begitupun dengan Rayanza, keduanya akhirnya terdiam beberapa saat.

"Udah Dek, jangan nangis!" ledek Rayanza yang malah mendapatkan tendangan dari Gava.

"Asu lo Ray!" sungut Gava. Masih tak terima dengan kenyataan jika dirinya adalah adik sepupu Rayanza.

"Nyairin suasana cok! Capek dari tadi nangisin hidup lo yang gak ada bedanya sama hidup gue dulu," ucap Rayanza yang kini sudah kembali tersenyum.

"Ray! Makasih ya," ucap tulus Gava yang dibalas anggukan oleh Rayanza.

"Ngomong-ngomong Ray, kenapa ya keluarga kita musuhan? Padahal bokap Gava itukan adeknya mamah lo," tanya Gava penasaran.

"Katanya sih karena dulu daddy gue bikin kesalahan yang buat hidup mamah gue menderita dan jauh dari keluarga Georland. Makanya mereka benci keluarga gue." Mengenai informasi ini tadi Rayanza dapatkan dari abangnya Arfa.

"Yaudahlah terserah mereka. Yang penting kita gak usah ikut-ikutan musuhan," ucap Gava yang disetujui Rayanza.

"Gimana kalo kita bikin heboh keluarga kita?" ajak Rayanza yang sudah pasti menjerumus pada kesesatan.

"Gasss!" seru Gava yang kini berubah semangat.

Kini keduanya sudah berdiri diatas balkon dengan jas mereka yang sudah dilepas menyisakan bokser Marsya bewarna pink milik Gavs dan bokser Lisa Black Pink milik Rayanza.

"Hitungan ketiga kita nyebur," ucap Rayanza yang diangguki semangat oleh Gava. Kini keduanya siap menyebutkan diri kedalam kolam yang berada dibawah dengan cara terjun dari balkon lantai dua.

Siji (satu)

Loro (dua)

Telu (tiga)

Byur...

Suara percikan air berhasil mengundang seluruh keluarga Georland yang berada di dalam langsung menuju kearah kolam renang. Dan betapa kagetnya mereka saat melihat Gava dan Rayanza yang kini tengah berenang sambil memcipratkan air satu sama lain.

"Lisa blackpink
Rodok keripek
Tarekkkk
Slebew," Gurau Gava yang malah dibalas oleh Rayanza.

"Tempe-tempe bledos, silite Gava bledos hahaha..." Tawa Rayanza yang kini sedang dikejar oleh Gava.

Mereka asik kejar-kejaran didalam kolam renang dan dinginnya air malam. Tanpa menyadari kini ada dua sosok yang menceburkan dirinya kedalam kolam guna menangkap dua anak nakal yang susah diatur ini.

"Eh..." Gava kaget saat tangannya di cengkram kuat dan dibawa ke pinggiran kolam.

Tidak beda jauh dari Gava, Rayanza juga ditarik oleh abangnya Ganta ke pinggiran kolam. Bedanya Rayanza dengan perlakuan lembut, Gava dengan perlakuan kasar.

"Astaga cucuku, kenapa kalian melakukan hal gila seperti ini? Kalian pasti melompat dari lantai dua kan?" terka sang kakek yang khawatir dengan kedua cucunya yang nakal.

"Seru tau Kek, kalau mati langsung ilang nyawanya. Gak pake drama nyangkut ditenggorokan," sahut Gava yang masih tidak melihat situasi saat ini.

Padahal seluruh abang Gava tengah menatap tajam kearah Gava karena berani melakukan hal gila semacam ini.

"Anda sudah tua? Sudah mau mati. Sudah bau tanah, nah... mulai sekarang pesanlah peti mati cap bebek. Peti mati cap bebek dilengkapi dengan karpet merah, full AC sentral. Sepaket dengan tanah Sultan milik Chi Mehong," cerocos Gava dengan bernada untuk kakeknya.

"Heh, cucu kurang ajar!" seru sang kakek.



Terus gue bakalan tetep bikin pdf, tapi murah wkwk

Btw do'ain gue biar bisa beli millo ya, soalnya abis belum gajian lagi,😭





Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang