2.

5.1K 355 7
                                    

"Bungsu adalah kesayangan, benar bukan?"
.
.
.
.
🦊🦊

Sekolah SMA paling terpandang di kota ini. Memiliki fasilitas yang sangat memadai. Juga, prestasi setiap tahunnya yang tidak perlu di ragukan lagi. Sulitnya seleksi untuk masuk, membuat banyaknya persaingan.

Gerbang hitam yang begitu megah. Menjadi pintu masuk pertama dari SMA Taruna Bangsa. Tempat ratusan pelajar yang kini tengah menimba ilmu.

Sosok pemuda, dengan almamater hitam yang nampak berbeda dari pelajar lainnya. Dengan bet merah yang melingkar sempurna di lengan kirinya. Berdiri dengan sikap istirahat tidak jauh dari gerbang. Satu tangannya dibalik punggung memegang tongkat kecil berukuran sekitar 30cm. Manik gelap yang begitu tajam. Memandang satu persatu siswa-siswi yang datang kesekolahan.

Beberapa pemuda tidak jauh darinya juga melakukan hal yang sama. Namun mereka langsung turun tangan memberi teguran, sedangkan dirinya diam mengawasi.

Waktu terus berjalan. Hingga menunjukkan dimana bel masuk akan berbunyi. Segera dia melangkah dari tepatnya. Mendekati gerbang, dimana dua satpam yang berjaga.

"Pak, tolong tutup gerbangnya."

Dua pria itu saling memandang. Melirik jam tangan masing-masing. "Tapi Den, masih kurang lima menit." Ujar salah satunya bingung.

Sosoknya menggeleng. "Gapapa, mereka harus belajar tertib."

Tidak ada yang bisa dikatakan. Mereka patuh. Beberapa anak yang baru sampai dengan cepat melewati gerbang sekolah. Saat gerbang hampir tertutup, motor sport biru melaju melewati dengan cepat. Bukan tepat waktu, dia seolah memaksa untuk masuk. Bahkan membuat kedua satpam itu terkejut.

Manik tajamnya menatap cepat. Memberi kode pada temannya yang ikut berjaga. Sedangkan dia melihat kembali ke arah gerbang. Terlihat beberapa kendaraan terhenti paksa. Banyak dari mereka yang menghela nafas. Ada pula yang mencibir. Dia tidak peduli.

"Tos! Buka dong, belom bel juga." Ujar salah satu dari tiga motor yang ada di paling depan.

Dia tidak menjawab, memalingkan pandangannya. Menghitung ada berapa banyak anak yang terlambat.

Setelah selesai menghitung dia menatap kembali sosok yang berbicara. Tepat saat itu bel berbunyi dengan nyaring.

"Udah bel," katanya santai.

Pemuda diatas motor biru itu nampak tidak terima. Tapi melihat wajah datarnya menjadi enggan. Bisa lebih parah hukumannya.

"Si Danu babi!" Makinya entah pada siapa. Membuat kedua temannya hanya mendengus.

Sang ketua OSIS di SMA ini. Tara Nirankara Varatanu, orang lebih mengenal dirinya dengan nama Tara Nirankara. Pemuda kebanggaan sekolah, ketua OSIS yang kejam, tidak memiliki ampun kepada siapapun yang melanggar aturan.

Sosoknya berdiri dibalik gerbang. Mengetukkan tongkat nya pada pagar besi.

Tara menatap dimana beberapa anggota sosis yang mulai meninggalkan gerbang. Menyisakan dirinya sendiri. Dia tengah menunggu waktu saja. Walau merasakan tatapan yang dingin dibalik punggungnya.

"Buka Pak gerbangnya, jangan lebar-lebar." Pintanya pada satpam. Dia lalu menatap pada 20 anak yang terlambat. "Dorong motor kalian sampai parkiran!" Perintahnya tajam.

CHARMOLIPI [χαρμολύπη]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang