26 | Anja-Anja Menyerang

368 53 44
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Samsul dan Karel benar-benar muncul di depan rumah Lastri. Seperti yang Nadin katakan, setan anja-anja itu saat ini ada di sana dan sedang bersama dengan Lastri. Tatapan setan anja-anja mendadak terarah pada kedua pemuda itu. Perubahan arah tatap setan anja-anja membuat Lastri menyadari, bahwa ada yang sedang menatap ke arah rumahnya. Ia pun berbalik. Seketika pula ia langsung mendapati keberadaan Karel dan Samsul.

"Oh ... jadi kalian rupanya yang terus saja menghalang-halangi pekerjaan utusanku ini? Wah ... wah ... wah ...! Besar sekali nyali kalian rupanya, sehingga kini berani muncul di hadapanku. Apakah kalian sama sekali tidak takut mati?" ancam Lastri, dengan nada yang begitu lemah lembut.

Senyum di wajah Lastri ataupun di wajah setan anja-anja yang ada di belakangnya, membuat Karel maupun Samsul merasa muak. Kedua pemuda itu benar-benar tidak suka melihat kepalsuan, terutama yang selalu Lastri pasang di wajahnya.

"Enggak usah senyum-senyum, Bu. Senyum Ibu enggak akan mengalihkan dunia siapa pun, sehingga bisa takluk di kaki Ibu," saran Karel.

"Lagi pula senyum Ibu dan senyuman setan di belakang Ibu enggak ada bedanya. Sama-sama menyeramkan," tambah Samsul.

Wajah Lastri yang tadinya penuh dengan keramahan langsung berubah murka. Amarahnya mendadak meluap, setelah mendengar komentar Karel dan Samsul yang sangat apa adanya mengenai senyum yang ia pamerkan.

"Oh ... jadi menurut kalian, aku tidak pantas tersenyum? Jadi menurut kalian, aku tidak pantas bersikap ramah? Kalau begitu mari kita lihat, apa yang akan kalian hadapi setelah aku tidak menunjukkan senyum dan keramahan!"

Lastri segera memberi tanda pada setan anja-anja agar menyerang Karel dan Samsul. Setan anja-anja itu mematuhinya. Samsul langsung mencabut kedua samurai pendek miliknya dari balik baju bagian belakang, lalu bersiap untuk bertahan jika ada serangan dari setan anja-anja. Karel memainkan pedang jenawinya dengan lincah. Energi dalam tubuhnya ia alirkan pada pedang tersebut, agar dirinya selalu bisa menepis serangan dari makhluk halus yang menyerang ke arahnya.

"Nadin tadi menggunakan pedang jenawimu ketika menghadapi setan itu. Dia berhasil melakukannya. Menurutmu, apakah Nadin juga memiliki energi yang sama dengan kita, sehingga dia bisa menangkis serangan berulang-ulang dari setan anja-anja?" tanya Samsul, berbisik di dekat Karel.

"Bukankah itu memang sudah jelas? Kenapa kamu harus menanyakannya lagi, Sul? Nadin jelas memiliki energi yang cukup kuat di dalam dirinya, dan energi itu sama seperti energi yang kita miliki. Kalau kamu mau tahu dari mana asalnya energi itu, perkiraanku hanya satu. Kemungkinan besar Tante Karin selama ini berhasil menyimpan energi di dalam dirinya tanpa Beliau sadari, ketika masih terjerat teluh gantung jodoh. Jadi ketika akhirnya dia terlepas dari teluh dan mengandung setelah menikah dengan Om Alwan, energi itu akhirnya berpindah kepada janin yang ada di dalam kandungannya. Sekarang, energi itu kemungkinan baru terlepas bertepatan dengan terbukanya mata batin Nadin," jawab Karel, ikut berbisik.

Setan anja-anja hampir mendekat pada mereka. Suara gamelan kembali terdengar, seakan itu adalah pertanda buruk yang akan datang ke hadapan kedua pemuda tersebut. Keduanya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut, sehingga hal itu membuat geram Lastri yang benar-benar sudah kepalang emosi,

"Langsung saja habisi mereka!" titahnya.

BLAMMM!!! BLAMMM!!! BLAMMM!!!

SCRAAATTCCHHHH!!! SCRAAATTCCHHHH!!! SCRAAATTCCHHHH!!!

Karel dan Samsul menangkis serangan itu dengan kompak. Keduanya benar-benar mengaliri senjata masing-masing dengan energi yang besar, sehingga memudahkan mereka untuk membentengi diri. Suara pertarungan yang terdengar di luar menyadarkan keempat anggota tim--yang kini telah berada di dalam rumah Lastri--bahwa mereka harus lebih berhati-hati. Tujuan mereka adalah menemukan kamar ritual yang Lastri gunakan untuk memanggil makhluk-makhluk halus, termasuk setan anja-anja. Mereka harus menghancurkan tempat ritual itu, agar Lastri benar-benar tidak bisa lagi melakukan ritual-ritual lainnya

"Reva, stop!" bisik Nadin, tegas.

Reva pun menghentikan langkahnya saat mendengar perintah mendadak itu.

"Ada pocong di depanmu, posisinya agak mengarah ke kiri sedikit," tambah Nadin.

Reva pun menggigit bibirnya, sambil meraba bagian samping ranselnya untuk mengambil sebotol air yang telah didoakan. Iqbal dan Ruby menatap tegang ke arah Reva, setelah mendengar yang Nadin sampaikan. Keduanya juga langsung bersiap memegang botol dari ransel masing-masing. Mereka khawatir akan ada makhluk halus dadakan yang muncul seperti di hadapan Reva, namun mereka sedang dalam keadaan tidak siap menghadapi.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Allaahumma faathiras samawaati wal ardhi, 'aalimal ghaibi was syahaadah, rabba kulli syai'in wa maliikah, asyhadu an laa ilaaha illaa anta. A'uudzu bika min syarri nafsii wa syarris syathaani wa syirkih," lirih Reva.

BYURRR!!!

Setelah Reva mengusir pocong yang ada di hadapannya, pocong itu langsung menghilang. Nadin memberi tanda dengan anggukkan serta acungan ibu jari ke arah Reva, agar gadis itu tahu kalau pocong yang ada di hadapannya telah pergi. Mereka berempat kembali bergerak dari posisi masing-masing. Mereka saling berpencar, karena harus menemukan kamar ritual.

Di luar, Karel dan Samsul kini sedang sama-sama menahan dorongan dari setan anja-anja yang tampaknya ingin sekali menjatuhkan mereka. Wajah setan anja-anja itu begitu dekat dengan wajah Karel dan Samsul, dan yang terlihat sudah tidak secantik awalnya. Rupa asli setan anja-anja itu benar-benar buruk dan menyeramkan. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan takut luar biasa. Sayangnya, hal itu tidak berlaku pada kedua pemuda yang sedang bertarung dengan setan anja-anja tersebut. Baik itu Samsul ataupun Karel, tidak ada satu pun dari mereka yang hendak lari setelah melihat bagaimana rupa aslinya.

"Bismillahirrahmanirrahim!!!" ucap mereka, kompak.

BRUAKKHHH!!!

Setan anja-anja itu terdorong sangat jauh, hingga serangannya justru berhasil merobohkan kandang bebek yang ada di sudut halaman depan rumah Lastri. Lastri merasa kaget saat melihat bahwa setan anja-anja berhasil terdorong begitu jauh. Ia sama sekali tidak menyangka, kalau kedua pemuda yang datang ke rumahnya itu memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga sulit untuk dikalahkan. Namun, meski telah menerima serangan yang keras, setan anja-anja itu masih berusaha menyerang kembali seperti tadi. Dia belum menyerah dan tampaknya yakin kalau bisa mengalahkan manusia seperti biasanya.

Nadin kini menghentikan langkah Ruby. Sesosok genderuwo berdiri tegak menghalangi sebuah pintu, yang tampaknya adalah kamar ritual di rumah itu. Gadis itu kembali memberi tahu Ruby soal genderuwo yang ada di hadapannya, sehingga Ruby pun melakukan yang tadi Reva lakukan untuk mengusir pocong dari hadapannya. Sayangnya, kali itu ada dampak berbeda ketika genderuwo tadi berhasil diusir oleh Ruby.

BOOMMM!!! PRANGGG!!!

Suara ledakan dan sesuatu yang pecah dari dalam kamar ritual itu terdengar. Hal tersebut membuat Lastri menyadari, bahwa ada orang lain yang telah berhasil memasuki rumahnya.

* * *

ANJA-ANJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang