Lima Bulan Kemudian...
Setelah persiapan panjang dan matang, akhirnya hari yang dinanti-nantikan tiba: pernikahan Ling dan Orm. Pesta yang direncanakan dengan penuh ketelitian ini dilaksanakan di luar ruangan, mengusung tema Tropical Garden yang penuh nuansa alam.
Tempat acara didekorasi dengan indah, dipenuhi bunga-bunga segar beraneka warna yang tersebar di setiap sudut, menciptakan kesan alami dan menyegarkan bagi siapa pun yang hadir. Sentuhan eksotis dari dedaunan hijau dan bunga-bunga tropis memberi kehangatan dan keindahan pada setiap bagian ruangan, seperti lukisan yang hidup dan berwarna.
Acara pernikahan ini digelar secara intim dan hanya dihadiri oleh beberapa tamu penting serta kerabat dekat dari pihak Ling dan Orm. Ling sangat menginginkan momen spesial ini menjadi momen pribadi tanpa sorotan media. Bagi Ling, kebahagiaan pernikahan bukanlah sesuatu yang perlu dipamerkan ke khalayak luas, tetapi sebuah ikatan suci yang ingin dirasakan dalam lingkup keluarga dan orang-orang terdekat saja.
Dengan rambut panjang terurai dan balutan gaun panjang berwarna krem, Ling berdiri memandangi pantulan dirinya di cermin. Sesekali, ia merapikan rambutnya, memastikan penampilannya benar-benar sempurna untuk hari yang sangat dinantikan ini. Gaun yang ia kenakan begitu anggun, membingkai dirinya dengan lembut, menambah keanggunan yang ia pancarkan dalam setiap detik.
“Nak, sudah siap?” Suara lembut sang ibu terdengar dari balik pintu, membangunkan Ling dari lamunan singkatnya.
“Ya, Mami. Aku sudah siap…” jawab Ling, diiringi dengan senyum yang lembut namun penuh makna. Jaotarn, ibunya, masuk ke dalam kamar dan mengulurkan tangan untuk menuntun putrinya ke tempat acara. Dengan langkah yang tenang, Ling meraih tangan ibunya, merasakan sentuhan hangat yang seolah memberikan kekuatan lebih di tengah suasana hatinya yang penuh debar. Bersama-sama, mereka melangkah menuju area pernikahan, setiap langkah terasa begitu berarti.
Begitu tiba di tempat acara, mata Ling menyapu seluruh ruangan. Di sana, ia melihat banyak tamu yang sudah hadir, termasuk teman-teman dekatnya yang kini tengah sibuk dengan peran mereka sebagai bridesmaid. Mereka tampak cantik dalam gaun serasi, dengan senyum penuh semangat yang dipersembahkan khusus untuk Ling.
“Apa kamu gugup?” Engfa bertanya dengan nada menggoda, bibirnya melengkung dalam senyuman jahil.
Ling hanya tersenyum kecil, lalu menjawab, “Kalau kamu sudah tahu jawabannya, tidak perlu bertanya.” Ia meletakkan tangan di dadanya, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak semakin cepat. Tak sabar rasanya menanti momen untuk melihat Orm karena sesuai tradisi, mereka dilarang bertemu atau saling melihat hingga waktu pernikahan tiba.
“Sebentar lagi kamu akan melihatnya…” Lookmhee, sahabatnya yang lain, menepuk bahunya dengan lembut, memberi dorongan semangat sekaligus penghiburan. Ling hanya mengangguk pelan, merasakan bagaimana sahabat-sahabatnya berdiri di sisinya, menyelimutinya dengan kasih dan dukungan yang tulus.
“Selamat siang semuanya~” Suara Charlotte, sang pembawa acara, mulai terdengar menyapa para tamu undangan yang hadir. Suaranya penuh energi dan kehangatan, memenuhi seluruh ruangan dengan keceriaan. Lingmendengarkan dengan tenang kata-kata Charlotte yang membuka acara, memberikan sambutan, dan mempersiapkan momen yang sangat istimewa ini.
Kemudian, Charlotte mengumumkan bahwa Orm Kornnaphat sudah siap dan akan segera memasuki tempat acara. Mendengar nama Orm disebut, jantung Ling berdegup semakin kencang, membuatnya merasa deg-degan dengan intensitas yang semakin meningkat.
“Ling, jangan berbalik dulu sampai aku mengatakan sudah waktunya kamu berbalik,” ujar Charlotte, dengan nada menggoda yang membuat Ling hanya bisa tersenyum sambil berusaha menahan rasa gugupnya. Ia berdiri diam, punggungnya tegang, menanti momen di mana ia akhirnya akan bertemu mata dengan orang yang paling ia cintai, yang telah menjadi tujuan dari perjalanan panjang mereka hingga ke hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown to You - LingOrm (END)
RomanceLingOrm - GxG Kita jatuh cinta di tengah badai ketidakpastian, ketika dunia berkata 'tidak', tapi hati kita bersikeras 'ya'