"Kamu jadi minta sehari lagi buat libur?"
"Satu hari saja, Pak. Setelah itu saya janji bakal datang dua hari berturut-turut. Sabtu dan minggu saya tetap masuk."
"Masalahnya saya enggak bisa nyuruh anak buah saya gantikan kamu terus. Kalau begini terus untuk apa saya rekrut kamu?"
"Maafkan saya, Pak. Saya janji ini yang terakhir. Saya sudah janji sama istri saya."
"Ya sudah, tapi kuliah kamu bagaimana? Bukannya kamu lagi banyak tugas?"
"Itu bisa saya atasi, Pak."
"Istri kamu tau kalau kamu kerja sama saya, Galen?"
"Enggak, Pak."
"Kenapa?"
Galen menarik napas dalam-dalam di depan lemari pendingin minimarket. Tangannya menggenggam erat kopi kalengan, sementara telinganya masih menempel di ponsel. Percakapan dengan atasannya membuatnya berkeringat dingin meski ruangan ber-AC.
"Saya rasa dia enggak perlu tahu susahnya saya, Pak," jawab Galen.
Ada jeda sebelum suara di seberang mengakhiri pembicaraan. "Coba pertimbangkan lagi. Kamu kan sudah nikah, yang namanya pernikahan itu menyatukan dua kepala yang berbeda. Jadi, enggak ada salahnya kalau istri juga tahu apa yang kamu kerjakan. Komunikasi penting."
Sambungan ditutup setelah Galen mengucapkan terima kasih. Dia menghela napas panjang sambil menyimpan ponsel ke saku hoodie abu-abunya. Kalimat atasannya barusan masih tertinggal di benaknya.
"Enggak ada salahnya kalau istri juga tahu apa yang kamu kerjakan."
Tapi, bagaimana reaksi Cleo nanti kalau tahu semua yang dia kerjakan?
Saat berbalik menuju kasir, langkah Galen terhenti. Tubuhnya mendadak tegang. Di depan rak camilan yang hanya beberapa meter darinya, Eizen berdiri dengan ekspresi terkejut bercampur heran.
Sial, kenapa dia lagi?
"Lo beli rokok lagi?" Eizen mengangkat alisnya.
"Kopi," jawab Galen singkat sebelum melangkah ke kasir.
Namun, Eizen mengekorinya, memandang Galen dengan tatapan penuh tanya. "Lo kayak beda orang." Pandangan Eizen turun, menelusuri hoodie dan jeans Galen. "Masih enggak terbiasa gue liat mantan ketua komdis Andromeda yang tajir dan berkelas itu berpenampilan kayak mau maling gini."
Galen mendelik lalu menyeringai. "Ah, lo perhatian banget sama gue, Zen. Jangan-jangan lo secret admirer gue ya?"
"B—BUKAN GITU ANJIR!" Eizen kalang kabut. Gila saja, dia masih normal!
"Untuk menghindari orang aja, sih. Sejak jadi anggota BEM, gue ngerasa diikutin ke mana-mana. Kehidupan personal gue terganggu. Karena itu juga gue mutusin buat keluar dari BEM," ujar Galen membuat Eizen menatapnya tak terbaca.
Galen mendesah lega usai membayar belanjaannya dan pamit pada Eizen untuk pulang duluan.
Namun tanpa ia sadari, Eizen mengekorinya.
Dari belakang, Eizen melihat Galen yang celingak-celinguk, seolah memastikan Eizen sudah pergi atau belum. Cowok itu tidak tahu, bahwa Eizen sedang bersembunyi di balik dinding gang kecil.
Setelah dikiranya aman, barulah Galen meneruskan perjalanannya menuju sebuah gedung yang belum jadi.
Mata Eizen membeliak. Apa yang orang berada seperti Galen lakukan di tempat seperti itu? Ini sangat aneh, tapi Eizen memutuskan untuk tidak langsung memergokinya. Dia harus menyelidikinya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveholic: Secret Marriage (End)
Romance[Secret Love Series #1] Padahal tadinya Galen dan Cleo hanya bermaksud merahasiakan pernikahan mereka selama satu minggu. Namun, siapa sangka rahasia yang awalnya hanya sementara itu malah menjadi selamanya? [Cover by: @indah_chelvanoir (commission)...