33. Melarikan Diri

4.1K 397 100
                                    

📌vote and coment

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📌vote and coment

📌ada yang nungguin

📌update duluan, karena kamis gak update 🙏
Mulai kamis depan sesuai jadwal lagi🙏
Mau nyelesain naskah sebelah dulu, Terima kasih🙏

📌 think about theory!

Harvis yang merasa dapat kesempatan pun segera berlari mendekati sang kembaran. Tubuhnya dia sembunyikan di balik tubuh Jarvis dan menatap Ron dengan kemusuhan, sedangkan Eza langsung mengernyit saat melihat Ron yang sudah menatapnya seolah ingin membunuhnya.

“Maaf, ya, Om. Sengaja tadi soalnya, hehe.”

Suasana semakin hening dan Mahen yang langsung menepuk jidatnya mendengar penuturan dari Eza.

“Gue beneran gak berekspetasi idenya Reyhan nyuruh lo bawa teflon berguna juga, Za,” ujarnya tak percaya. Kemudian, dia melihat ke arah Arash yang mengkodenya untuk segera pergi dari sana.

“Buntelan coklat ikut gue yuk, nanti kita makan eskrim yang banyak.” Si kembar sontak saling pandang mendengar ajakan Mahen.

“Biarin aja Bang. Otaknya Mahen kayanya konslet pas dateng ke sini.” Jarvis mengangguk dan menatap miris pada Mahen yang tak tahu jika dia dighibahin sama si kembar.

Carolyn berjalan mendekati Arash. “Kau tau? Aku sangat membenci situasi seperti ini. Aku tau kau akan menghancurkan kami sama seperti dahulu, tapi kau harus ingat Arash, kita sudah berbeda dan rasa sakit telah sirna walau kita terluka.”

Arash melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak putranya, lalu dengan cepat dia mendorong si kembar hingga tersugkur. Melihat kejadian yang begitu tiba-tiba itu, Carolyn hendak menarik Harvis. Namun, rambutnya langsung di tarik oleh Arash. Wanita itu berdesis dan mencoba melepaskan diri.

Jarvis segera bangkit dan menarik Harvis untuk berlari, sedangkan Eza langsung memukulkan teflon yang dia bawa ke arah Ron dan Mahen yang langsung mendorong Ron hingga tersungkur.

“Om lawannya kita, jadi mainnya sama kita aja, ya.” Mahen mendelik saat melihat Eza seberani itu. Omongannya itu loh licin banget kaya belut, seperti tak memikirkan kalau pria yang baru saja mereka pukul ini sangat berbahaya.

“Ya udah, sih, Hen. Kalo ditembak kita tembak balik.” Eza yang mengerti tatapan Mahen pun berujar demikian.

“Lo kata kaya nembak cewek, hah?! Mending kena langsung jadian, lah kalo ditolak apa gak malu tujuh turunan?” Mahen berujar sinis. Tak bisakah Eza bersikap dewasa dan waras sedikit? Posisi mereka sedang dalam bahaya, tapi bisa-bisanya sifat Reyhan mengikut serta di tubuh Eza.

404! Not Found Where stories live. Discover now