7. Pernikahan

7.9K 312 5
                                    

'Sebentar lagi aku naik kelas 2 SMP.' Ujar Ririn dalam hati. 'Kak Ian apa kabarnya ya? Kayaknya sejak kelas 1 SMA ini, dia sibuk banget.'

"Ririn! Kesini nak." Panggil bunda. Ririn keluar dari kamarnya. Berjalan ke arah bunda.

"Ada tamu bun. Siapa?" tanya Ririn.

"Ini Om Dio," Ririn menyalami Om Dio, lalu duduk di depan bunda dan Om Dio. "Calon ayah kamu." Lanjut bundanya.

Ririn membelalakkan mata. "Ma.. Maksud bunda?"

"Dia bakal jadi ayah kamu. Oh iya, Om Dio juga punya anak. Namanya Davi. Dia sat-"

"Kita perlu ngomong berdua bun," kata Ririn sambil bangkit dari tempat duduknya. "Kalo urusan bunda sama Om Dion udah selesai, temuin Ririn. Ririn di taman belakang." lanjut Ririn lalu berjalan ke arah belakang.

Ia duduk di kursi ayunan. Mengeluarkan ponsel dan memutar sebuah lagu. Ponselnya mulai melantunkan sebuah lagu.

Once upon a time there was a girl
In her early years she had to learn
How to grow up living in a war that she called home
Never know just where to turn for shelter from the storm
Hurt me to see the pain across my mother's face

Everytime my father's fist would put her in her place
Hearing all the yelling I would cry up in my room
Hoping it would be over soon

Bruises fade father, but the pain remains the same
And i still remember how you kept me so afraid
Strength is my mother for all the love she gave
Every morning that i wake i look back to yesterday
And I'm OK

"Rin," panggil bundanya. Ririn mematikan lagunya. "Kenapa nak?" tanya bundanya.

"Aku nggak mau bunda nikah lagi." Kata Ririn to the point.

"Kenapa gitu? Ririn nggak mau punya ayah lagi?"

"Bun, Ririn udah besar! Ririn bukan anak kecil lagi. Ririn nyaman kok dengan keadaan kayak gini." Kata Ririn, lalu menghela napas.

"Kamu nggak nerima hubungan bunda sama Om Dio?" Ririn menggeleng. Bunda hanya menghela napas.

"Bunda inget nggak dulu? Bunda nggak akan nikah sama orang lain, walaupun udah cerai sama ayah." kata Ririn.

"Bunda inget. Tapi Rin, kamu nggak tau-"

"Aku nggak tau emang. Karena bunda selalu nganggep aku anak kecil yang harus nurutin semua kata-kata bunda," Ririn berdiri. Berjalan ke arah dalam rumah. "Ririn pergi dari rumah, atau bunda tetep lanjutan pernikahan sama Om Dio? Terserah bunda kalo gitu." Lanjut Ririn.

Ririn keluar dari rumahnya. Menuju 'markas'nya, tempat biasanya ia kumpul bersama Fandi, sahabat yang paling dekat dengannya, Deva, Arga, dan Vigo. Ia sampai di depan markas. Keliatan sepi dari luar. Tapi di dalam, ramai. Ririn membuka pagar besi itu, Terlihat Arga dan Vigo sedang menegak sebotol minuman.

"Kalian minum apaan?" tanya Ririn kepada mereka. Arga, Vigo dan Deva juga teman sekelas Ririn.

"Ini? Ini minuman yang bisa bikin fly." Jawab Vigo. Dia sepertinya sedikit... teler.

"Mau? Nih minum aja." Kata Arga mendekati Ririn. Arga sangat dekat dengan wajah Ririn.

Ririn mencium bau arak dari mulut Arga. "Kamu mabok?!" tanya Ririn kaget. Vigo dan Arga hanya nyengir. Ririn hanya bisa geleng-geleng kepala.

Ririn masuk ke dalam. Dilihatnya Deva dengan ceweknya, Fella. Mereka asyik berciuman, tanpa menyadari kehadiran Ririn. Fella adalah sahabat Ririn, ia juga anak broken home. Bukan hanya Fella dan Ririn, Fandi, Vigo, Deva, dan Arga sebenarnya pun sama. Saat melihat Deva dan Fella asyik berciuman, Ririn tak merasa jijik. Itu adalah tontonan yang sudah biasa baginya. Bahkan yang lebih dari ini pun, Ririn sudah pernah melihatnya secara langsung. Tapi Ririn masih tau batas aturannya.

Broken HomeWhere stories live. Discover now