24. [Special Chapter] : Purple Carnation

6.7K 386 8
                                    

Purple Carnation -Act up
**
Holaaa. Wah, di part sebelumnya ternyata aa' Ray bisa juga cemburu. Aku terharu jadinya, aih
Part ini kalau ada yg ga ngerti artinya, oke... Act up itu bertingkah.
Enjoy it gaisssss
*
Sepanjang perjalanan pulang, hening melanda. Kadang diinterupsi bunyi klakson mobil maupun motor di sekitar mereka. Motor milik Ray membelah jalan raya di sore itu. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Bunga memutar otaknya mencari pembicaraan yang tak memancing kemarahan Ray. Ray menatap jalanan dan tak habis pikir dengan lelaki tadi yang beraninya mendekati Bunga bahkan mengajukan syarat pulang bersama agar sepatu Bunga kembali. Gila, pikir Ray.

Kendaraan beroda dua itu memasuk gang rumah Bunga dan berhenti di depan rumah yang penuh dengan aneka macam Bunga. Memang baru-baru ini rumah mungil yang sering Ray kunjungi makin banyak bunga di perkarangan karena mamanya Bunga membuka toko bunga.

Bunga turun dan menyerahkan helm pada Ray. "Makasih."

Ray mengangguk dan menerima helm itu. Matanya menatap Bunga yang diam di dekat motornya. "Gak ada penjelasan?"

"Penjelasan?" ulang Bunga. "Aku kan gak ngelakuin apa-apa. Jangan ngelihat aku seolah kamu nangkap basah aku selingkuh. Aku kan gak selingkuh."

Ray terkekeh melihat Bunga mengerucutkan bibirnya. Tangannya terulur untuk mencubit pelan pipi gadis itu. "Bercanda. Lagian kenapa bisa sepatu kamu sama cowok aneh itu?"

"Mana aku tau," jawab Bunga sembari mengedikkan bahu. "Andi tuh tadi nyumputin sepatu aku. Kayak biasa. Tapi ternyata sepatu aku diambil sama Harri."

Ray mengangkat sebelah alisnya. "Oh. Jadi cowok aneh itu punya nama. Harri?"

"Iya. Harriandi Narendra. Sekelas tuh sama kamu."

Kening Ray berkerut. "Kamu tahu nama lengkapnya? Juga tahu kalau dia sekelas sama aku?"

"Kan tadi aku yang ngantar dia ke kelas. Lagipula dia teman SMP aku dan juga... dan juga... err...."

"Apa?" Ray menyipitkan matanya melihat Bunga mendadak resah.

Bunga tersenyum kikuk. "Dia mantan pacarku pas SMP."

Alis Ray terangkat. Terkejut, pasti. Pantas aja cowok tadi berani deketin Bunga, pikir Ray. Ternyata dia mantan Bunga. "Kenapa dia pindah ke sekolah kita?"

"Gak tau. Aku juga baru tau tadi pagi kok," jawab Bunga polos.

"Apa dia tau kamu sekolah di sana dan dia pindah ke sana?"

Bunga terdiam sejenak. "Maksud kamu?"

"Mungkin dia mau ngejar kamu," jawab Ray asal, tapi sangat terlihat jelas di lelaki aneh tadi.

"Kamu apaan sih? Aku kan udah sama kamu," gerutu Bunga cemberut. "Aneh."

"Aku nebak aja. Siapa tau dia masih ada perasaan sama kamu," ujar Ray berusaha tenang, tapi dia malah emosi sendiri.

"Ih, udah deh. Lagian ngapain juga dia ngejar aku. Dia juga yang mutusin dan pergi."

Ray tersenyum geli melihat Bunga. "Masa lalu yang buruk, hm?"

"Tempe!" Nah, kalau sudah keluar satu kata ini dari mulut Bunga, Ray jamin Bunga ngambek entah sampai kapan. Dan dia harus mengeluarkan sogokan, lagi.

"Yang penting, kamu jangan dekat-dekat sama dia." Ray memperingati.

"Deket-deket gimana? Aku kan deketnya sama kamu," sahut Bunga tak mengerti.

"Aku bisa aja patahin kaki dia kalau dia berani dekat-dekat kamu," kata Ray membuat Bunga merinding mendadak.

Blossom EffectWhere stories live. Discover now