Di tengah hiruk pikuk kota, Dey menemukan kedamaian dalam dua dunia yang sangat berbeda. Usianya baru 23 tahun, tapi namanya sudah dikenal di kalangan Dancer muda. Piala-piala kemenangan dari lomba-lomba dance antar sekolah berjejer rapi di kamarnya, saksi bisu dedikasi dan bakat luar biasanya. Namun, sorot mata yang membara di atas panggung itu akan berubah lembut saat ia memandang Titan, seekor American Pit Bull Terrier dengan tubuh kekar, tatapan tajam, dan kesetiaan tanpa batas.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Setiap senja, mereka menjelajahi taman kota. Dey, dengan rambutnya yang diikat asal dan pakaian senam yang nyaman, dan Titan, dengan otot-ototnya yang kekar bergerak anggun di sampingnya. Orang-orang akan berhenti sejenak untuk mengagumi mereka yang selalu bisa menjadi pusat perhatian.
Di studio dance, Dey menantang batas-batas tubuhnya, mengasah setiap gerakan hingga sempurna. Tapi di taman, bersama Titan, ia belajar tentang kesabaran, penerimaan, dan cinta tanpa syarat. Titan bukan hanya anjing peliharaan, ia adalah keluarga, sahabat, dan sumber kebahagiaan.
Meskipun banyak yang menatap Titan dengan curiga, Dey tahu bahwa di balik wajah bulldognya yang tegas, tersembunyi jiwa yang lembut dan setia. Setiap sentuhan hidungnya yang basah ke tangannya, setiap ekor yang bergoyang riang, adalah pengingat bahwa di dunia yang penuh dengan prasangka dan ketidakpastian, ada keindahan dalam kesetiaan dan kasih sayang yang tulus. Bagi Dey, Titan adalah penari hatinya, melengkapi melodi kehidupannya dengan irama cinta yang tak terucapkan.
....
Dey pulang dari studio, pakaian dancenya menempel di tubuhnya bagai kulit kedua. Keringat membasahi crop top sport bra warna hitam yang memamerkan otot perutnya yang terbentuk sempurna, serta legging high-waisted senada yang membalut kakinya dengan ketat. Rambutnya yang tadinya terikat rapi dalam sanggul kini mencuat ke sana kemari, beberapa helai menempel di keningnya yang berkeringat. Meski penampilannya berantakan, aura semangatnya tetap terpancar jelas.
"Big Boy!" serunya, melihat Titan menerjang ke arahnya dengan semangat yang membara.
Monster berotot itu, Titan, menyambutnya dengan kekuatan penuh. Dey, meskipun sudah terbiasa dengan energi Titan, tetap tak mampu menahan berat tubuh anjingnya. Ia terhuyung ke belakang, punggungnya mendarat di lantai keramik yang dingin. Gelak tawa keluar dari bibirnya saat lidah kasar Titan menyerbu wajah dan lehernya.
"Ahahaha... stooopp!"
Perintahnya sia-sia. Titan, dalam kebahagiaan mutlak karena kepulangannya, terus menjilat, meluapkan rindu yang terasa panjang meski baru beberapa jam berpisah. Dey menggaruk perut Titan yang lembut, mencoba menenangkan badai cintanya, lalu perlahan bangkit.
"Kangen banget sama aku, ya? Padahal baru ditinggal tadi siang" ucap Dey, suaranya dipenuhi sayang.
Titan, seolah mengerti, menempelkan kepalanya yang besar ke tubuh ramping Dey, lalu berputar-putar di sekelilingnya. Gerakan itu, di mata Dey, adalah anggukan setuju yang tak terbantahkan. Tanpa menunda, ia menggiring Titan masuk ke dalam rumah.