Jika aku melihat ke belakang sekarang, aku sering tak bisa menahan senyum—bahkan tawa kecil—mengingat bagaimana semuanya bermula. Dulu, aku bukanlah Andini seperti yang orang kenal sekarang. Nama asliku adalah Andi, seorang pria biasa, hidup dengan cara yang cukup wajar... setidaknya di mata kebanyakan orang. Tapi jauh di dalam diriku, aku menyimpan ketertarikan yang mungkin dianggap aneh oleh sebagian besar orang.
Sejak kecil, aku dan Fajar adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Kami tumbuh di lingkungan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, dan melewati setiap fase hidup—dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa muda—dengan saling menggenggam rahasia masing-masing. Dalam perjalanan itu, kami saling mengenal lebih dalam dari siapa pun. Kami tahu kelemahan, kekuatan, bahkan sisi gelap yang tak pernah kami bagikan kepada siapa pun... kecuali satu sama lain.
Tapi ada satu rahasia yang paling dalam, paling intim, dan hanya kami berdua yang tahu: fantasi kami.
Fantasi itu bukan tentang cinta biasa, bukan juga sekadar gairah. Ini adalah sesuatu yang bagi sebagian besar orang mungkin akan terdengar aneh, bahkan tabu—fantasi tentang kehamilan, tentang pembuahan, tentang rasa kerentanan yang justru menenangkan. Dan anehnya, bukan Fajar saja yang membayangkannya... aku pun sama.
Awalnya, semua terasa ringan. Hanya permainan kata antara dua sahabat yang terlalu nyaman satu sama lain. Pesan-pesan iseng yang dikirim larut malam perlahan berubah menjadi obrolan panjang yang semakin dalam. Rasa penasaran membuat kami terus mendorong batas, mengungkap bagian diri yang selama ini tersembunyi.
Suatu malam, percakapan kami berubah menjadi sesuatu yang lebih... pribadi.
[23.48] Fajar
"Loh, belum tidur? Kamu kan harus banyak istirahat, Sayang."[23.49] Aku
"Aku nggak bisa tidur... Perutku mulai kerasa berat. Aneh ya, baru 3 bulan udah kerasa banget."[23.50] Fajar
"Wajar. Itu anak aku di dalammu. Dia butuh ruang, jadi bakal makin meregangin kamu pelan-pelan."[23.51] Aku
"Kadang aku masih nggak percaya... Ini beneran terjadi. Kamu tega sih, keluarinnya didalem."[23.52] Fajar
"Tega? Kamu yang malam itu nggak berhenti merengek, 'Mas Fajar... keluar didalem aja'. Sekarang malah nyalahin aku?"[Aku mengirim foto perut dari samping dengan cahaya redup]
[23.53] Aku
"Ini... gara-gara kamu. Aku jadi begini. Terus kamu masih mau pake aku lagi?"[Fajar mengirim voice note - suara lebih berat]
[23.54] Fajar
"Yaiya dong, aku bakal pake kamu sampai kamu nggak bisa jalan lurus. Sampai semua orang liat perutmu langsung tau kamu bawa anak aku. Sekarang tidur. Besok pagi aku mau laporan kalo kamu istirahat yang bener."Dialog itu hanya berupa kata-kata, namun terasa lebih nyata daripada apa pun yang pernah kualami sebelumnya. Setiap kalimat yang kami tukar, seperti membuka lapisan baru dalam diri kami. Dari situlah semuanya berkembang. Dalam permainan ini, aku mengambil peran sebagai perempuan—penuh rasa ingin tahu, haus akan keintiman, dan ingin dibuahi. Sementara itu, Fajar... dia adalah pria yang kuat, hangat, dan penuh rasa kepemilikan, yang ingin menanamkan benihnya dan melihatku tumbuh membawanya dalam tubuhku.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliasha atau klik link di bio.

YOU ARE READING
Cerita Pendek: MTF, Gender Bender, Crossdressing, Feminization
General Fictionkumpulan cerita pendek gender bender, crossdressing, feminization, mtf.