BAB 19

5.5K 523 7
                                    

*Rin's POV

Dengan keras, bel tanda istirahat berbunyi. Aku yang dari tadi sama sekali tidak menyimak pelajaran segera menyimpan bukuku dalam tasku. Elysia segera berdiri dan melihatku kemudian ke arah belakang. Aku juga melihat ke belakang dan mendapati Rheel menggerakkan mulutnya dengan cepat dan bergumam "atap".

Dia segera berdiri dan bersama dengan Kevin, mereka segera keluar dari kelas dan menghilang.

Aku dan Elysia segera berjalan ke atap.

Di perjalanan, kami berdua berbincang – bincang dengan orang – orang seperti biasa walaupun dalam hati aku was – was karena harus berbicara hal – hal yang aneh ini lagi.

Elysia berjalan di depanku dengan langkah pasti dan tidak sabaran sedangkan aku sendiri berjalan dengan gontai beberapa anak tangga di belakangnya.

Sekolah kami memiliki 4 lantai. Lantai 1 untuk kelas 1 SMA dengan lapangan lari dan lapangan bola basket. Lantai 2 untuk murid kelas 2 SMA. Di sini ada kantin dan lapangan bulu tangkis indoor. Untuk lantai 3, di tempati oleh anak – anak kelas 3 SMA dan ada juga kolam renang, ruang multimedia, dan lain – lain. Dan untuk lantai 4 adalah atap yang di sertai dengan tempat makan dan kebun atau green house.

Kami membuka pintu yang menuju ke atap dan dengan cepat, sesuatu melintas di samping kiriku dan terdengar bunyi yang cukup keras karena benturan. Aku segera melihat ke arah kiriku dan sangat terkejut saat aku melihat pemuda berjubah putih dan berambut pirang terduduk dengan lemas. Dengan cepat terdengar tembakan yang tidak terlalu keras dan orang berjubah putih itu berubah menjadi pasir. Aku segera melihat ke arah suara tembakan itu dan melihat Kevin sedang memegang pistol. Dari laras pistol itu, muncul kepulan asap putih yang halus.

Kevin segera menurunkan pistol itu. Aku melihat bajunya agak sedikit berantakan tapi wajahnya tetap tenang seperti biasa.

Tiba – tiba Rheel melompat turun dan mendarat sedikit jauh dari kami. Dia mendarat dengan pelan dan hampir tak bersuara.

"Maaf ya, kami baru melakukan pembersihan." Kata Rheel. Bajunya juga terlihat berantakan dan terlihat sedikit goresan – goresan di pipinya.

"Mereka bahkan berada di sekolah?" Tanya Elysia dan seketika juga dia langsung ingat kejadian kaca pecah itu.

"Bukan hanya di sekolah. Mereka akan berada di mana saja sampai mereka bisa mendapatkan apa yang diperintahkan." Seru Kevin.

"Lalu apa yang mereka inginkan?" tanyaku.

"Tentu saja kalian." Rheel menatap kami berdua dengan tajam seolah – olah memberikan kami peringatan agar kami berhati – hati.

Aku dan Elysia hanya menelan ludah dengan gugup.

"Untuk apa mereka mengambil kami?" tanyaku kembali.

"Kalau soal itu biar aku yang menjelaskan." Terdengar suara dari belakangku dan Elysia. Kami berdua membalikkan badan dan segera mendapati seekor kucing hitam dengan mata berwarna biru kehijauan dengan keempat kakinya berjalan ke arah kami.

Elysia melihat kucing itu dengan horror. Aku sendiri sangat shock karena kucing ini bisa berbicara. Tapi rasanya aku pernah melihat kucing ini sebelumnya.

Kucing itu berjalan melewatiku dan Elysia kemudian duduk tepat di samping Rheel. Rheel berlutut dengan satu kaki dan mengelus pelan kucing itu dengan tangannya. Kucing itu segera mengeong dengan malas.

"Ini adalah informan terbaik kelompok Shadow−Foyer Rione Shadow." Mata kucing itu terbuka dan melihatku dengan mata biru manusianya.

Aku segera mengingat kucing yang kemarin kutemui. Dia adalah kucing yang sama dengan yang sekarang kulihat.

LEGEND OF ASWALD - The Fallen MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang