08. My Soul in Seoul

3.9K 271 15
                                    

I'm back! Yohoo~

Terimakasih atas vote dan comment semangatnya, semoga kalian tetap setia menunggu MSIS ^^

So, enjoy!!!

.

Eun Soo's POV

"Eun Soo-ah, keluarlah! Palli*! Dagingnya nanti dingin!"

Bibi Ahn berteriak lagi. Aku buru - buru menyisir rambutku, merapikan pakaianku sebelum keluar kamar.

"Sebentar lagi, Bi!" balasku berteriak. Setelah melirik lagi pada cermin dan memastikan semua sudah siap, aku membuka pintu kamar.

Kulihat Bibi Ahn sedang mondar - mandir membawa alat makan dari dapur menuju ruang tengah merangkap ruang tamu itu. Nasi putih hangat mengepul dari baki, sup miso menguarkan aroma nikmat dan bulgogi dengan taburan wijen di atasnya membuat air liurku hampir menetes.

"Ya Tuhan, ada apa ini? Apa Bibi sedang berulang tahun?" ucapku tak percaya. Bibi Ahn terkikik pelan sambil menata piring. Joon yang sedang menuang air minum melirik padaku lalu pada Bibi Ahn dan tersenyum kecil. Kenapa semua tiba - tiba bersikap misterius begini?

"Ada apa?" tanyaku lagi penasaran. Bibi Ahn melambaikan tangannya, memberi gestur untukku mendekat. Aku duduk di alas duduk untuk meja rendah samping Bibi Ahn. Ia tersenyum lebar.

"Hari ini Bibi mendapat daging dari Bos. Ia bilang Bibi sudah bekerja keras, maka dari itu ia memberi bonus," sahutnya ceria.

"Ah, ayo kita makan! Ayo ayo sayang, ambil nasi-mu, makan yang banyak. Kau juga, Joon! Ambil lauknya, makanlah sampai kenyang." Aku tersenyum senang saat melihat wajah bahagia Bibi Ahn. Jarang sekali ia bisa masak makanan enak begini. Pekerjaannya sebagai tukang sapu jalan tak memberinya banyak upah lebih untuk sekedar membeli daging. Aku jadi sedih karena tidak bisa memberinya bahan masakan enak, padahal sudah lama juga aku menumpang di sini.

"Kau akan pergi?" celetuk Joon di tengah acara makan. Bibi Ahn mengalihkan perhatiannya padaku dan memeriksa penampilanku.

"Ah ... betul, kau terlihat rapi, Eun Soo-ah. Apa kau ada acara?" tanya Bibi Ahn. Aku jadi teringat akan alasanku berpakaian rapi malam ini. Aku mengangguk padanya.

"Yah begitulah, Bi. Dokter pembimbing-ku mengajakku bertemu. Kupikir mungkin ada masalah tentang pekerjaan. Akhir - akhir ini klinik memang sedang sibuk," jelasku. Joon mengangguk kecil mendengarku. Pria itu masih berusaha meminta maaf padaku dan juga sering membuka pembicaraan. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa memaafkannya, walau masih terasa agak canggung saat bicara.

"Baiklah jika begitu. Mungkin kau harus bergegas bila tak ingin membuatnya menunggu lama," sahut Bibi Ahn sambil tersenyum. Aku mengangguk paham padanya.

Setelah selesai makan malam, aku segera membereskan alat makan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, Dokter Young Woo pasti sudah menuju tempat yang kami sepakati.

"Jangan pulang terlalu larut, Eun Soo-ah," ujar Bibi Ahn mengingatkanku. Aku tersenyum padanya sambil membungkuk tanda pamit.

"Baiklah, Bibi. Aku tidak akan lama," jawabku. Bibi Ahn melambaikan tangannya dan aku membalasnya.

"Hati - hati!"

***

Malam ini Dokter Young Woo memang berniat mengajakku bertemu di luar. Sepulang kerja tadi ia sudah memberitahuku. Malah pada awalnya ia menawarkan untuk menjemput, namun segera ku tolak.

Udara dingin dengan cepat menyergap tubuhku sesaat setelah turun dari bus. Aku buru - buru membuka pintu cafe dan masuk ke dalamnya. Mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Seorang pria dengan coat abu - abu gelap di sudut cafe melambaikan tangan kirinya padaku. Senyuman cerah yang terpampang di wajahnya menjelaskan bahwa ia adalah Dokter Young Woo.

My Soul in SeoulWhere stories live. Discover now