26. My Soul in Seoul - The End

3.3K 233 36
                                    

Normal POV

Kita tidak pernah tahu bagaimana Tuhan menuliskan jalanan hidup kita. Apakah berliku ataukah menanjak dan turun. Kita juga tidak pernah tahu bagaimana tangan takdir membuat skenario kisah kehidupan kita. Apakah berakhir indah ataukah tragis.

Jung Gie Soo, seorang pemuda dari desa terpencil, pelosok negeri Korea Selatan, mengalami kehidupan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Harus kehilangan seorang ibu yang ia sayangi karena penyakit kanker. Ditambah ayah yang berubah menjadi penjudi dan pemabuk. Belum lagi ia dan kakaknya akan dijual kepada lelaki hidung belang oleh ayah kandung mereka sendiri.

Namun semua itu belum cukup. Karena sesungguhnya lika-liku hidup mereka baru saja dimulai sejak mereka melarikan diri ke Seoul ....

Ingatan itu. Ingatan akan masa lalunya terus berputar di kepala Gie. Pria kecil itu merasa takdir telah mempermainkan hidupnya sedemikian rupa. Jatuh cinta, dibohongi, patah hati, hingga ... ditinggalkan.

Tapi ia yakin, Tuhan tidak akan menguji dirinya lebih daripada yang bisa ia lakukan. Tuhan pasti berbaik hati padanya. Meski kesulitan datang silih berganti, Gie yakin suatu saat ia pasti bisa bahagia.

Gie menghela napas. Membiarkan asap putih membumbung dari belah bibirnya. Dinginnya Seoul di malam hari membuat ia harus mempererat balutan jaketnya. Ia menatap hamparan air tenang di hadapannya. Sungai Han tampak indah dengan kilau warna-warni lampu yang jatuh menghiasi airnya.

Sejak kejadian tak terduga sore tadi, Nathan membawa Gie ke Sungai Han setelah sebelumnya menitipkan Jonas pada Joon agar mereka pulang bersama sementara Gie pergi dengannya. Sosok Nathan yang berdiri di depannya masihlah bagai khayalan bagi Gie.

Ia dan Nathan. Kembali bertemu setelah empat tahun berpisah. Pria itu benar-benar kembali. Membawa sejuta tanya yang bahkan tidak pernah sanggup Gie ungkapkan.

Mereka berdiri berdampingan. Menghadap air sungai yang damai. Masih saling mengunci bibir. Masih saling mencoba merasakan terlebih dahulu keberadaan masing-masing.

Dalam benak Gie, ia tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan sosok pria di sampingnya. Setelah sekian banyak berita simpang siur tentang pria itu, Gie merasa tidak yakin untuk bisa bertatap muka kembali dengannya. Ia penasaran dan juga ... takut.

"Gie ...."

Suara Nathan memecah lamunannya. Pria manis itu tersentak, tapi tidak menolehkan wajah. Ia tidak siap. Gie benar-benar tidak siap. Bermacam perasaan yang tertahan di dadanya seolah memberontak kuat. Ia rindu suara itu, tapi juga belum ingin mendengarnya dulu.

"Gie ... bagaimana kabarmu?"

Gie ingin sekali menjawab pertanyaan itu, tapi suaranya seakan tersendat di tenggorokan. Saat ia menjawabnya, itu seolah bukan suara Gie. Terlalu serak dan penuh keterpaksaan.

"A-aku baik. Sudah lebih baik."

Nathan menghela napasnya. Banyak yang ingin ia ungkapkan. Tapi rasanya sangat sulit.

"Bagaimana dengan kau?" bisik Gie. Angin malam membawa suara parau itu sampai ke telinga Nathan. Seperti alunan surga yang lembut, Nathan tersenyum haru mendengar suara itu.

"Sangat baik. Lebih baik saat kutahu aku bisa bertemu lagi denganmu."

Gie menguatkan hatinya. Berbalik untuk menghadap Nathan yang telah meliriknya sedari tadi. Pria manis itu merasa kekuatan yang sudah dikumpulkannya jatuh hingga ke mata kaki. Wajah Nathan yang semakin dewasa sekarang membuatnya nampak sangat memikat. Tulang pipi yang timbul, rahang yang tegas, sorot mata coklat terang yang teduh, juga ... senyum penenang yang tidak pernah berubah.

My Soul in SeoulWo Geschichten leben. Entdecke jetzt