10. My Soul in Seoul

2.8K 250 37
                                    

MSIS 3k viewers!! *tebar confetti*
Pokoknya semoga suka sama lanjutannya ya! Love you all!

Enjoy!

.

Eun Soo's POV

Aku tidak pulang ke rumah Bibi Ahn. Tidak juga memberi tahu mereka bahwa aku kembali ke kamar sewa. Apalagi mengabarkan tentang aku yang akan bertemu Gie besok hari. Mungkin kemarin malam aku masih bisa bersikap seperti tidak ada apa - apa di hadapan Bibi Ahn dan juga Joon, tapi ketika hatiku kacau memikirkan bagaimana keadaan Gie yang entah seperti apa, aku memilih menyimpan semua itu sendiri.

"Aku pulang, Eun Soo-ah. Besok sepulang kerja aku akan mengantarmu ke rumah Nathan."

"Ya, terimakasih Young Woo-ah ...."

Young Woo menatapku lama. Pria itu tersenyum kecil, lalu melambaikan tangannya. Ia mengantarku sampai kamar sewa. Tidak mengernyit jijik walau keadaan loteng agak berantakan karena sudah lama tidak kutempati. Aku hanya tersenyum sebagai balasan, kemudian menutup pintu. Tidak ada yang berbeda di dalam sini. Kilasan tentang Gie yang tidur di pojok kamar atau berguling - guling tidak jelas karena kelelahan terasa begitu nyata di depanku. Tuhan ... aku sungguh - sungguh rindu adikku ...

Tak terasa aku meneteskan air mata. Kenangan bersama Gie membuat hatiku semakin sakit karena rindu. Aku mengambil lipatan jaket di atas lemari kecil kami. Jaket pemberian Joon untuk Gie tidur. Sudah ada tumpukan tipis debu di sana. Aku menyapukan tanganku membersihkan debu dari jaket itu. Ketika aku mengambil jaket tersebut, sehelai kertas jatuh dekat kakiku. Itu foto. Foto Gie dan Joon ketika mereka selesai membereskan halaman rumah Bibi Ahn. Wajah Gie dipenuhi tanah dan baju Joon terkena lumpur, namun senyum mereka sama. Sama - sama bahagia. Aku membalik foto itu, ada tulisan tangan Gie di sana.

"Ini menyenangkan. Tidak tahu lagi kapan bisa foto bersama. Aku menyukaimu Hyung. Tapi cinta itu menakutkan."

Aku meraih foto itu dalam dekapanku. Andai Gie tahu bahwa Joon begitu mencintainya ...

***

Gie's POV

Satu menit ... dua menit ... setengah jam ...

Argh! Kenapa jam harus berdetak lama sekali? Padahal aku sudah menunggu kepulangan Nathan dari rumah sakit. Aku sudah bisa menggunakan lift sendiri, jadi aku bisa turun ke bawah dan berkeliling sesuka hatiku menghilangkan bosan. Juga, lagi - lagi Nathan membawa Chan Seok ke rumah sakit padahal ia bisa menyetir mobil sendiri. Aku jadi tidak punya teman bercanda. Chan Seok itu orang yang lucu. Aku tidak akan bosan bermain dengannya. Meskipun lebih sering Nathan akan membatasi waktu mainku. Ku tengokkan kepalaku. Bibi Seo sibuk di dapur entah membuat kue apa lagi. Aku jadi tidak bisa berbincang dengannya. Walau asisten rumah tangga di sini banyak, aku tidak bisa dekat dengan mereka semua. Terkadang malah ada beberapa yang membicarakanku. Jika sudah begitu, Bibi Seo akan datang dan menutup telingaku sambil berbisik 'mereka hanya iri' begitu katanya. Seperti sekarang ...

"Apa bagusnya dia? Pemuda cacat itu ..."

Aku cepat - cepat menggerakkan kursi rodaku untuk mundur beberapa jarak, bersembunyi di belakang rak pajangan besar.

"Kau tahu An Yoon-ah, Jonathan-ssi mengurusnya semata - mata hanya untuk membayar rasa bersalahnya saja. Kalau bukan dia yang menabrak Gie, aku yakin Jonathan-ssi tak akan mau berurusan dengan pemuda itu!"

Hampir saja aku memekik kalau aku tak ingat untuk segera menutup mulutku. Wanita itu benar - benar! Kenapa ia begitu benci padaku sampai - sampai ia bicara hal yang menyakitkan? Nathan selalu bilang bahwa ia mencintaiku maka dari itu ia mengurusku yang kala itu kecelakaan. Aku selalu mendengar ayah memaki - makiku, tapi aku tidak pernah dengar orang lain.

My Soul in SeoulOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz