Bab V - Selfish -

11.5K 520 27
                                    


Warning!!! 18+++ (logo Dewasa)
Diharapkan kebijakannya saat membaca, buat yang under 18, di skip aja. Eh, tapi nanti gak tau jalan ceritanya deh. Muahahaha. Pokoknya kebijakannya aja deh. Aku udah berusaha buat ngeskip tapi kok ntar gak ada feelnya gitu~ *pundung* jadi, jangan OMES (Otak MESum) yaah.. Apalagi ngatain aku omes!! Nyiahahaha..
Yaudah Cussss.. Cekidott~

- Rifan -

Aku duduk dengan gelisah di kursi ruang praktek ku sambil berulang-ulang melihat arlojiku. Sudah pukul 19.20. Dan Kiran belum datang juga. Kemana dia? Tak biasanya dia terlambat.

Sudah dua bulan dia bekerja denganku dan baru sekali ini terlambat. Biasanya ketika aku membuka pintu praktek aku langsung menemukannya yang tersenyum begitu manisnya dan menyapaku dengan ramahnya. Hingga rasanya membuat lelah di sekujur tubuhku ini hilang. Aku begitu kecewa saat datang dan tak menemukannya tadi.

Entah apa yang terjadi padaku selama kurang lebih akhir-akhir ini. Kiran seperti candu bagiku. Rasanya sehari tak melihat senyum manisnya, tawanya yang begitu tulus, dan suara cemprengnya yang begitu lucu membuat tulang-tulang ku seperti remuk.

Seperti yang ku alami seminggu yang lalu saat aku harus berangkat ke luar negeri untuk urusan perusahaan keluarga kami yang lain, dan tak melihatnya selama 3 hari.

Hari pertama tak terasa apa-apa, tapi saat masuk hari kedua, aku gelisah bukan main. Tidur pun tak bisa. Makan pun tak enak. Untungnya aku masih bisa berkonsentrasi. Dan saat aku pulang, aku segera ke Rumah Sakit dan menemukan senyumnya lagi dan hatiku langsung lega dan terisi kembali.

Mungkin karena aku sering melihatnya hampir tiap hari. Pagi-siang-malam. Jadi, aku makin kecanduan padanya. Yang jarang terjadi pada wanita lain.

Aku juga heran, setelah hari di mana aku membuatnya menangis dan hari di mana aku akhirnya mengaku jika aku masih mengenalnya, setelah itu dia jadi berubah makin banyak senyum, menunjukkan keceriaan dan keramahannya padaku.

Padahal, sebelumnya selama seminggu dia kerja denganku dia tersenyum seadanya dan kebanyakan cemberut. Bahkan setelah itu pun, kecerobohannya jadi berkurang. Kenapa tidak dari awal saja aku membuatnya menangis? Jadi akhirnya dia sadar dan berubah. Aku mendengus geli mengingatnya.

Ceklek.

Pintu ruangan di buka dan muncul lah wanita yang ku tunggu. Kiran muncul dengan basah kuyup. Apa hujan di luar? Aku tidak membuka gorden jadi aku tak tau kalau hujan di luar. Dan juga tidak kedengaran.

Aku melihatnya yang masih di berdiri depan pintu yang berhadapan tepat di depanku sambil melap tangan dan kakinya yang basah. Belum menyadari kehadiranku. Tapi, tunggu dulu. Dia memakai.....

Rok? Seorang Kiran memakai rok pendek batas lutut? Dan roknya.. Oh my god! Begitu ketat di tubuhnya. Membuat daerah bokong dan pahanya begitu kelihatan. Juga pakaiannya yang sepertinya sangat ketat. Menampilkan dadanya yang makin keliatan besar.

Jantungku tiba-tiba memacu kencang. Dan sesuatu ku yang lama tak pernah menegang tiba-tiba naik mengeras. Mataku rasanya tidak mau lepas melihatnya.

Dia kini membuka rambutnya yang tadinya dia kuncir dan mengumpulkannya kesamping dan melapnya dengan sapu tangan yang membuatnya begitu sangat terlihat seksi.

Aku menelan ludah melihatnya. Aku mengenggam meja menahan diriku untuk tidak bergerak kehadapannya dan menciumnya sekarang juga. Dan, tiba-tiba dia menunduk untuk melap sepatunya. Dan saat dia tunduk, baju bagian dadanya terturun dan menampakkan belahan dadanya dan sebagian isi dalamnya dengan begitu jelas yang membuat kejantanku yang hampir setahun lebih ini bergeming langsung naik tegak.

Sunrise in NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang