Dua Puluh Empat

565 21 3
                                    

16 Agustus 2015

°°°

Keesokan paginya, Rena bangun pukul 5 dan langsung salat subuh. Usai salat subuh, Rena bergegas mandi dan bersiap-siap berangkat kesekolah. Hari ini Ayah, Bunda, dan kak Vino berangkat ke Jerman untuk bisnis keluarga, tinggallah Rena dan Reno berdua dirumah.

"Pagi kak, cie yang cepat bangun." sapa Rena saat sudah sampai dimeja makan sambil mencolek dagu Reno.

"Biasa aja keles. Ayo buruan habisin susu dan rotinya, ntar aku tinggal loh."

"Maaf aje yee, aku udah dijemput sama kak Rega kok."

"Hah? ngapain dia jemput kamu? jangan-jangan kamu..." belum sempat Reno melanjutkan perkataannya, Rena langsung mengangguk.

"Waaahhh, seriusan? nanti dikelas minta pajak jadian nih."

"Ish, apaan sih kak. gak usah lebay deh!" Rena langsung bergegas memasang sepatunya dan berjalan membuka pintu. belum sempat Rena membukanya, bel rumah telah bunyi duluan. Rena langsung membuka pintu.

"Eh, kak Rega. baru aja aku mau nunggu kak Rega didepan rumah, malah sudah duluan sampai."

"Aku kan gak mau membuat kamu menunggu sayaang." kata 'sayang' yang keluar langsung dari mulut Bian membuat pipi Rena merona.

"Eheem, ntar aja pacarannya. udah setengah 7 nih. Gue malas lihat lo dan Rena dihukum karena terlambat." suara Reno menghentikan adegan yang menurut Rena romantis.

"Biasa aja. Sejauh ini gue gak pernah terlambat ya. gak kayak lo yang pernah terlambat." sindir balik Bian.

Reno menghembuskan napas kesal seolah mau menjitak Bian.

"Udah deh! udah besar juga, masih aja berantem. ayo berangkat sekolah, udah mau telat nih." Rena langsung berjalan ke mobil tanpa mendengarkan ocehan Reno dan Bian.

"Nih, Abang kamu duluan!"

"Eh, enak aja. Lo tuh yang sok-sok modus didepan adek gue!"

"Rena itukan pacar gue! terserah gue dong mau modusin dia atau gak."

"Udah ish! daritadi kalian berantem mulu. Kapan kita berangkatnya." Protes Rena

"Oke, urusan kita belum selesai ya! gue akan tagih nanti disekolah. Ren, kakak berangkat naik motor aja ya, kamu hati-hati." Kata Reno sambil memakai jaket dan helmnya.

"Iya kak. kak Reno juga harus hati-hati ya."

Reno berangkat duluan dengan motornya, kemudian disusul Bian dan Rena.

Diperjalanan Bian dan Rena sibuk dengan pikirannya masing-masing. Bian sibuk dengan jalanan dan Rena sibuk dengan pikirannya tentang Bian.

"Kak Rega, aku mau nanya sesuatu boleh gak?" tanya Rena tiba-tiba membuat Bian langsung menatapnya.

"Bolehlah, masa gak boleh sih. mau nanya apa sayang?"

"Emmm.. itu..."

"Itu apaan sih? kalau ngomong itu jangan malu-malu kali, aku gak akan makan kamu kok."

"Ish, kak Regaa. aku tuh mau nanya serius! jangan dibercandain dong." ambek Rena.

"Iya-iya deh, kamu mau nanya apa hm?"

"Itu.. waktu aku sakit, kak Rega kemana? kok gak pernah jengukin aku sih?"

Sejenak Bian terdiam, dia bingung mau bilang apa ke Rena. Bian tidak mau kalau Rena mengetahui kalau dia juga sakit.

"oh waktu itu aku lagi ada urusan diluar kota sama Ayah aku. Pekerjaan ayah aku waktu itu sangat sulit, sehingga aku datang untuk membantunya."

Rena hanya mengangguk mengerti. Tapi, kenapa jawaban Bian masih kurang jelas menurut Rena, kenapa jawaban Bian seperti bukan jawaban yang sebenarnya.

Don't Leave Me Alone [PENDING]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon