Chapter 2

1.1K 62 6
                                    

Sorry for typo(s)

[Lilly Collins as Jesslyn Anderson on multimedia]

****

Suara benda terkutuk di nakas mejaku membangunkan tidur nyenyak yang baru beberapa jam ku rasakan. Aku mengambil handphoneku sekedar mengecek dengan mata yang ku buka sedikit. semalam aku tak bisa tidur. Aku harus menjaga ayahku karena aku lupa membeli obat di apotek semalam.

Semalam, otakku berputar kembali mengingat kejadian semalam. Pria tampan nan dingin yang mengembalikan handphone ku. Bagaimana bisa ada padanya? Aku segera bangun dan masuk ke kamar mandi. Saat aku melihat cermin, gadis jelek nan buruk rupa berdiri di hadapanku. Rambutnya berantakan. Kantung matanya mulai menghitam. Mengerikannya diriku. Yah, walaupun aslinya aku memang tak cantik. Setidaknya biasanya penampilanku rapih. Tak seperti sekarang. Haha.

Setelah selesai mandi tadi, aku segera keluar kamar untuk membuat sarapan kami berdua. Aku langsung menghampiri ayahku yang terduduk disofa kecil depan tv. Dia melamun, seperti biasa. Aku langsung menghampirinya dan memeluknya seperti biasa. Aku berencana tak berangkat kerja hari ini.

"Selamat pagi Dad, kau mau sarapan apa pagi ini? Maafkan aku karena semalam lupa membeli obat untukmu. " dia diam tak bergeming. Tatapan matanya tetap kosong. Menyedihkan. Dia menderita depresi berat sejak saat itu. Aku sebagai anak yang baik harus menjaganya bukan? Setelah sarapan telur mata sapi, aku langsung pergi keluar rumah untuk membeli obat di apotek.

Jesslyn POV end.

Tanpa disadari, seseorang memotret Jesslyn dengan camera  secara diam-diam saat Jesslyn sedang bergegas ke apotek, lalu orang itu segera pergi.

-

Sean POV

Aku teringat kejadian kemarin. Saat aku menatap manik matanya yang indah. Dia sungguh cantik secara natural tanpa mengenakan make up. Jujur saja, aku memang sudah tahu tentang dia sejak lama. Aku tergila-gila dengan aroma tubuhnya saat kami tak sengaja berpapasan. Aroma black liquir

Flashback On.

Saat itu aku sedang berjalan ke arah mobil sehabis membeli air mineral karena sangat kehausan. Saat sedang berjalan, penglihatanku terpaku saat melihat seorang wanita berjalan tergesa-gesa dengan rambut yang tergerai tertiup angin. Bibirnya merah merekah. Hidungnya mancung.

Aku berpapasan dengannya. Dan saat itu juga aku mencium aroma tubuhnya yang memabukkan. Wanita dengan wajah cantik yang natural. Aku segera menyuruh orang suruhan ku mencari tahu tentangnya.

Namanya Jesslyn. Begitu kata orang suruhanku. Aku langsung disuguhi berkas berisikan semua tentang dirinya. Jesslyn Anderson. Marganya tak asing ditelingaku. Tinggal berdua dengan ayahnya, kerja paruh waktu, di tinggal ibunya, menjadi tulang punggung keluarga, dan ayahnya menderita depresi berat, ntah karena apa. Aku memang menunggu waktu yang tepat untuk mengikatnya. Tak mungkin kan, aku tiba-tiba saja datang membawanya ke penthouse ku lalu mengatakan "kau milikku. Terikat denganku. Dan tidak ada yang boleh mendekatimu apalagi menyentuhmu" tentu dia akan menjauh dariku. Jadi kupakai langkah aman.

Dan saat aku menatapnya kemarin, dia sangat cantik. Sangat. Kecantikan yang tidak disadari olehnya sama sekali. Lebih cantik dibanding aku melihatnya pertama kali dan lebih kalah cantik dari yang di foto. Jesslyn-ku. Setelah beberapa bulan aku selalu mengamatinya dari jauh. Mengetahui kegiatan sehari-harinya. Aku bersumpah sangat mencintainya. Dia milikku. Jesslyn-ku. Terikat denganku.

The Simple FeelingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora