Chapter 3

9.3K 519 20
                                    

Samuel mengejar Alan keluar kamar mandi, tapi yang dikejar sudah tidak tampak lagi di manapun, pasti tadi Alan berlari. Samuel mencari Alan di setiap sudut kampus, kantin, ruang kuliah, taman depan, tapi hasilnya nihil, ia akhirnya menyerah, Alan mungkin sudah pulang, Samuel memutuskan untuk menyusul saja ke rumah Alan, iapun bergegas menuju lapangan parkir untuk mengambil motornya.

Sesampainya di rumah Alan Samuel bertemu dengan Ibu Alan yang mengatakan bahwa Alan belum pulang, Samuel akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga Alan pulang di taman yang terletak di ujung gang rumah Alan.

Sementara itu di sebuah kedai makan kecil Alan tampak tengah duduk termenung di salah satu mejanya. Hatinya sakit jika mengingat kembali kejadian tadi, entah kenapa kalimat itu terdengar beribu-ribu kali lebih menyakitkan jika Samuel yang mengatakannya dibandingkan dengan jika orang lain yang mengatakannya. Mungkin Samuel tidak sengaja, tapi tetap saja terdengar menyakitkan.

Alan menyeruput jus mangga yang dipesannya sambil terus termenung, ia tahu Samuel pasti akan menyusulnya ke rumah, jadi ia memilih untuk mampir dulu di kedai yang tidak sengaja ia lewati ini agar ia tidak usah bertemu dengan Samuel.

Jam tangan Samuel sudah menunjukan pukul 10 malam tapi Alan belum juga lewat, Samuel mengenok kiri kanan, gang rumah Alan sudah sepi, tak ada tanda-tanda orang lewat.
Samuel kemudian berdiri, setelah berjam-jam ia duduk di bangku taman menunggu Alan yang tak kunjung muncul, ia akhirnya memutuskan untuk pulang dan bicara dengan Alan besok pagi sekalian menjemputnya.

~

Esok paginya.

Jam 6 pagi tepat motor Samuel sudah bertengger di depan rumah Alan, Samuel menglakson motornya. Beberapa saat kemudian ibu Alan muncul di pintu depan.

"Selamat pagi, tante, Alannya sudah siap?" tanya Samuel sopan.

"Lohh, memangnya Alan tidak memberitahumu, Sam?" tanya ibu Alan kebingungan.

"Memberitahu saya apa, tante?" tanya Samuel sama bingungnya.

"Alan bilang hari ini dia ada presentasi penting di kelasnya, jadi dia berangkat lebih pagi, dia sudah berangkat dari jam setengah enam tadi, kupikir dia sudah mengatakannya padamu.." jawab ibu Alan.

"Tidak, Alan tidak mengatakannya pada saya.." kata Samuel.

Alan pasti sangat marah padanya hingga ia melakukan ini, pikir Samuel.

"Baiklah kalau begitu, saya pamit berangkat kuliah dulu, tante.." kata Samuel lagi.

"Ya, hati-hati di jalan, Sam." balas ibu Alan.

"Ya." kata Samuel.

Samuel kemudian menjalankan motornya dan pergi meninggalkan ibu Alan yang masih berdiri kebingungan di depan rumahnya.

Setengah jam kemudian Samuel tiba di kampus, setelah memakirkan motornya dan mengaitkan helmnya asal ia bergegas menuju kelas Alan. Setibanya di depan kelas Alan Samuel melihat bahwa ternyata perkuliahan sudah mulai. Hari ini ternyata bukan hari keberuntungannya, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke kelasnya saja dan berencana untuk bicara dengan Alan pada jam istirahat nanti.

Samuel memasuki kelasnya dengan gontai, ia ingin cepat-cepat menyelesaikan masalahnya dengan Alan tapi selalu saja ada hambatan. Samuel kemudian duduk di kursi favoritnya, begitu duduk ia baru menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dengan kelasnya, teman-teman sekelasnya tampak bergerombol-gerombol sambil berbisik-bisik antusias, beberapa ada yang mencuri pandang pada Samuel.

'Ada sesuatu yang tidak beres.' pikir Samuel.

Benar saja, salah satu dari mereka akhirnya memberanikan diri menghampiri Samuel.

My Best GayfriendWhere stories live. Discover now