My Little Angel: Chapter 31

4.4K 318 16
                                    

I've got most of my vows done so far

And tell death do us part

There's no doubt in my mind

It's time

I'm ready to start

I swear to you with all of my heart...

The first time I saw her

I swear I knew that I say I do

-Marry Your Daughter / Brian McKnight-

[[ Selamat Membaca ]]

Ada beberapa anak genk motor disana, dengan pakaian yang sama resminya mereka terlihat lebih rapi tapi sepertinya tidak dengan kelakuan mereka. Yang tetap mempertahankan menjadi orang yang begitu humor bahkan tawanya yang paling memekakkan telinga.

"Hai!! Siapa wanita cantik ini?" Aldi berteriak dengan lantangnya membuat semua orang disekitarnya memusatkan perhatian ke (Namakamu). Hei, menyebalkan.

(Namakamu) memukul pelan lengan atas Aldi, jangan menggodaku.

"hei dia milikku, tidak sepantasnya kalian menatap dengan seperti itu" aku menolehkan kepalaku cepat mendapati Iqbaal yang menyilangkan tangannya dan mengeraskan rahangnya.

Astaga. Mereka menatap (Namakamu) dengan tatapan yang bahkan mungkin tidak berkedip sama sekali, begitu intens dari bagian atas hingga kebawah. Hentikan!

"Iya iya, dasar pelit."

"Kita kan hanya memandangnya."

"Ah dasar, padahal kan aku juga ingin memeluknya."

"Kau fikir kita tidak rindu dengannya?"

"Dasar pelit"

Ya Tuhan, mereka berhasil membuat Iqbaal menyeringai kesal, dan kau tahu, semua terdiam dan pergi menundukkan kepalanya berpencar menjauh dari Iqbaal. (Namakamu) terkekeh pelan dan meraih lengan atas Iqbaal.

"sudahlah, mereka hanya bercanda"

"Selamat malam bagi tamu undangan..."

Acara tersebut sudah dimulai, lampu lampu mati begitu saja, dan satu lampu sorot tertuju kepada sumber suara. Yang satu lelaki dan satu wanita cantik disampingnya. Mereka menyapa tamu undangan dengan begitu formal hingga pada inti acara yang membuatku termenung sejenak.

"Peresmian Hotel. Untuk Mr. Dhiafakhri kami persilahkan memberikan sambutannya."

(Namakamu) mengernyit mendapati Iqbaal disampingnya mencium keningnya sebelum beranjak pergi menaiki stage . bagaimana bisa hal sepenting ini dia tidak mengetahuinya, jadi hotel termahal ini miliknya? aku tidak terkejut akan tingkat tertinggi atau apa. hanya.. biasanya ayahnya yang seharusnya berada disana, namun ini hal yang menarik. Jadi Iqbaal memiliki hotel ini atas namanya sendiri?

(Namakamu) tersadar dan menatap ke stage setelah bergelut dengan pikirannya sendiri. Iqbaal sudah menatapnya begitu juga lampu sorot yang kini menyinari badannya. Ada apa? apa yang dia katakan?

"Dia langit yang kuimpikan. Dan dia berada disini sekarang. Aku tidak akan sanggup tanpa keberadaannya disisiku. Dia yang membuatku bisa berjalan sejauh ini. Pernah kurasakan jika hidupku akan sia - sia. Tapi senyumnya menyadarkanku jika hidupku begitu indah. Dia yang mengerti semua tentangku, kelemahanku, segalanya. Dan dia segalanya bagiku. Tidak akan mudah bagiku mengungkapkan ini... Daun itu kecil, tapi jauh didalamnya ada banyak yang tersembunyi. Cinta itu hanya satu kata tapi sungguh jauh di dalamnya banyak makna yang tidak dapat diuraikan. Dan kau mengajariku tentang uraian - uraian itu. Jadilah pendampingku, yang selalu bersamaku (Namakamu)"

(Namakamu) meneteskan matanya ketika berhasil mencerna apa yang dimaksud oleh Iqbaal. Dia melamarnya. Dia mencintainya. Dia ingin (Namakamu) menjadi pendampingnya? Sungguh kebahagian yang saat ini tidak bisa terukir lagi.

"jadilah milikku"

(Namakamu) kembali menutup bibirnya yang bergetar melihat beberapa lilin terlihat menyala dengan bertahap, kini dia begitu jelas melihat banyak orang memusatkan tatapannya kepadanya. Bahkan banyak wanita menangis haru.

(Namakamu) tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. Riuh tamu undangan tidak bisa lagi dia rasakan, (Namakamu) terpusat pada mata Iqbaal yang menguncinya erat dengan senyum samarnya yang semakin jelas semakin terlihat. Senyum yang dirindukan oleh (Namakamu). Senyum dimana mereka masih bermain kejar - kejaran di taman rumah. Senyum itu kembali terukir.

Dan senyumnya terukir kembali karenanya. Karena (Namakamu).

"Terima kasih"

Iqbaal menuruni stage dengan membenarkan kancing di jasnya, berjalan dengan angkuh melewati tamu undangan.

Dia berhenti tepat didepanku. Matanya lebih indah dari apapun yang pernah kulihat. Dan hal itu lebih sempurna dengan senyumnya yang kini muncul di bibirnya. Aku tidak bisa menahan senyumku lagi melihatnya tersenyum bahagia didepanku.

(Namakamu) mendekap Iqbaal dengan erat. Persetan dengan semua orang yang melihatnya. (Namakamu) merenggangkan pelukannya ketika mengetahui sebuah alunan piano terdengar dengan begitu lembut.

(Namakamu) menatap Iqbaal mengetahui jika lagu ini..

"Marry your daughter?"

Iqbaal terkekeh mengetahui kerutan samar di dahi (Namakamu)..

"Yaa.. aku tahu jika kau pasti akan menjadi milikku.. hanya saja" (Namakamu) beralih menatap tatapan Iqbaal di belakangnya..

"Dia yang membuatku sulit mengambilmu untuk menjadi milikku."

Richard, (Namakamu) memukul pelan pinggang Iqbaal yang berada tepat di belakang sikunya.

"Dasar tidak sopan."

(Namakamu) memeluk Richard begitu juga dengan shalvyn.

"Dasar laki - laki yang bodoh. Bisa - bisanya kau mengatakan hal itu diacara peresmian hotelmu. Tidak bisakah kau memperlakukannya dengan romantis? " Richard mengumpat disertai dengan Iqbaal yang hanya mengangkat alisnya sedikit dan memandang ke (Namakamu).

Sungguh kekehan (Namakamu) dan Shalvyn tidak mengubah Richard yang masih terus saja mengumat kesal.

"Aku kira aku harus belajar dahulu ke penggoda wanita."

Apa? 'penggoda wanita?

Richard memicingkan matanya dan Iqbaal berlalu meraih tangan (Namakamu) dan menariknya agar berada disisinya.

"Tapi sepertinya itu tidak penting. Tanpa hal yang romantis pun pada kenyataannya aku tetap mendapatkannya."

Iqbaal menundukkan badannya dan menarik pinggang (Namakamu) menjauh dari kedua orang tua (Namakamu).

"Ibu.."

Alana tersenyum dengan bahagia. Dia terlihat lebih segar dan bahagia. Bahkan gaun birunya membuatnya terlihat begitu cantik.

"Akhirnya aku mendapatkan gadis cantik yang akan menjadi menantuku." Alana memeluk (Namakamu) dengan lembut, kekehan kecil (Namakamu) membuatnya juga ikut tertawa. Begitu bahagiakah dia?

"Terima kasih sudah membuatnya kembali seperti dia yang dulu. Dia sangat mencintaimu dan cintamu membuatnya menyadari jika dia harus tersenyum. Terima kasih (Namakamu)"

(Namakamu) meneteskan matanya mendengar bisikan lembut itu di telinganya. Sungguh, aku masih tidak percaya jika semua ini bukan mimpi. Aku menuntunnya? Apa itu benar? Tidak semuanya aku yang melakukan. Tapi

"Iqbaal.." panggilan itu, suara itu.

(Namakamu), Alana bahkan Iqbaal menolehkan kepalanya bersamaan kearah sumber suara.

Gadis itu, (Namakamu) menolehkan kepalanya kearah Iqbaal yang sama - sama terdiam menatap perubahan pada orang yang cukup kami kenal siapa dia.

Aku tidak mengundangnya (Namakamu).

"Setelah kau memberikan anak ini, kau melamarnya?" (Namakamu) terkesiap mendapati...

_______________________________________________________________________________________

-FA

Angelic (MLA - 2015)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora