7_ Cinta

4K 386 16
                                    

Di sebuah ruang rawat inap, seorang gadis kecil di atas kursi roda baru saja keluar dari kamar mandi dengan dibantu oleh seorang nenek yang sudah tampak sangat tua. Mungkin, usianya sekitar lebih dari 70 tahun. Yang pasti, jauh lebih tua dari opa kesayangan Illy. Gadis kecil itu mencoba berdiri untuk kembali ke atas tempat tidur dengan berpegangan erat pada neneknya.

Illy baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan Al yang mendorong kursi rodanya, baru beberapa langkah dari pintu. Illy yang sejak tadi memperhatikan gadis kecil dan nenek tua itu berpikir keras untuk memahami keadaan mereka. Kenapa rasanya aneh? Apa-apaan ! Bocah itu masih bisa senyum?

"Itu neneknya." Al menyadari Illy yang mendadak terpaku. Sebenarnya, ia juga berhenti karena melihat pemandangan itu. "Nona kenapa? Udah siap kan ketemu anak itu, kan?"

“…” Sebelum Illy menjawab, anak yang sudah duduk kembali di atas tempat tidurnya itu menyadari kehadirannya dan Al.

"Kaka!” Gadis kecil itu tersenyum riang pada Al yang ia ketahui sebagai kaka yang menolongnya.

“…” Senyum itu hanya membuat Illy semakin merasa bersalah dan takut.

"Hai, Cinta! Gimana keadaan kamu?" Al sambil kembali mendorong kursi roda Illy masuk.

"Eh, ada nak Al. Sini...," ajak neneknya. Lalu, ia melihat pada Illy dan tersenyum ramah. "Ini siapa?"

"Ini... Nona Princess." Al balas tersneyum lembut.

"Oh, nona Princess? Namanya aneh, ya..." Si nenek bahkan salah mengeja nama itu menjadi 'Pring-ess'.

Seketika itu juga Illy menahan tawa. "Nenek panggil aja saya Illy, jangan Princess." Susah amat ngejanya!

"Oh, neng Illy...." Nenek lebih mudah menyebut nama itu. Bahkan, tanpa sungkan menambahkan 'neng' di depannya, panggilan khas orang sunda.

"Kaka ini yang...." Gadis kecil yang hanya menyimak pembicaraan mereka akhirnya membuka suara. Ia menatap Illy seraya mengingat-ingat.

"Iya, aku yang nabrak kamu." Illy menyahut sebelum anak itu menyelesaikan kalimatnya. "Umm, maaf...," lanjutnya sambil menundukan kepala dengan wajah muram.

Seumur hidup, Illy belum pernah meminta maaf. Tapi kali ini, rasanya seperti ada yang memaksa dalam hatinya. Mungkin nuraninya mulai menghianati kecongkakan yang selama ini tertanan di sana. Tidak seperti bayangannya selama ini, ternyata meminta maaf tidak membuatnya merasa rendah, atau seperti tengah merendahkan diri serendah-rendahnya.

Si gadis kecil dan sang nenek sebenarnya sudah tahu mengenai kecelakaan itu. Tapi, mungkin karena selama ini sudah terlalu sering mengalah dengan kerasnya hidup, akhirnya mereka sama sekali tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi. Apalagi menyalahkan dan menghakimi Illy.

"Kaka gak papa, kan?" tanya gadis kecil itu seraya tersenyum lembut.

Illy mengangkat kepalanya, menatap bocah dan mulai heran sendiri. Gimana dia masih bisa senyumin gue? Dan dia malah mikirin keadaan gue? Bahkan, neneknya sekalipun tampak tidak marah sama sekali padanya yang mungkin saja bisa membunuh cucunya dalam kecelakaan itu.
"Kaka kok, diem? Pasti sakit ya, muka kaka banyak perbannya?" tanya gadis itu lagi, kali ini senyumnya berganti kerutan cemas. Ia melihat Illy dan dirinya bergantian. "Perban di badan kaka lebih banyak dari aku."

Akhirnya, Illy membalas tatapan cemas gadis itu dengan senyum samar. "Aku gak papa, kok. Harusnya aku yang nanya, kamu gak papa, kan?"

"Cinta gak papa, neng,” sahut sang nenek. “Dia pasti bisa jalan normal lagi. Kelihatannya keadaan neng jauh lebih parah."

"Nenek… gak marah sama saya?" tanya Illy ragu.

"Sebenarnya nenek marah, tapi nenek udah terima semuanya. Nenek yakin ini Cuma cobaan. Neng juga gak mungkin sengaja mau nabrak cucu nenek, kan? Apalagi sampai neng sendiri celaka," jelas si nenek.

Ya, Illy memang tidak sengaja. Tapi kemudian, ia sadar memang tingkahnya sendiri yang mencelakainya. Bahkan, mencelakai orang tak bersalah.

I FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang