Aku Suka Angga

15.1K 682 35
                                    

Namanya Angga, the boy next door who I adore. Namanya Angga Pradipta, lahir tanggal 14 Februari enam belas tahun lalu. Namanya Angga dan dia pacar sahabatku.

Baik, sebelum aku memulai kisah ini, ada baiknya kita memulai dari beberapa bulan ke belakang. Tepatnya pada bulan Maret. Begini lah kisah sebelumnya...

* * *

24 Maret 2014

Hari senin selalu menyebalkan untukku. Pertama, aku benci pelajaran biologi. Kedua aku benci upacara. Ketiga aku benci rompi yang harus kupakai. Terakhir, aku benci hari senin. Menyebalkan. Dan yang paling menyebalkan adalah aku sekarang terjebak di kelas biologi selama tiga jam pelajaran ke depan! Gawd, lebih baik aku disodorin soal akuntansi deh! Lagi, sebagai anak IPS kenapa juga aku harus belajar biologi? Gez, menyebalkan.

Omong-omong sudah berapa kali aku mengulang kata menyebalkan? Terserah lah.

"Miss Anita, apa kelas saya begitu membosankan?" Suara Bu Widya membuatku tersadar dari lamunanku. Guru biologiku tengah menatapku sambil bersedekap, wajahnya terlihat tak suka. Aku berdehem sebelum menjawab, "tidak saya hanya sedang memikirkan tentang bagaimana amoeba itu PDKT."

Dan gelak tawa langsung terdengar di seluruh kelas. Stupid me, now I will get detention!

"Miss Anita, ke ruang detensi selepas pulang sekolah!" Suara Bu Widya meninggi sedangkan aku hanya meringis kemudian menaruh kepalaku di meja. I'm literally dead, now.

Yah, perkenalkan, namaku Anita Diana Abraha. Gadis berumur enam belas tahun yang harus terkena detensi karena melamun. Yah, hari senin memang selalu menyebalkan. Ops, I did it again.

Omong-omong, bukan salahku jika aku melamun di kelas biologi. Salahkan Angga Pradipta dengan pakaian olahraga yang tengah bermain basket di lapangan sana! Gez, baik itu tadi hanya alasanku. Omong-omong tentang Angga --panggilan kecilnya-- dia adalah tetanggaku, juga seseorang yang aku sukai sejak, entah aku sendiri tak ingat rasanya sudah lama sekali sejak aku menyukainya.

Angga tipikal basketball player, ganteng, tinggi, lucu, pintar dan menyebalkan dalam waktu yang sama. Matanya berwarna cokelat terang --bahasa gaulnya sih, hazel--, rambutnya cokelat gelap dan agak ikal. Dia lebih tinggi dariku --tentu saja--, kulitnya kecokelatan --bukan hitam ya--, alisnya tebal, hidungnya mancung dan bibirnya merah seperti cherry. Gawd, bisa-bisanya cowok seperti dia exist!

Tapi bukan itu yang membuatku menyukainya. Bukan hanya masalah tampang Angga yang memang di atas rata-rata, tapi karena Angga selalu ada di dekatku. People said, kamu akan jatuh cinta pada orang yang selalu berada di dekatmu, and that's work on me. Maksudku, sepanjang yang aku ingat hanya Angga yang benar-benar berada di zona nyamanku. Tepatnya species cowok yang berada di dekatku ya, cuma Angga. Jadi ya gak heran 'kan kalau aku suka dia? Tapi gak ada yang tahu, even Rashi slash my bestfriend.

- - -

"Gue kira selama ini lo cewek baik-baik."

"Well, you know good girl doesn't suit on me," balasku pada Angga dengan tatapan datar. Saat ini aku sedang di ruang detensi untuk satu setengah jam ke depan. Pak Jeremiah tengah menjaga aku dan Angga --yang terkena detensi karena dia menaruh permen karet di bangku temannya. "Gak nyangka ketemu lo lagi, Ga, gue bosen."

Angga tertawa, tipe tawa menyenangkan yang membuat dadaku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. "Ah, I miss you too, Princess Sofia."

Aku hanya memutar manik mataku, "Gawd, berapa kali gue bilang jangan manggil gue itu!"

Angga kembali tertawa. Ini semua bermula sejak beberapa bulan lalu, di mana Angga menemukan aku tengah fangirling di depan televisi karena menonton acara Sofia The First di Disney Channel. Dan sejak saat itu aku bersumpah tak akan lagi menonton acara itu --walau aku masih sering melakukannya saat kuanggap Angga tak akan datang ke rumahku. Tapi Angga masih saja tetap meledekku, menyebalkan.

"Gue ngantuk, Nit," Angga mulai menelungkupkan tubuhnya dengan lekukan tangannya sebagai alas. "Bangunin gue pas udah selesai detensinya."

Aku hanya mengangguk, memangnya apalagi yang dapat kulakukan? Jadi, saat menunggu waktu detensi yang terasa selamanya aku memilih mendengarkan lagu. Tatapan mataku teralih ke arah Angga yang tertidur dengan wajah yang menghadap ke arahku. Tenang sekali wajahnya, seakan tak ada beban. Aku menghela, ikut merebahkan kepalaku di atas meja dengan tangan sebagai alas. Aku terus saja memperhatikan Angga, aku tahu Angga memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya.

Senyumku semakin mengembang, bahkan tak terasa waktu detensi telah selesai. Aku langsung mengguncang pelan tubuh Angga, tapi emang dasar kebo, jadi aku malah mendorongnya hingga jatuh.

"Anjrit! Ada gempa ya?" Matanya langsung melotot sementara aku malah tertawa.

"Huanjir! Muka lo!" Aku telah mulai memotret wajah Angga sejak tadi. "Fix, kocak banget!"

Tiba-tiba Angga bangkit dan mencoba meraih ponselku, namun aku langsung menyembunyikannya ke belakang tubuhku. "Gak mau! Sono ish."

"Gak! Apus dulu! Siniin, elah, Nit!" Angga terus berusaha mengambil ponselku namun aku masih saja menyembunyikannya di belakang tubuh. Dengan sengaja aku menendang tulang keringnya kemudian berlari keluar dari kelas

"Emang enak!" Kemudian aku berlari, menjauh dari banteng yang tengah mengamuk.

Apa aku pernah bilang jika aku selalu suka mengganggu Angga? Kalau belum biar aku katakan, aku suka sekali membuat Angga marah. Karena wajahnya akan terlihat memerah, tapi dia tak pernah melampiaskannya begitu saja. Angga saat marah hanya akan diam dan meninggalkanku, menenangkan diri katanya.

Aku suka Angga.

* * *

Cinta dan RahasiaWhere stories live. Discover now