nawa

1.4K 217 158
                                    

"Daddy!"

Busett dah, kuping gue berasa mau meledak tujuh rupa denger nih anak teriak-teriak. Mana dia sama sekali gak ngelepasin cengkramannya di tangan gue lagi. Pulang dari rumah keknya gue harus nelpon Mbah Cawo yang sering ngurut gue nihh. Sekalian, beli umang-umang saos tiram di warung Mpok Nori.

Maknyuzz...

Baper kan w. Eh, laper maksudnya.

"Dad, kenalin ini temen Cara di kampus. Lebih tepatnya, teman satu-satunya Cara di dunia ini."

Keknya gue harus nyari batu buat nahan kebelet pipis nih. Soalnya gue gak ququ ngeliat Daddy-nya Cara yang masih muda dan sekseh ini. Alhasil, gue ngeremes-remes payudara--maapin Harry ya Allah, maksudnya tangan--milik Cara.

"Sesuatu ya." Jawab Charles make gaya Syahroni, melambai gituhh jadinya.

"Papa bangga sama kamu, nak." Lanjut Charles, yang ini kalo gasalah gaya bicaranya Berbi Romeo di acara X-Traktor apalah itu namanya. Ciyuz miayam gue gatau.

"Kamu siapa?" Tanya Daddy Charles ke gue. Duh, akhirnya nih orang sembuh juga dari penyakit keartisannya.

"Kamu seperti jelly."

Ettdah...

Belom sempet jawab, nih bapak bloon tapi sekseh bin tjaqep nimbrung-nimbrung ae.

"Ini namanya Harry Satiles, Dad," Cara pun ternyata juga gregetan kek gue.

"It's styles, not satiles." Sambung gue make bahasa sunda logat lampung.

"Oooohhhhhh...." Kedua bapak-anak itu pun ngangguk-ngangguk persis kek lagunya project pop.

"Jadi, ini temen yang kamu ceritain itu?" Tanya

"Iya, Dad."

Loh? tunggu bentar.

"Kamsudnya?" Tanya gue butuh penjelasan agar gue tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang membingungkan di dunia yang penuh godaan ena-ena ini.

"Maksudnya, Harry." Koreksi Cara dengan lembut selembut sutra.

"Nah, itu maksud gue. Biasalah, lidah gue sering typo."

"Jadi tuh, Cara semalem cerita kalo dia itu punya temen di kampus, namanya Harry. Cara juga cerita kalo kamu itu unik."

"Unik?" Ulang gue, terkejut setengah idup jiwa raga tumpah darahku indonesia raya.

"Iya!" Sahut Cara, tersenyum lebar selebar gerobak Mamang Nayell. "Menurut gue, elo itu unik. Karena baru kali ini gue ngeliat cowok dengan penampilan serba pink dari atas nyampe bawah. Kesan pertama gue ngeliat elo itu mungkin nih anak khilaf kali ya berpenampilan beginian. Eh, ternyata lo warna pink itu udah mendarah-daging di elo. Pokoknya gitu deh."

Gue mengangguk paham. "Tapi, itu malah menjadi masalah untuk pertemanan gue."

"Nah, sebab itulah kita berada disini sekarang, lebih tepatnya di hadapan seorang Char--loh? Daddy mana?"

Ajaib! Seketika si Daddy Charles hot ilang begitu aja dari hadapan kita.

"Makan siang dulu, anak-anak!"

Itu suara serak-serak becek milik daddy Charles. Cara pun menggandeng tangan gue menuju ruang makannya yang seluas lapangan basket jaman gue PAUD.

"Nah, duduk-duduk. Anggep aja ini rumah saya sendiri," daddy Charles menepuk pundak gue, menyuruh gue ikut makan siang.

Bola mata gue pun langsung menelusuri jenis-jenis makanan di atas meja makan. Ada oseng umang-umang saus tiram, pepes cupang, rontokan cireng, ayam tiren, bakso boraks, pempek formalin, sambalado Ayu Ting-Ting, bahkan somay Mamang Nayell pun tersedia disini.

Hmm, rupanya mereka juga pelanggan setia Gerobak Mamang Nayell.

"Jadi, inti pembicaraan kamu tadi apa?" Tanya daddy ke Cara selagi makan.

"Um, kalo penampilan tuh mempengaruhi untuk segi pertemanan gak sih, Dad?"

"Bisa jadi." Jawab Daddy kek di acara Makan Bulaga Indonesia yang sering ditonton Gemma.

"Oh, berarti Daddy harus desain pakaian untuk Harry. Demi pertemanan Harry dan Cara. Ok?"

Mendengar itu, gue pun tersedak batuk-batuk mendekati sakaratul maut. Cara nggak tinggal diem, dia nepuk-nepuk punggung gue dengan sekuat tenaga sampe cupang meluncur dari tenggorokan gue.

"Minum dulu," Daddy menyodorkan gue gelas yang berisi jamu beras kencur.

Setelah merasa lebih baik, gue pun angkat bicara, "gue nggak apa-apa kok dengan keadaan gue yang gak punya temen. Lagian juga, gue nggak mau ngerepotin."

"Saya merasa nggak keberatan kok." Jawab Daddy, tersenyum sumringah ke gue. "Saya malah merasa senang karena bisa membantu orang seperti kamu, apalagi kamu adalah temen satu-satunya Cara. Sedari brojol dari kandungan Mommy-nya, Cara itu nggak punya temen. Bukan karena nggak ada yang mau berteman dengannya, justru banyak banget yang mau jadi temen dia. Tapi karena Cara yang menjauhi mereka semua."

"Iya, jadi lo nggak perlu merasa keberatan." Sahut Cara.

Gue pun hanya bisa terdiam sambil mengaduk-aduk bakso boraks.


-----

adeq pusing, bang. adeq butuh belaian. adeq butuh kehangatan ;''

sejauh ini, gue lancar-lancar menyontek dlm UTS ;')

tapi gue pun tersadar, gue gak bisa selamanya tergantung jawaban orang laen *azekk

tapi ya gitu, gue ngerasa belom menemukan kepercayaan diri w ajahh :''v


gue kok jadi curhat yah? :")


Pink ➳ h.sWhere stories live. Discover now