10. Dare Or Dare

6.3K 567 2
                                    

Ziffa POV

"Nih, Zif." Aku menerima sebuah sobekan kertas yang diberikan Frey. Sedetik kemudian, aku mulai menuliskan sesuatu di atas kertas itu.

"Udah, nih." Ucapku setelah selesai menulis sebuah kalimat sakral di sana dan menggulungnya. Aku meletakkan kertas itu ke topi abu-abu milik Mira, persis seperti yang dilakukan kedua sahabatku yang lainnya.

"Ayo kita mulai." Kata Frey dengan semangat.

Yap. Aku, Frey, dan Mira sedang melakukan kegiatan rutin yang sudah kami jalankan sejak tahun pertama kami masuk SMA. Game legendaris, Dare or dare. Kami selalu memainkan game ini setiap akhir bulan. Dan berhubung hari ini tanggal 28 -yang termasuk akhir bulan- ditambah jam pelajaran yang kosong, maka kami memutuskan untuk melakukannya sekarang.

"Ambil satu-satu."

Aku mengambil salah satu kertas yang ada di dalam topi abu-abu itu. Sambil berharap jika kertas yang kubawa ini nantinya akan membawa berkah.

Ya, semoga saja.

"Ayo puter pesilnya!"

Frey memutar pensil yang memang sudah diletakkan di permukaan meja, sedangkan kami bertiga duduk melingkar mengelilingi meja itu.

"Yaaahhh." Ucap Frey saat ujung runcing pensil itu tepat menunjuk ke arahnya.

"Ayo Frey, baca!" Kata Mira dengan antusias. Aku menatap Frey yang mulai membuka gulungan kertas itu.

"Makan rumput yang ada di pinggir lapangan basket." Frey membaca tulisan di kertas itu dengan perlahan, kedua alisnya saling bertautan. "Maksudnya? Gue makan rumput, gitu?"

"Ya." Aku mengangguk mengiyakan. "Itu dari gue, hihihi." Ucapku sambil menahan tawa.

Sedetik kemudian, raut wajah Frey berubah. Mulutnya menganga, matanya melebar. "Lo gila!"

"Hahaha." Aku dan Mira tertawa sambil memukuli lengan Frey. Gak kuat lihat wajahnya. Ekspresi dia itu loh, bikin ngakak.

Frey mendengus sebal. "Oke, kita ke lapangan." Ucapnya lalu berdiri dan melangkah keluar kelas, disusul aku dan Mira yang masih cekikikan di balik punggungnya.

-------

"Ayo Frey, habisin rumputnya." Kata Mira sambil bertepuk tangan menyemangati Frey.

"Awas aja kalau nanti malem perut gue mules." Frey mendengus. "Ntar bau kentut gue gentayangan di kamar lo." Ucapnya sinis kepadaku.

"Hahahaha." Aku tertawa mendengar ucapannya. Dasar si Frey. Masih aja ngelucu.

"Dimakan dong, Frey." Aku terkikik geli melihat Frey masih menggenggam rumput yang masih utuh di tangannya. "Ntar keburu basi." Lanjutku.

"Lo kan cewek fearless, Frey. Hahaha." Ucap Mira disela-sela tawanya.

Frey mendengus, lalu mulai menggigit rumput yang ada di genggamannya itu. Tapi sedetik kemudian, dia mengeluarkan rumput itu dari mulutnya lagi.

"Hii..." Frey bergidik setelahnya. "Ampun dehh, gue gak mau makan begituan lagi. Suer."

"Hahaha." Aku dan Mira tertawa cekikikan. Aduh, sumpah mukanya Frey bikin ketawa.

"Lo ngapain gigit-gigit rumput?" Aku dan Mira menghentikan tawa saat aku mendengar suara berat yang berasal dari balik koridor. Reflek, kami bertiga membalikkan badan, mencari-cari siapa pemilik suara itu.

"Loh? Kak Dika?" Pekik Frey saat dia menyadari siapa orang yang ada di belakangnya.

"Lo ngapain gigit-gigit rumput?" Tanya cowok bernama Dika itu. Ah, iya. Kalau gak salah, dia kapten tim basket sekolah. Pantes aja dia kenal sama Frey.

"Itu tuh, Kak. Gue kena dare suruh makan rumput." Ucap Frey sebal.

"Oh gitu... Yaudah, bagus deh. Tadi gue kira lo kelaperan, terus akhirnya makan rumput gara-gara gak punya duit." Kak Dika terlihat menahan tawanya.

"Kak Dika, ish. Nyebelin."

"Hahaha. Kalian ada-ada aja." Ucapnya. "Yaudah gue balik duluan ya." Kak Dika tersenyum sekilas pada kami kemudian melangkah pergi.

"Dare gue udah loh yaa." Frey tersenyum penuh kemenangan. "Sekarang giliran... hmm... siapa yaa enaknya?" Dia menatapku dan Mira bergantian. Matanya menyipit, jari-jari kanannya memegangi dagu. Terlihat menimang sesuatu.

"Mira aja deh."

Yang disebut hanya mendengus, lalu mulai membuka kertasnya.

"WHAT?" Teriak Mira sesaat sesudah membaca kertas keramat itu. "Freyyy!! Lo gila!!" Ucapnya sambil mengacak rambut frustasi.

Frey terkekeh sendiri di tempatnya. "Gimana? Keren, kan?" Katanya sambil menaik turunkan alis.

"Astaga, Frey. Masa iya gue yang cakep begini disuruh minta nomer hpnya petugas kebersihan sekolah?"

Apa?

"Hah?" Tanyaku tak mengerti. "Lo disuruh minta nope-nya zimut -sebutan buat petugas kebersihan di sekolah- sama Frey?"

"Iya nih, Zif. Frey gila!" Jawab Mira sebal.

"Si zimut itu masih muda loh Mir, tampangnya lumayan juga. Itung-itung buat koleksi gebetan gitu deh, siapa tau ntar jadian beneran." Frey tertawa terbahak bahak.

Gila. Frey benar-benar gila.

"Hahahahaha." Aku ikut-ikutan tertawa seperti Frey. "Eh-eh. Itu tuh Mir, ada si zimut lewat." Lanjutku saat melihat seorang laki-laki dengan seragam putih-oranye menuju ke arah kami.

"Sana, gih." Ucap Frey masih cekikikan.

Mira mendengus, tapi pada akhirnya dia tetap berjalan mendekati orang itu.

"Emm... Mas, permisi."

Aku dan Frey berusaha menahan tawa saat Mira mulai bersuara. Sebenernya kasihan, sih. Tapi gimana lagi? Namanya juga lagi main dare or dare.

"Gini nih Mas, saya lagi main dare or dare sama temen, dan kebetulan saya dapet dare-nya disuruh minta nomer hpnya mas. Jadi... Saya boleh minta nope-nya Mas, nggak?" Aku bisa melihat wajah si zimut itu berbinar bahagia, berbanding terbalik dengan Mira yang berusaha menahan malu.

"O-Oh, boleh kok Mbak. Boleh banget malah." Zimut itu mengambil hp Mira yang terulur di hadapannya, kemudian mulai mengetikkan beberapa nomor di sana.

"Makasih, Mas. Maaf mengganggu." Ucap Mira kemudian melesat cepat menuju kami yang sedang menatapnya bangga.

"Lo keren banget, Mir." Aku bertepuk tangan saat Mira berdiri di hadapanku.

"Iya, sumpah keren banget. Serasi, Mir. Dijadiin pacar boleh tuh....Awww." Ucap Frey yang dihadiahi jitakan oleh Mira.

"Gila lo." Mira menjitak kepala Frey sekali lagi.

"Ah, tinggal satu nih yang belum buka kertasnya. Kira-kira isinya apa, ya?" Kata Mira sambil tersenyum misterius.

Aku menaikkan salah satu alis. "Gue?"

Mira menganggukkan kepala, sedangkan Frey menatapku penuh tanya.

Firasatku kok jadi gak enak gini, ya.

"Kertasnya dibuka dong, Zif." Desak Frey yang sudah kepo akut.

Aku mengangguk, lalu mulai membukanya perlahan.

Deg.

WHAT?

APA INI?

"MIRA! LO GILA!" Teriakku setelah membaca sebaris kalimat di atas kertas itu.

"MASA IYA GUE HARUS NEMBAK KETUA OSIS, HAH?! LO GILA!"

-------

301015

VierWhere stories live. Discover now