part 6

2K 93 3
                                    

Ketika melihat Alxander rasanya ingin sekali Charles memberi pelajar pada laki laki tua itu. Bagaimana tidak ia ingin menghajar laki laki itu tidak lain ayah dari wanita yang ia sayangi, wanita yang telah berkorban demi sang ayah yang tidak pernah menganggapnya. Tapi apa yang bisa Charles lakukan? ia tidak mungkin melakukan itu mengingat laki laki itu telah mendapatkan karmanya bahkan ia tau laki laki itu selalu di hantui rasa bersalah. Ia juga tahu di balik senyum itu masih tersirat rasa penyesalan yang teramat dalam jadi Charles tidak perlu melakukan sesuatu. Ia juga tidak mau membuat dinda sedih di alam sana bagaimana pun laki laki itu ayah dari seorang wanita yang dulu pernah menolongnya.

Charles tau bagaimana sikap kedua orang tua dinda terhadapnya bahkan ia juga tau bagaimana keadaannya sampai sekarang. Yah Charles menyelidiki semua itu untuk mencari tahu keberadaan orang yang telah berani mengambil wanita yang ia sayangi dari hidupnya dan membuatnya harus merasa kehilangan kembali.

Ia berusaha tersenyum ramah saat ia bersalaman dengan Al. Ia harus bisa menahan emosinya karena sesungguhnya target yang ia kejar bukanlah Al.

"Selamat malam Mr. Xander senang bisa berkenalan dengan anda" kata Charles.

"Dan saya pun senang bisa bertemu dengan pengusaha muda yang luar biasa seperti anda Mr. Wijaya" balas Al.

"Kau tau dari kecil aku sangat kagum dengan anda karena anda seorang ayah yang luar biasa"sarkatis Charles membuat Al tersenyum kecut dengan wajah yang terlihat sedih.

Apa anak muda ini tidak tahu dia bukanlah ayah yang baik untuk anak anaknya jika memang dia seorang ayah yang baik mungkin ia tidak akan menyakiti hati anaknya, mungkin ia bisa melindungin anaknya tapi apa yang terjadi anaknya lah yang melindungi dirinya.

Charles yang melihat perubahan raut wajah Al tersenyum puas. " kau tidak boleh mengagumiku...Jika memang aku seorang ayah yang luar biasa aku tidak akan membuat nyawa anakku hilang" ucapnya sedih dengan penuh penyesalan.
"Maaf saya tidak tau dan tidak bermaksud" kata charles pura pura merasa bersalah.

"Tidak masalah mungkin karena kejadiannya telah lama dan di lihat dari usia anda mungkin anda tidak pernah mendengar kabar itu Mr. Wijaya" Al berusaha tersenyum meski pun hatinya kembali terasa sakit "maaf saya ketoilet sebentar"

Al melenggang pergi setelah berpamitan. Sedangkan Charles tersenyum puas ini semua setimpal dengan apa yang ia lakukan pada dinda.

Al duduk di bangku taman hotel ini mata itu memandang nanar langit malam. Kapan ia bisa bertemu dengan anaknya menghentikan rasa sakit yang terus bergemuruh di hatinya. Bahkan bertahun tahun mimpi buruk itu tidak dapat hilang di dalam tidurnya.

"Maaf...maafkan papa, jika kau biarkan saja papa yang pergi mungkin sekarang kamu bahagia dengan orang yang mencintaimu nak"lirihnya air mata itu kembali mengalir. "Kau tau jika kau membiarkan papa yang pergi mungkin tidak akan banyak air mata seperti untukmu...tidak akan pernah banyak hati yang tersakiti"

"Jujur saja papa tidak kuat menghadapi rasa sakit ini yang terus menggerogoti hati...papa selalu merasa bersalah jika papa melihat orang orang yang menyangimu terluka....mamamu memang beberapa tahun lalu sudah membaik tapi tatapan itu berubah ia seperti membenci papa nak karena papalah yang menyebabkan semua ini tapi papa bersyukur karena mamamu tidak meninggalkan papa....papa juga merasa bersalah terhadap sahabat sahabatmu dan orang yang kau cintai....orang tua mereka sedih dan bercerita pada papa mereka bilang anak anaknya tidak ada yang mau kembali pulang ke tanah kelahirannya semua itu membuat papa makin bersalah"

Al memejamkan matanya air mata itu makin mengalir "papa mohon jemput papa sayang hentikan rasa sakit ini" laki laki itu memukul dadanya untuk mengurangi rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya.

"Pah" Al mendongkakan wajahnya seketika itu tubuhnya menegang ia berdiri menghampiri sosok seorang gadis dan ia langsung merengkuh tubuhnya" maafkan papa sayang...maafkan papa dinda....bawa papa pergi dari dunia yang menyakitkan ini"

"Tidak pah, papa harus kuat....papa jangan terus-terusan seperti ini, papa tidak bersalah....hidup dan mati seseorang tuhan lah yang menentuhkan. jadi ini bukan salah papa....Dinda ingin papa melangkah kedepan jangan pernah melihat kembali kebelakang....jika papa selalu melihat kebelakang papa akan terus di hantui rasa bersalah "

Dinda melepaskan pelukan Al "masih banyak orang yang menyangi dan membutuhkan papa"

"Papa sayang sama dinda kan?" tanya Dinda. Al mengangguk
"Kalau papa sayang sama Dinda berarti papa tidak ingin dinda sedihkan, maka dari itu papa harus kuat...papa pasti bisa melupakan semuanya...dinda sayang sama papa, maaf dinda tidak bisa menjadi anak yang baik, maaf dinda harus pergi"
Perlahan lahan tubuh dinda menghilang.

"Dinda jangan tinggalin papa"

"Dindaaaaaa......" teriak Al

"Papa"

"Bila" seketika mata itu terbuka Bila lah yang ada di sampingnya

"Syukurlah papa sudah sadar, mimpi buruk itu lagi?" Al mengangguk lemah. Ternyata semua itu hanya mimpi. Bukan kah ia tadi berada di taman hotel. Dan sekarang dimana ia berada.

"Tadi Charles menemukan papa pingsan, jadi papa di bawa kesalah satu kamar hotel" Bila memberikan air minum pada Al yang langsung di terima diminum hingga tandas.

"Yasudah papa istirahat saja, Bila mau panggil mama sekeligus memberi tahu om Far papa sudah sadar mereka tadi terlihat kuawitir" Al mengangguk. Ia menghembuskan nafas perlahan lahan lalu membatingkan dirinya kembali setelah Bila pergi.

******

Maaf cerita nya pendek
Jangan lupa vote nya

Love + Mr gay and BrotherWhere stories live. Discover now