Menghitung Hujan Part 4,5,6

85.7K 3.1K 172
                                    

by santhy agatha

twitter : Santhy_Agustina

Facebook Fanpage : Santhy Agatha

blog : Anakcantikspot.blogspot,com

email : demondevile@gmail.com

4

Jika cinta itu sama dengan hujan

Maka kaulah tetes air yang mengalir itu

Menerpa tubuhku, Membasahi hatiku

Membuatku mampu bermimpi,

Bahwa mungkin akan ada 'bahagia selamanya" untuk kau dan aku...


 

"Aku tidak bisa datang, maafkan aku Diandra." Reno mengeraskan hatinya. Diandra harus belajar kuat tanpanya. Kalau setiap Diandra lemah dan Reno datang, Diandra akan terus bergantung kepadanya, hatinya akan semakin sakit dan semakin menderita.

Reno menyayangi Diandra. Hanya itu. Pertunangan mereka bertahun lamanya, persahabatan mereka dari kecil hanya menyisakan satu hal di dada Reno : rasa sayang. Debar itu sudah tidak ada lagi untuk Diandra. Jantung itu sudah tidak lagi mengharapkan Diandra di sampingnya.

Suara isak Diandra mengalun perlahan, isak perempuan yang patah hati.

"Setega itukah kau padaku, Reno? Aku bagaikan sampah bagimu...

"Aku hanya ingin kau kuat, Diandra.

"Kuat?" Diandra tertawa di sela isak tangisnya, "Dulu aku kuat, karena aku harus menopangmu. Kau sakit, dan aku berjuang supaya kuat, karena salah satu dari kita harus kuat untuk mendukung yang lain." Suara Diandra terdengar penuh kesakitan, "Lalu kau menghancurkanku."

Reno memejamkan mata, merasakan kesakitan memenuhi badannya. Diandra memang benar... tetapi dia bisa apa?

"Maafkan aku Diandra.”

"Tidak." Diandra bersikeras, "Aku tidak akan memaafkanmu Reno. Bertahun kuhabiskan hanya untuk mendampingimu. Karena aku mencintaimu. Tetapi kau membuangku begitu saja. Hanya karena jantung itu.

"Kau boleh membenciku semaumu. Aku pantas menerimanya. Kalau dengan membenciku kau bisa sembuh dan melangkah ke dalam kebahagiaan baru, aku rela kau benci." gumam Reno pelan.

Hening. Diandra termenung di seberang sana. Lalu ada helaan napas di sela isak tangisnya.

"Seharusnya waktu itu kau bunuh saja aku."

Teleponpun ditutup. Meninggalkan Reno yang termenung di tengah kegelapan kamarnya.

***

Malam itu Nana bermimpi, mimpi tentang Rangga, tentang kenangan-kenangan mereka bersama di masa lampau. Saat-saat bahagia itu....

Mereka sedang duduk di pantai yang mereka kunjungi waktu liburan masa lalu, di pasir tanpa alas. Menghadap ombak di bawah langit jingga yang siap menghantarkan matahari masuk ke peraduannya.

"Tidak ada yang namanya bahagia selamanya." Rangga bergumam sambil tersenyum lembut, melirik novel cinta yang sedang dibaca oleh Nana.

Nana mendongak dari novel itu. Cahaya makin temaram, membuat huruf demi huruf makin berbayang, dia menyerah dan menutup novelnya.

"Kenapa?”

"Karena hidup terus berputar, manusia yang bercinta harus menghadapinya. Mereka bisa bahagia karena cinta, tetapi terkadang menangis juga karenanya, begitulah hidup, begitulah cinta." Rangga menatap Nana dengan mata teduhnya, "Dan karena ada kematian. Suatu saat manusia harus siap menghadapi kematian, dipisahkan satu sama lainnya."

Menghitung HujanWhere stories live. Discover now