Mengitung Hujan Part 7,8,9

71.7K 2.7K 103
                                    

by Santhy Agatha

twitter @Santhy_Agustina

Facebook fanpage : Santhy Agatha

blog : Anakcantikspot.blogspot.com

email : demondevile@gmail.com

7

Semua nyawa mengharap asa yang sama,Saat dua hati mulai terbelenggu romansa.Menjulang doa ke langit Tuhan

Berucap syukur karna cinta

Ah dahulu memang cinta sangat bermurah hati padamu, kemudian padaku

Cinta...dahulu pernah merangkai jalanmu kepadaku.

Hingga sekarangpun.....aku masih tertinggal di masa itu

Masih meratap punggungmu berlalu dari ujung mataku

Dari hidupku yang entah mengapa....selalu butuh sapamu saat pagi membuka hari.

Dan senyummu temaram saat petang merangkul malam

Kau dan cinta para dewamu.....terlalu mewah untukku menghamba

Diandra melangkah turun dari kereta menuju ke pintu keluar Stasiun besar bandung. Banyak orang lalu lalang, kebanyakan membelanjakan barang dagangan. Dia melangkah keluar dari pintu Stasiun itu, ke arah peron yang luas. Sejenak dia berdiri, dalam hening dan diam, menatap ke sekeliling. Menghirup udara di sebuah kota yang sering dikunjunginya semasa kecil.... Reno ada di kota ini, menghirup udara yang sama. Batin Diandra terasa pedih. Seharusnya kalau hubungan mereka baik-baik saja, Reno ada di sini untuk menjemputnya. Tetapi yang terjadi sekarang adalah dia melangkah sendirian di sini, dalam kesepian yang mencekik, merasa sedih dan ironi.

"Diandra? sudah lama menunggunya?"

 Diandra menoleh mendengar panggilan itu, Lalu tersenyum ketika menyadari siapa yang menjemputnya.

 "Halo Axel." dengan cepat dia menghampiri sepupunya itu, meninggalkan tasnya di lantai dan memeluknya.

 Axel membalas pelukannya dengan sayang, Diandra akan selalu menjadi  kesayangannya, Axel adalah anak tunggal, dia tidak punya saudara dan satu-satunya orang yang bisa dekat dengannya adalah Diandra.

 Diambilnya tas Diandra lalu mengerutkan keningnya, "Mana Reno?"

 Pertanyaan Axel itu membuat mimik wajah Diandra berubah, meskipun dia berusaha menyembunyikannya di balik senyumnya yang pahit. Ya... keluarga besar mereka memang belum tahu tentang pembatalan pertunanagan sepihak yang dilakukan oleh Reno. Hanya ayah ibunya yang tahu dan Diandra melarangnya untuk memberitahukan kepada keluarganya yang lain. Itu semua karena Diandra masih berharap bahwa Reno akan kembali kepadanya, bagaimanapun caranya.

 "Reno sedang sibuk." Diandra mengarang dengan cepat, "Lagipula aku kemari karena merindukan nenek."

 Axel tertawa, "Dan nenek juga merindukanmu. Dari kemarin beliau sibuk menyiapkan kamarmu, dan menyuruh kami menyiapkan cemilan kesukaanmu, bahkan sekarang beliau sedang memasak makanan kesukaanmu." Axel mengedipkan sebelah matanya, "Kedatanganmu kemari benar-benar membuat nenek bersemangat...." Wajah Axel kemudian terlihat sedih, "Biarpun begitu kami tetap bisa mengerti kenapa bertahun-tahun kemarin kau tidak bisa mampir ke Bandung, apalagi mengingat kondisi Reno waktu itu yang begitu sakit, kami mengerti betapa kau mencintainya dan ingin tetap berada di sampingnya kalau-kalau yang terburuk terjadi."

 Diandra merenung dengan sedih. Ya, demi Reno dulu, dia telah mengorbankan seluruh waktunya, keluarganya, hari-harinya dihabiskan untuk mendampingi Reno dan merawatnya. Axel memperhatikan ekspresi sedih Diandra lalu menepuk punggungnya, memberikan semangat, "Hei.... kenapa kau murung? Sekarang keadaan sudah lebih baik bukan? Transplatasi jantung Reno yang sukses tentunya telah merubah hidup kalian, seperti sekarang, kau bisa main ke Bandung dan menengok kami lagi."

Menghitung HujanWhere stories live. Discover now