Menghitung hujan 10,11,12

60.7K 2.5K 130
                                    

by Santhy Agatha

blog : anakcantikspot.blogspot.com

twitter : @Santhy_Agustina

facebook fanpage : Santhy Agatha

email : demondevile@gmail.com

10

Mendung itu yang mengeruhkan hati, tak cukup gelap

Hati masih sendu, dan pertanyaan itu masih kelam

Tak bisa dekat dengan sempurna, tetapi bisa dekat dengan hatimu

Sesederhana itu mimpiku tentangmu

Dan kalaupun itu tidaklah mungkin

Akan kutunggu sampai hari berakhir

Atau sampai kita lahir lagi di waktu lain, saat mimpi yang tak mungkin, menjadi mungkin

"Tentang Reno dan Diandra?" Nana mengernyitkan keningnya. Siapa itu Diandra? Nana berusaha mengorek-korek ingatannya tetapi dia tetap tidak menemukan ingatannya tentang seseorang bernama Diandra.

Axel menjawab dengan cepat, "Diandra... yang kemarin kita bertemu di depan Cascade."

Nana mengedipkan matanya, "Diandra.. maksudmu Dian?"

Axel langsung sadar kalau Diandra memperkenalkan dirinya sebagai Dian kepada Nana, "Ya, maksudku Dian."

"Kalau begitu, Reno dan Diandra..... apakah maksudmu Reno mengenal Diandra?" Nana mengernyitkan keningnya. Kalau begitu kenapa kemarin Dian dan Reno bersikap tidak saling kenal? bahkan sepanjang ingatan Nana, mereka bukan hanya tidak saling menatap, tetapi juga tidak saling menyapa. Sampai kemudian setelah mereka pergipun, Reno sama sekali tidak mengindikasikan bahwa dia mengenal Diandra.....

Nana mengalihkan pandangannya dan menatap Axel dengan bingung. Lelaki ini tidak dikenalnya, datang menemuinya ingin menjelaskan tentang Reno dan Diandra, dari kesimpulan cepat Nana, mungkinkah lelaki ini adalah kekasih Diandra?

"Ceritanya sedikit kompleks dan panjang, bisa aku minta waktu Nana? mungkin kita bisa duduk di suatu tempat?"

Nana menatap Axel, penampilan lelaki ini tampaknya tidak mencurigakan, tetapi bagaimanapun juga Nana tidak kenal dengan Alex, apalagi penjahat-penjahat sekarang malahan kebanyakan berpenampilan meyakinkan agar tidak dicurigai.'

"Nana?" teguran Axel itu mengagetkan Nana dari lamunan liarnya, membuat pipinya memerah malu ketika menyadari bahwa dia melamun di depan Axel.

Dengan cepat, Nana mengambil keputusan paling aman.

"Kita bisa berbicara sambil duduk di kantin kampus."

***

Kantin kampus sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk melakukan pembicaraan serius karena suasananya biasanya ramai. Tetapi untunglah, karena menjelang jam pulang kampus, suasana kantin agak sedikit lengang. Hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk mengobrol dengan tenang di berbagai sudut. Dan tempat ini merupakan tempat ideal bagi Nana karena tempat umum yang banyak orang merupakan tempat yang paling aman ketika berbicara dengan orang yang baru dikenalnya ini.

Mereka memilih duduk di sebuah sudut yang nyaman, cukup ada privasi untuk bercakap-cakap tapi tetap bisa dilihat dan melihat orang banyak. Pelayan menawarkan menu dan Axel memesan minuman jeruk sementara Nana memesan kopi kesukaannya. Axel mengangkat alis melihat pesanan Nana,

Menghitung HujanWhere stories live. Discover now