5. 1 Percaya Saja

840 84 49
                                    

Mirror//replicA by @projectMetz

The Hidden Assassin by @pepperrujak

Warning : OOC. OOC. OOC.

.

Percaya Saja.

.

Hanya dari sekilas aroma.

Aku sudah bisa menemukanmu.

Hanya dari bisikan lirih.

Aku sudah bisa menemukanmu.

Maka, saat kau kedinginan karena sendirian.

Aku akan meraih tanganmu.

Kemudian menghangatkan kembali hati yang telah membeku.

.

Gekko Hakai

Hujan salju di luar sana sepertinya cukup indah. Tapi sayang sekali, keindahan seperti itu tak cukup membuatku terpesona. Terdiam cukup lama di depan segelas susu hangat, aku tak berani menatap balik mata Yuki yang mungkin kini sedang menyipit culas meremehkanku.

"Kau yakin dengan perasaanmu padanya?" tanyanya sangsi.

Aku tak menggeleng maupun mengangguk. Hanya diam memandangi gelas susu tanpa berkedip sekalipun.

"Apa kau juga yakin bisa melindunginya?" Yuki bertanya lagi. Dan aku masih bisu layaknya batu.

"Apa dia bisa dipercaya? Apa dia tak akan mengkhianatimu?"

Jari-jari tanganku menegang sedikit.

"Dan seandinya dia tidak mengkhianatimu, apa kau yakin kau tidak akan mengkhianatinya?"

Kali ini Yuki berhasil membuat mataku membulat. Aku masih memandangi gelas susu, tapi sepertinya wajahku mengerut dengan gigi yang tiba-tiba mengerat.

"Hari ini aku sedang tidak ingin bermain denganmu, jadi kuberi nasihat saja." Yuki sepertinya beranjak berdiri, karena kursi yang dia tempati terdengar berderit akibat digeser. "Kau, selamanya akan menjadi bencana untuk orang-orang di sekitarmu. Jika bersikeras memiliki teman, maka bersiaplah melihat kehancuran mereka."

Dan ketika kuangkat kepalaku, rupanya Yuki sudah tidak ada.

.

.

Part 1

Ucapan Yuki meluap-luap di kepala Gekko. Tak bisa dilupakan maupun diabaikan.

Gekko membenarkan setiap kalimat yang Yuki tuturkan padanya; tentang dia yang selalu membawa kehancuran atau kemungkinan dia akan berkhianat.

Duduk sendirian di taman bermain yang biasa ia datangi bersama Alz, Gekko membiarkan dirinya terhujani guguran salju. Ia bahkan tidak memakai syal ataupun sweater tebal, hanya mengenakan kaos panjang biasa dengan celana jeans selutut. Sengaja. Agar tubuhnya menggigil kedinginan. Ia berharap terserang hipotermia, agar rasa sakit di hatinya bisa pindah ke tubuhnya saja.

Padahal, ini kesekian kalinya, akhirnya ia bertemu seseorang yang tak membuatnya bosan. Yang ia merasa tenang berada di dekat orang itu.

Bukannya Gekko tidak menyadari bahwa Alz tipe orang yang tidak mudah dipercayai. Ia tahu, Alz memiliki banyak rahasia yang tak ingin ia bagi. Pemuda itu seperti memiliki rencana mengerikan untuk hidupnya dan orang-orang di sekelilingnya. Tapi, bukankah Gekko pun seperti itu? Ia tak kalah buruknya dalam membuat rencana mengerikan untuk orang-orang di sekitarnya.

Tapi, setidaknya, Gekko bisa memastikan, bahwa Alz tidak akan mengkhianatinya. Yang menjadi kekhawatirannya malah dirinya sendiri. Gekko tidak mempercayai apakah dirinya mampu agar tidak mengkhianati Alz. Apapun keadaannya.

SRAAT!

Sebuah syal dililitkan seseorang ke leher Gekko, berasal dari seorang pemuda yang tiba-tiba hadir di belakang Gekko menggunakan teleport.

Gekko tak merespon, pandangannya masih tetap menuju hamparan pemandangan di depannya.

"Kau kedinginan." Pemuda itu, yang telah melilitkan syal ke leher Gekko, kini beranjak untuk duduk di samping si gadis pucat. "Kau ada masalah."

"Manusia hidup dengan masalah."

Lalu hening menerpa mereka. Si pemuda berinisiatif untuk menggerakkan tangannya, meraih satu telapak tangan Gekko untuk digenggam, karena ia tahu bahwa Gekko sudah mulai kedinginan.

"Setangguh apapun daya tahan tubuhmu, kalau seperti ini terus, kau juga bisa kena flu."

Gekko mengalihkan tatapannya. Ia menoleh untuk melihat pemuda di sampingnya yang memiliki perangai tak kalah datar darinya. "Kau jadi lebih cerewet, Alz," tuturnya mengejek.

Alz tersenyum miring, senyuman yang bila orang lain yang mengartikan, maka akan dianggap sebagai senyum meremehkan. "Sebenarnya, sejak bersamamu aku memang jadi lebih cerewet."

"Ck." Gekko berdecak. Ia kembali melihat ke depan, membiarkan Alz meniup-niup tangan kanannya untuk dihangatkan. "Apa menurutmu, aku bisa terus bersamamu?" tanya Gekko kemudian.

Alz mengedikkan bahu. Ia sedang menikmati menggosok-gosok telapak tangan Gekko sambil sesekali meniupnya. "Tidak ada yang tahu masa depan. Tapi, kukira kita akan selalu bersama jika kita mengusahakannya," jawab Alz pada akhirnya. Pemuda itu menggeser tubuhnya lebih dekat pada Gekko agar bisa memeluk si gadis pucat dan mengusap-ucap punggung Gekko perlahan.

Gekko merespon dengan balas memeluk Alz untuk menghangatkan diri. "Memangnya, kau mau selamanya bersamaku?"

"Hm?" Alz mengernyit. "Kau melamarku?" tanya Alz spontan.

Namun Gekko malah menggigit bahu Alz keras karena merasa kesal. Padahal dia sebenarnya malu, dan Gekko benci saat dirinya merasa malu gara-gara Alz.

"Aku tahu kau kesal, tapi jangan selalu menjadikanku korban tindakan barbarmu." Alz menjambak rambut belakang Gekko, agar gadis pucat itu berhenti mengigitnya. "Lagi pula itu tadi pertanyaan reflek. Tidak sengaja." Ia masih berusaha membujuk Gekko agar segera berhenti mengigit bahunya.

Gekko benar-benar berhenti menggigit. "Aku, sepertinya takut dengan diriku sendiri," ujarnya tiba-tiba. Alz diam, mendengarkan. "Karena suatu hari, aku pasti berhasrat ingin merusakmu."

"Memangnya, seberapa parah kau akan merusakku?" tanya Alz basa-basi.

Gekko bungkam. Batinnya pun sebenarnya bertanya-tanya, seberapa jahat ia bisa merusak orang kesayangannya?

"Seharusnya, kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri. Jangan sampai aku bisa merusakmu hingga hancur berkeping-keping." Senyum sangat meremehkan tersungging penuh percaya diri dari bibir Alz. Ia melepas pelukannya untuk Gekko, lalu mencengkram wajah Gekko hingga menengadah kepadanya. "Lihat wajah cantik ini." Alz mendengus kecil. "Terlalu polos, terlalu mudah untuk dirusak. Lalu, berani sekali pemiliknya menyombongkan diri bahwa dia bisa merusak orang lain."

Wajah Gekko memerah. Ia mencengkeram pergelangan tangan Alz untuk menyingkirkan tangan usil itu dari wajahnya. Lalu mengigitnya sampai tangan Alz berdarah.

"Hei hei hei. Kau mau memakanku?!" Alz menarik-narik tangannya yang masih berada di gigitan Gekko. Tangannya sudah benar-benar berdarah, bahkan sampai menetes-netes mengotori salju di bawah kakinya.

Setelah puas menggigit, Gekko mengusap tepian bibirnya, menghilangkan noda darah gara-gara ia menggigit tangan Alz terlalu kasar.

"Heh. Rupanya aku mengkhawatirkan hal yang tidak perlu." Gekko merapatkan syalnya. "Aku sepertinya lupa kalau tabiatmu tak jauh beda dariku." Ia lalu beranjak untuk berdiri.

Alz ikut berdiri. Ia menggenggam sebelah tangan Gekko. "Ayo. Selesaikan masalahmu." Dan ia pun melangkahkan kakinya sambil menyeret Gekko yang awalnya diam saja, tak berinisiatif melangkah. "Aku tidak sabar ingin menghajar kakakmu," ucap Alz di sela-sela langkahnya yang beriringan dengan Gekko.

"Kau yang akan dihajar."

.

TBC

Maaf pendek. #kabuuuuuurrrrrrrrrrr


White BondWhere stories live. Discover now