5.2 Selamat Menempuh Hidup Baru

505 51 28
                                    

Mirror//Replica by projectMetz

Hidden Assassin by pepperrujak

White Bond, a romantic story by pepperrujak

.

Enjoy



Part 1

Yuki and Gekko's Apartmen

Yuki tidak menyukai beberapa hal. Sementara hal yang ia benci lebih banyak daripada hal yang tidak dia sukai. Misalnya; Yuki tidak menyukai Gekko, tapi ia tidak membencinya atau, Yuki tidak suka udara dingin tapi ia juga tidak membencinya. Akan tetapi, dalam kasus perasaan tidak sukanya kepada Alz, Yuki akui bahwa dia pun membenci pemuda kesayangan Gekko itu sekujur tubuhnya. Bukan hanya sekedar gara-gara keberadaan Alz yang menarik perhatian Gekko, namun juga disebabkan oleh perangai Alz yang dianggapnya terlihat selaras dengan Gekko.

Apa-apaan itu?! Sok dingin! Sok jahat. Penjilat.

Padahal jika ditilik, perangai Alz memang sudah dari jauh-jauh hari seperti itu, pun sebelum Alz bertemu Gekko. Mungkin perasaan benci Yuki adalah realisasi dari rasa cemburunya. Sayang sekali, ia tidak pernah mengakui ke-over protect­-kannya kepada saudara bungsunya. Dalihnya adalah ia selalu ingin menjadikan Gekko bawahannya, istilah kasarnya adalah 'boneka'.

Namun, hal baik dari kebenciannya kepada Alz adalah jika semisal bocah dekil itu meminta Gekko darinya, secara empat mata. Seperti yang terjadi hari ini, detik ini, saat ini. Ia jadi leluasa memaki-maki Alz atau menghujat si rambut abu-abu tanpa merasa bersalah. Juga, ia akan merasa sangat bahagia ketika melakukannya.

"Maksudmu, kau ingin bertanggung jawab atas hidup Gekko?" tanya Yuki ketika ia menyesap secangkir coklat panasnya. Ia berleha-leha di atas sofa, dengan kaki menyilang layaknya raja, juga tak lupa tatap mata sinisnya yang tertuju hanya pada Alz seorang.

"Aku hanya memintamu agar membiarkan Gekko bergaul sesukanya. Bukan ingin mengikatnya," sanggah Alz disertai decakan jenuh tanpa antusiasme berlebih.

"Aku sudah membiarkannya bergaul denganmu selama ini. Apa lagi yang kau inginkan? Memilikinya? Kalau seperti itu kasusnya, akan kuucapkan; selamat bermimpi, Bocah."

Alz mendecih. Berbicara dengan Yuki dipenuhi basa-basi perkara tak penting. Berputar-putar di inti yang sama tapi melalui jalan berliku.

"Kau menghasutnya, mengekangnya dan membuatnya takut untuk mengikat diri dengan orang lain."

Yuki tersenyum lebar, tingkahnya semakin digdaya. Ia bahkan menaikkan kedua kakinya ke atas meja dengan punggung yang bersandar kurang ajar di sandaran sofa. "Memang itu tujuanku ... Bocah. Masa' kau nggak tahu. Buahahaha." Pun ia tertawa dengan kepala menengadah adikuasa. "Orang sepertimu yang suka memanfaatkan orang lain, seharusnya paling paham, dong." Ia menyeringai kali ini. "Atau jangan-jangan, sifatmu yang satu itu terkikis gara-gara kau dekat dengan Gekko?" kemudian terbahak lagi.

"Hmm ... kau ... mungkinkah kau ini sebenarnya menyukai Gekko lebih dari yang kupikirkan?" tanya Alz mereka-reka, ada sudut bibir yang terangkat sedikit tanpa kentara. "Aku jadi sangsi dengan dalihmu yang selalu ingin mengekang Gekko hanya karena dia bisa dimanfaatkan."

PRAK!

Yuki melempar cangkir coklatnya tepat ke kepala Alz, membuat dahi pemuda bermata aneh itu mengalirkan darah perlahan, tetapi Alz malah ingin terkekeh.

"Hal menjijikkan seperti itu! Bisa-bisanya kau mengucapkannya di depanku!" Yuki berdiri, matanya berkilat penuh murka. Otak di kepalanya bahkan sudah memikirkan cara terburuk untuk menyobek mulut bejat Alz.

White BondWhere stories live. Discover now