(13) Tears

1.2K 152 8
                                    

Allen terpaku saat membaca isi dari perkamen kecil itu.

Rilianne tahu? Rilianne tahu bahwa Michaela masih hidup?

Kekesalan Allen memuncak. Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan untuk Michaela bukan untuk menyelamatkan gadis itu, namun malah berbalik ke dirinya. Ia malah membuat dirinya lah yang harus membunuh Michaela.

Allen meremukkan perkamen itu menjadi bola dan melemparnya ke lantai dengan kesal. Bola perkamen itu memantul menjauh beberapa kali, sampai menabrak tumpukan koran dan berhenti.

Dengan putus asa, Allen melangkah untuk mengambil bola perkamen itu. Namun saat ia membungkuk untuk mengambil perkamen itu, sekilas ia melihat wajah Pangeran Kyle di tumpukan koran teratas.

Sedikit penasaran, Allen mengambil koran itu dan membacanya judul besarnya.

KEKASIH PANGERAN KYLE TIDAK DITEMUKAN

Mata Allen membesar, lalu ia membaca keterangannya.

Berita tentang terbakarnya kota Elphegort masih menjadi sebuah misteri. Tujuh puluh lima persen masyarakat Elphegort selamat, dua puluh persen terkena luka bakar, dan lima persen meninggal. Namun yang mengagetkan, ternyata kekasih Pangeran Kyle yang bernama Michaela Symphonia tidak ditemukan.

"Aku sudah menyuruh semua pengawal untuk mencari Michaela, dan ia tidak ditemukan." jelas sang Pangeran dengan wajah sedih. "Dimana pun dia berada, kuharap ia baik-baik saja."

Allen merobek koran itu tanpa membaca kelanjutannya. Tanpa melanjutkan pun, ia sudah tahu.

Rilianne mengetahui keadaan Michaela dari berita pagi ini dan memintanya untuk menyelesaikan misi yang tertunda.

♤♤♤

Di dalam kegelapan, Allen melangkah pelan menuju ke dalam hutan. Tidak seperti terakhir ia datang ke sini, ia tidak memakai jubah hitam untuk menutup dirinya. Toh, Allen merasa ia tak perlu menyembunyikan apa-apa lagi. Terutama di hadapan Michaela.

Sesampainya di sumur tua, Allen melihat ke dalam sumur. Dengan cahaya bulan purnama, ia dapat melihat dengan jelas wajah cantik Michaela yang terlihat lusuh.

"A--Allen?" tanya Michaela sedikit takut. Dari sisinya, ia melihat sesosok bayangan hitam. Mungkin karena posisi Allen melawan cahaya.

"Ya, ini aku. Tunggu sebentar, aku akan mengeluarkanmu." Allen melepas ikatan tali sumur yang berada di pohon apel dan mulai menarik Michaela keluar dari sumur.

Tak lama kemudian, Michaela muncul dari dalam sumur dengan mata yang sediki menyipit untuk membiasakan mata dengan cahaya malam.

"Kukira kau takkan kembali..." ujar Michaela sambil tersenyum ke arah Allen.

"Michaela... Maafkan aku." Allen menundukkan kepalanya sambil memegang belati yang sudah ia asah setajam mungkin. Lalu dengan cepat, Allen menusukkan belati itu tepat ke jantung Michaela.

Mata Michaela terbelalak ketika menerima tusukan itu.

Beberapa detik kemudian, matanya berubah menjadi tenang. Bibirnya pun menyunggingkan senyuman, ia meletakkan tangannya di bahu Allen dengan lemah sebelum ia akan pergi untuk selama-lamanya.

Ia mengerti. Ia mengerti mengapa Allen melakukan hal ini.

Ketika menyadari bahwa tubuh Michaela akan jatuh ke belakang, Allen menahannya dengan meletakkan tangannya di punggung gadis yang sudah tak bernyawa itu. Melihat mata gadis itu akan tertutup untuk selama-lamanya, Allen tak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis.

Maafkan aku, Michaela... Maafkan aku...

Allen terduduk sembari memeluk tubuh dingin Michaela dengan erat.

Seandainya Rilianne tidak menyukai Pangeran Kyle. Seandainya Pangeran Kyle menyukai Rilianne. Seandainya Michaela bukan kekasih Pangeran Kyle. Seandainya Rilianne tidak egois.

Namun sebanyak apapun Allen berandai, ia tahu bahwa yang terbaik seharusnya adalah seandainya ia tak pernah mencintai Michaela.

♤♤♤

October 22, 2015

♡Thaniamelia

Servant of EvilWhere stories live. Discover now