4. Terpencar.

18.4K 1.8K 130
                                    

Hari masih sangat pagi, matahari bahkan belum menampakkan secuil pun cahayanya. Tapi Elgan dan Wynn sudah menyeretku melewati rimbunnya hutan.

Aku menggerutu keras-keras, memastikan baik Elgan yang berjalan di depanku ataupun Wynn di belakangku bisa mendengarnya.

Gerutuan berubah menjadi makian kesal saat sesuatu yang keras menghantam belakang kepalaku, membangkitkan ngilu dari luka yang kembali terbuka.

Tidak perlu menjadi pintar untuk tahu siapa yang bertanggung jawab atas benjolan kecil yang kini pasti menonjol di kepalaku.

Memangnya siapa lagi yang dari awal sudah memancarkan aura membunuh dengan tatapan aku-pastikan-kau-mati-sebelum-sempat-melihat-pagi kepadaku selain Wynn?

Pria itu tampaknya punya dendam pribadi padaku, mengingat bagaimana di tengah malam ia menarik keluar tubuhku dari ranjang hingga jatuh berdebum di atas lantai hanya untuk membangunkanku menguatkan opiniku tentang dendam kesumatnya. Dan aku bertaruh betapa senangnya dia berjalan di belakangku sehingga bisa menggorok leherku kapan saja.

Satu jam kemudian, aku terlalu lelah untuk menggerutu atau sekadar menepis berbagai dedaunan dan serangga yang Wynn masukan ke balik bajuku hanya untuk membuatku kesal.

Semakin buruk dan tidak bersahabatnya medan yang kami lalui juga membuatku mau tak mau fokus pada apa yang kupijak.

Aku bersyukur kali ini mereka memberiku pakaian yang tidak terlalu mengerikan. Hanya kaos lengan panjang polos, jaket kulit, celana panjang dan bot selutut yang semuanya berwarna hitam.

Keseluruhan penampilanku membuatku merasa seperti pembunuh bayaran dalam film-film bergenre aksi yang sering kutonton.

Saat aku sudah bisa melihat sedikit dari sinar matahari yang bisa menembus rumpun dedaunan hutan, Elgan akhirnya bersuara, memecah keheningan tak mengenakkan yang tercipta di antara langkah kaki kami yang bergesekan dengan dedaunan kering

"Aku harap keadaanmu sudah lebih baik dari kemarin, Shawn," ucapnya berbasa-basi.

Aku bergumam malas, sama sekali tak berniat membuang banyak tenagaku yang berharga untuk sekadar menjawab basa-basinya.

Akan tetapi aku tahu dia ingin aku mengatakan sesuatu. Dan jawaban, "Aku akan lebih baik lagi seandainya kita berhenti untuk sarapan." kurasa adalah jawaban terbaik yang bisa kuberikan.

Elgan terkekeh kecil, diikuti nada-nada mengejek tidak menyenangkan dari makhluk pirang di belakangku.

"Jika beruntung kita bisa sampai di bukit pertama sebelum matahari di atas kepala. Lebih cepat kau berjalan, lebih cepat lagi kaki-kaki mungilmu itu membawamu pada makanan."

"Oh, apa ada makanan enak di sana?" Aku membayangkan ayam panggang dengan bermangkuk-mangkuk sup kuah kambing, kentang tumbuk, roti-roti lapis dengan keju dan selainya, buah-buahan segar dan berbagai makanan lain.

Apa ada semacam desa di bukit yang Elgan maksud? Mendengar kata pertama membuatku berpikir pasti ada bukit kedua, ketiga dan seterusnya. Aku mengerang keras untuk pemikiran itu.

"Semalam kaubilang akan melatihku, jadi untuk apa sekarang kita berjalan menuju bukit yang kausebut itu? Bukankah akan lebih baik jika kita berlatih di sekitar kabin?"

Aku mendengar dengusan dari arah belakangku, dan meski aku tidak melihatnya tapi kurasa Elgan tersenyum di depan sana.

"Banyak bertanya. Sebagaimana apa yang bisa diharapkan dari seorang Shuui Shawn." Elgan mengucapkannya dengan nada mengejek yang beberapa kali kudengar dari Wynn. Terdengar sama mengesalkannya ketika mulut menyebalkan Wynn yang berucap.

Loyth: The Lost ErzsebetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang