Part 5

7.7K 402 5
                                    

Saat di SMA, kita langsung melihat ada yang berlari-lari. Kita berempat kaget, tapi yakin itu adalah salah satu orang yang terjebak. Tapi, dia lari dari apa?

Tinka membutuhkan waktu yang agak lama untuk membuka pintunya, karena ternyata mekanisnya lebih rumit. Akhirnya setelah 15 menit, terbuka juga. "Lama amet sih! Katanya ahli!" kataku menyenggol Tinka, "Heh, emang kamu bisa apa?" katanya membalasku.

Kita pun masuk ke unit SMA. Waktu menunjuk pukul... hah? "Oy, bentar deh... kalian punya jam gak? Sekarang jam berapa di tempat kalian?" tanyaku, "Sekarang jam... loh? Kok, baru jam 11.00? Kamu aja masuk jam 10.57 kan Ran?" kata Cinta terheran-heran, "Berarti bukan hanya jamku yang rusak ya..." tiba-tiba Sita bilang, "Eh, punyaku juga!" kata Tinka.

Kita semua bingung, tapi dengan cepat sadar bahwa tidak ada waktu untuk itu, karena kita mendengar suara teriakan diikuti dengan suara meja jatuh. "Kedengarannya dari lantai 2, ayo!" kata Tinka, kita langsung lari.

Di lantai 2, kita mengecheck semua ruangan, hingga akhirnya memasuki wilayah kelas 11. Di ruangan Labnya, kita melihat ada seorang cewek berambut panjang dam meja-meja yang berserakan di dekatnya, "Hei, kamu gak pa-pa kan?!!" tanya Sita yang langsung berlari ke cewek itu. Dia gemetaran, dan kayaknya kedinginan.

"Eh, kamu dingin? Nih, ambil jaketku aja!" kata Cinta sambil menyodorkan jaket putihnya. Cewek itu pelan-pelan berputar ke arah kita. "KAITLYN! TERNYATA KAMU!!" teriakku saat sadar bahwa cewek yang kita temukan adalah salah satu teman kita, Kaitlyn, yang terkenal karena kemampuan atletiknya.

"Rana? Tinka? Sita?? Kalian di sini juga?!!" katanya tersenyum lebar. Dia memelukku dan sadar bahwa ada Cinta, "Aah... kamu siapa ya?" tanyanya. "Kaitlyn! Katanya kamu tau semua anak di sekolah~~" kataku. Memang, karena kemampuannya itu, Kaityln bisa olahraga apa aja yang membuatnya diundang di berbagai macam klub olahraga, dan karena itu dia kenal dengan semuanya berkat koneksi-koneksinya.

"Ah, Kak Kaitlyn. Kakak mungkin gak kenal aku, tapi aku kenal kakak! Aku anak baru nih kak, baru masuk sekitar seminggu yang lalu! Dan, kabar tentang kakak udah sampai di telingaku!" katanya sambil memberikan tangan untuk berjabat. "Eh, jadi malu, hehe... makasih buat jaketnya!" jawab Kaitlyn tersipu dan menjabat tangan Cinta.

"Udah kenalan kan? Yuk, kita keluar dulu da..." tiba-tiba ucapan Tinka terputus saat dia melihat ke lemari penyimpanan mikroskop dan alat laboratorium lainnya. Kita semua melihat ke arah itu, dan melihat seperti cairan hitam menjijikan yang menempel di kaca lemarinya dan keluar-keluar.

Cairan itu akhirnya keluar semua dan berhenti tepat di depan kita. Kita tiba-tiba tidak bisa bergerak, "Guys... kita harus lari... dia udah ngejar aku sejak beberapa menit yang lalu..." kata Kaitlyn gemataran. Tapi sia-sia, karena kita sudah seperti membeku. Dan cairan itu secara perlahan membentuk...

"Kakak?"

-Sita's POV-

Cairan itu dengan pelan-pelan membentuk. Akhirnya, dia membentuk... kakakku? Tidak mungkin, kakakku sudah meninggal setahun yang lalu gara-gara kecelakaan. Kecelakaan...saat...melindungiku.

Tiba-tiba aku bisa bergerak. Pedangku jatuh. Tidak apa-apa, pedang itu tidak akan hancur hanya karena itu. Yang penting sekarang, kakakku di sini sekarang. Aku gak punya keluarga lain selain kakakku yang mau menerimaku. Tentu, kalau aku menghampirinya...

"Hai, kak" kataku hampir menangis, "Apa kamu hah? Gala, canda! Apa kabar, dek? Aku tau sekarang kamu hidup di gereja ya? Bagus dong, minimal punya tempat tinggal, haha!" Kakakku memang suka bercanda. Tidak salah lagi, posturnya, suaranya, bentuk badannya, gesturnya, itu adalah kakakku yang tahun lalu meninggal.

Tahun lalu meninggal? Benar juga... Kakak udah gak ada lagi. Dia kan yang mengajariku untuk selalu kuat untuk menghadapi segala sesuatu sendiri, agar tidak bergantung kepada siapapun. Aku pun memungut pedangku dan melihat kakakku.

"Kakak masih inget ini? Ini kan pednag pemberian kakak!" kataku menunjukkan pedangnya, "Eh iya! Masih bagus ya! Kamu maish inget ya cara ngerawatnya dengan baik!" "Iya kak! Ini masih bagus! Dan kakak tau? Ini sekarang dipenuhi dengan kekuatan imanku." aku bilang sambil mengayun pedang itu di leher peniru kakakku itu.

Dia berteriak kesakitan. Aku hanya melihat dia dan berkata, "Kakakku udah meninggal. Kalau pun kamu meman kakakku, aku udah bisa hidup sendiri. Aku gak butuh kakak lagi." Dan dia menghilang.

-Sita's POV End-

Kita semua akhirnya bisa bergerak lagi. Aku hanya melihat ke Sita yang gemetaran. "Aku membunuh kakakku lagi." katanya sambil meneteskan air mata, "Sita...." aku gak tau mau ngomong apa, hingga tiba-tiba... BRUK!

"Kamu ngapain bengong? Itu bukan kakakmu, dia cuman pingin nipu kamu aja! kamu benar dengan pilihanmu untuk menghilangkan dia... untuk sementara. Kakakmu yang asli pasti senang melihatmu!" kata Tinka. Sita tersenyum.

Kita melanjutkan perjalanan horror kita.

School at Night [COMPLETED]Where stories live. Discover now