8 - Reno Kampret

12.6K 1.1K 61
                                    

[edited]

ps : ini langsung copas dari ms word tanpa editing di wattpad, oleh karena itu tabulasi, cetak miring/ tebal... ilang semua.

**

NAPAS Nadine tercekat, rasa kantuk yang tadi menyerangnya menguap begitu saja. Nadine buru-buru menegakkan tubuh dan berjingkat sejauh mungkin dari Iqbaal.

Dengan muka merah padam, Nadine meminta maaf, "Sorry, sorry, gue kira tadi nyandar di pohon." Kedua telapak tangan Nadine ditelangkupkan. Berkali-kali dia mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda permintaan maaf.

Masa cowok seganteng gue disamain sama pohon?

Iqbaal menggerutu di dalam hati. Tak urung dia tersenyum juga dan menerima permintaan maaf Nadine. Walau setengah hati.

"Nggak papa, mungkin emang gue terlalu mirip kali sama pohon sampe lo nggak bisa bedain. Mana pohon, mana manusia. Sama-sama datar sih ya?"

Anjazz, sarkasme banget!

Nadine mengibas-ngibaskan telapak tangannya dengan cepat. "Enggak! Enggak gitu! Lo, kan, ganteng, mana mungkin sama kayak pohon," ucap Nadine spontan. "Tadi gue ngantuk banget, nggak nya—EH! GUE BILANG APA TADI?!" Melihat Iqbaal menutup mulutnya, menyembunyikan tawa –meskipun tawanya masih dapat terlihat—, Nadine memekik tersadar kalau dia baru saja memuji Iqbaal. Meskipun tidak sengaja.

"Lo baru aja ngakuin kalo gue ganteng," ucap Iqbaal bangga.

Nadine menggigit bagian dalam pipinya, panas, Man! Ini Iqbaal juga kenapa narsis banget? Nadine jadi pengen garuk tembok.

"Udah lupain-lupain, efek masih ngantuk," pinta Nadine, dia memalingkan wajah saking malunya.

"Lo lucu ya."

Nadine melongo. Iqbaal hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan. Pengennya sih ketawa keras-keras, Cuma kasian Nadinenya. Ntar makin malu lagi. Kalo makin malu takutnya muka Nadine nggak merah lagi, tapi item alias gosong gara-gara kepanasan. Eh?

"Didin!" panggilan dari belakang sana membuat Nadine menoleh. Tidak hanya Nadine, Iqbaal juga.

Seorang cowok berkaos polo menghampiri Nadine dengan berlari kecil sembari tersenyum lebar.

"Reno kampret!" Nadine ikut berlari menghampiri cowok itu, ketika jarak mereka tinggal satu langkah, Nadine mengeplak kepala cowok itu.

"Anjing! Sakit bego!" teriak Reno –kakak sepupu Nadine yang dari jaman dahulu kala nggak pernah Nadine panggil Kak. "setelah sekian lama nggak ketemu, bukannya dipeluk malah ditabok. Rese lu."

"Makin tinggi aja lo," kata Nadine dengan cengiran lebar dibibirnya.

Reno menyeringai. "Emangnya elo, tumbuh ke samping?" goda Reno usil. Mendapati pelototan Nadine, Reno menggulirkan bola matanya ke arah lain. "Eh, siapa tuh? Pacar lo, Nad?" orang yang dimaksud Reno jelas adalah Iqbaal karena mata Reno tertuju pada Iqbaal.

"BUKAN!" Nadine menjawab nyaring.

"Kak Iqbaal calon pacarnya Teh Didin. Iya, kan, Kak Iqbaal?" pertanyaan polos itu terlontar dari bibir Angel.

"Angel!" Theresa segera menarik tangan Angel yang menggoyang-goyangkan tangan Iqbaal. "Nggak boleh gitu."

Angel mengerucutkan bibir, dia makin mengeratkan pegangannya pada lengan Iqbaal. Bahkan sekarang tangannya menggandeng telapak tangan Iqbaal.

"Kenapa nggak boleh? Kak Iqbaal udah punya pacar ya?" Angel menatap Iqbaal dengan tampang polosnya.

Iqbaal menelan ludahnya, gugup. "Be—belum." Sebelah tangan Iqbaal yang bebas menggaruk belakang kepala. Ketara sekali dia sedang salah tingkah.

Our Distance After Backstreet (√)Where stories live. Discover now