Chapter-6

1.8K 39 8
                                    

Maaf ya readers yang udah nunggu kelanjutan cerita ini..hahah *plak* pede banget sihh:p

sebenarnya mau update seminggu sekali, tetapi karna kemarin semingguan sakit dan banyak tugas jadi tidak sempat nerusin ceritanya, mana inspirasi lagi ngambang huhuh.. bentaran lagi bakal ujian semesteran sedikit sekali waktu untuk dibagi..ckck

ehh langsung aja deh ya kebanyakan cerita..cekidot all, di tunggu RCV nya..hhihihi~

Khamsa hamnida..arigatou gozaimase..merci de..muahh;* XD

===================================================================================

“Aku akan keluar sebentar, ada beberapa urusan yang harus ku tangani sekarang. Kalau kau capek kau bisa tidur duluan.” Aiden datang mendekat dan mengecup kening Erina, tangannya terulur ke pipi gadis itu menyentuhnya dengan kerinduan. “Aku akan kembali segera sayang.” ucapnya dan mencium bibir gadis itu cepat lalu bangkit beranjak pergi.

“ya baiklah, hati-hati.” ucapku dengan pipi merona.

Kami tidak sempat melakukan honeymoon, ada kerjaan yang tak bisa ditundanya. Tapi dia berjanji akan mengatur perjalanan kami setelah urusannya selesai. Aku tidak masalah mengenai hal tersebut. Aku terlalu senang hingga tidak memperdulikan hal-hal remeh seperti itu. Yang penting Aiden berada disekitarku dan aku bisa melihat dan menyentuhnya. Membayangkannya saja aku sudah merindukan sosok itu. Sekarang hatiku di penuhi oleh perasaan cinta yang berlimpah ruah untuknya, aku tidak menutup nutupi lagi bahwa aku sangat mencintainya.

Aiden, dia sangat baik. Memperlakukan ku dengan sopan membuatku merasa aman walaupun kadang-kadang dia sangat bossy mengatur dan memerintah seenaknya. Aku sangat tidak suka di atur, itu adalah batasan keras buatku. Tapi dia tidak peduli, Aiden terlalu possesif dan overprotective. Sebenarnya aku menyukai hal tersebut, tapi dia terlalu mengatur semua dan tidak membiarkan ku melakukan semuanya sendiri. Dia memperlakukan ku seperti sebuah permata langka yang harus di jaga dan bahkan setitik debu pun mungkin tak boleh menyentuhku.

***

Sudah lewat dari tengah malam, aku sudah lelah, tapi aku belum bisa tertidur. Saat-saat seperti ini banyak hal-hal aneh yang akan aku pikirkan. Semua perjalanan hidupku akan terputar satu per satu. hahh..betapa kehidupan itu memusingkan, dan ini bagai sebuah film dengan aku sebagai pemerannya, yang pada akhirnya akan selesai. Semuanya tidak akan berjalan dengan mudah, aku lelah, sangat lelah. Bernafas pun rasanya sangat sulit. Aku merindukan orangtuaku, aku merindukan Lyana, aku merindukan teman-teman ku. Apakah aku sebegitu kuatnya sehingga tuhan memberikan ujian yang bertubi-tubi seperti ini tehadapku? Sesak. sangat menyesakkan.

Evans yang dulu ku pikir adalah cinta sejatiku ternyata semua merupakan kebohongan. Perlahan-lahan air mata ku pun jatuh dengan sendirinya. Aku memang jarang menangis, tapi kini aku membutuhkannya. Agar sesak ini berkurang, agar aku dapat menghadapi hari esok, agar aku bisa berjalan tanpa memandang ke arah belakang, agar aku lebih kuat dan dapat menjalani hari ku dengan bahagia. Karena kini, aku memiliki Aiden disampingku yang akan menjaga dan melindungiku dan aku dapat mempercayainya dengan segenap hatiku. Ku harap setelah ini aku akan menjadi lebih tegar untuk meninggalkan segalanya dibelakang dan menghadapi masa depan, karena hidup tidak akan selalu menjadi mudah untuk dilalui. Akhirnya aku pun jatuh tertidur.

***

Sudah dini hari ketika  terdengar suara pintu yang ditutup secara perlahan agar tak membangunkan putri tidur yang sedang terlelap. Seakan-akan suara sekecil apapun dapat membangunkannya. Bukankah sleeping beauty hanya akan terbangun jika sang pangeran menciumnya? tentu saja suara sekecil itu tak kan mampu mengusiknya. Aiden terkekeh dengan pemikiran melanturnya sendiri.

Pact With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang