Chapter-7

1.6K 39 8
                                    

Hey hey heyyyy..I'm back..hehe

Thanks buat semua vote n comment di chap-chap sebelumnya.:D

Karna vote dari kalian sampai hari ini aku masih mau melanjutkan cerita gaje yg kadang aku sendiri bingung kemana arahnya. haha..suka ngblank sendiri pas nulisnya. Aduhh ada bakat pikun ini..apalagi kalo mood udah rusak, ck..jadi buat-buat prolog gak jelas sampe lappie isinya penuh cuma dengan prolog doank..haha

Oya, sejujurnya di chap ini mungkin feelnya kurang kerasa, karna aku sendiri juga lagi bingung nentuin apa yang harus aku lakukan, duilehhh lebayyy ahh..:p lol udah direvisi berulanng kali, moga gak ada kesalahan yaa..enjoy it jagyaa..honey^^ *peluk tayang* \(^__^)/

====================================================================================

“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya seorang lelaki muda dengan wajah tenangnya, tampak cuek dan tidak peduli dengan apa yang akan dijawab oleh lelaki tua yang berada dihadapannya sekarang.

“Tak ada”. Lelaki muda itu menaikan alisnya,”tak ada huh?” tanyanya dengan nada sarkatis.

“Ya, tidak ada. Mungkin lebih tepatnya belum. Biarkan mereka bersenang-senang terlebih dahulu. Biarkan Evans melakukan rencana salahnya sampai akhirnya dia yang akan hancur dengan rencananya sendiri.” senyum sinis terukir dengan jelas diwajah tua yang terlihat mengerikan dengan senyuman seperti itu.

Sambil mengedikan bahu lelaki muda itu menjawab,” terserah kau. aku mau keluar, melihat wajahmu membuat orang tidak  mempunyai semangat hidup.” Dengan langkah gontai dia berlalu dari tempat itu. Rambut panjangnya berkibar tertiup angin, dia terlihat sangat tampan, terlihat dari beberapa karyawan wanita di tempat itu yang sampai ternganga melihat sosok yang berjalan keluar dari ruangan pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan jas putih bersih, kemeja hitam dengan dasi berwarna silver bergaris dan celana panjang yang juga berwarna putih lelaki itu sungguh sangat menawan seperti seorang pangeran dari dalam negeri dongeng.

***

Ruangan itu terasa sangat sepi, seorang pemuda tampan tampak serius menyelami pekerjaannya. Sesekali keningnya akan berkerut bila melihat kearah dokumen yang sedang dipelajarinya. Lalu mengambil telepon genggam yang berada disebelah kanan tangannya untuk menghubungi seseorang.

“Aku membutuhkan beberapa dokumen yang harus kau urus sekarang juga. Aku mau hari ini semua yang aku butuhkan telah selesai.” Lalu dia menutup teleponnya dan menghubungi orang lain lagi,” hallo ya Ray aku membutuhkan bantuan mu, aku mau kau mengedit sesuatu sama persis. Harus sempurna. Jangan menimbulkan kecurigaan, bisakah?” tanyanya kepada orang diseberang,”ahh ya baiklah aku tunggu secepatnya.”

‘Baiklah, sepertinya semua yang ku butuhkan sudah selesai, tinggal menunggu hasilnya. Dan perlahan dia akan berada dalam genggaman ku seutuhnya. Dan pada waktunya semua akan berakhir’. Sebuah senyuman yang sulit diartikan muncul di wajahnya ntah apa yang sedang dipikirkan atau direncanakan orang itu.

***

Gadis itu berjalan perlahan kesebuah ruangan yang sebenarnya sangat malas untuk di datanginya semenjak peristiwa mengerikan itu. Tetapi kalau tidak kesana bisa dipastikan suaminya itu akan terus berada disana dan tidak akan keluar. ‘Dasar gila kerja’, rutuknya dalam hati. Sambil menghembuskan nafas dengan keras dia membuka pintu itu dan melongokkan kepalanya memastikan situasi aman terkendali dari segala macam hal yang tak terduga. Setelah merasa aman dia melangkah masuk dan melihat suaminya sedang sibuk tenggelam dengan berbagai kertas yang berada di atas meja kerjanya.

“Ck, hey Aiden sampai kapan kau akan bekerja terus hah?!” dengan sebal dia berkacak pinggang melotot ke arah suaminya. Pria itu mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat isterinya yang sudah sangat kesal.

Pact With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang