Three (Ujian)

5.5K 249 7
                                    

Ralat : tokoh Hani diganti namanya jadi Hanny. Request dari sahabatku. Biar keren katanya. Tapi Hanny nya disimpen dulu. Happy reading!!

^_^

Author Pov.

Senin pagi ujian.

Kelas masih sepi ketika Dinda datang. Pelajaran pertama saat ujian adalah PAI. Gampanglah tentunya bagi seorang Dinda. Ia lalu mencari tempat duduknya sesuai dengan nomor ujian yang tertera di kartu ujiannya. Setelah ketemu,lalu ia duduk di situ. Ya iya lah. Masak mau berdiri terus.

Sebagai anak rajin,Dinda langsung mengeluarkan buku pelajaran dan membaca-bacanya. Serius banget deh kalo belajar. Tiba-tiba ada yang menyapanya.

"Mbak!"kata seorang anak laki-laki sambil meletakkan tasnya. Dinda menoleh tapi anak itu sudah berlari keluar kelas. Bahkan Dinda belum sempat melihat wajahnya. Lanjut belajar!,pikir Dinda. Namanya juga diligent student. Nilai bagus adalah harga diri yang harus dijaga bagi mereka.

***

"Tet tet!"bel masuk berbunyi. Anak laki-laki tadi sudah masuk dan duduk di sebelah Dinda.

"Mbak Dinda,"ucapnya sambil membaca nama dada Dinda.

"Alva." Dinda juga melakukan hal yang sama. "Emangnya Thomas Alva Edison. Emang kamu pinter kaya dia?"cerocos Dinda meremehkan.

"Ya iyalah mbak"katanya sok. Mbel! "Eh mbak. Nanti kalo aku nggak bisa aku tanya ya,"katanya pada Dinda. Bhak! Baru kenal udah minta contekan nih anak.

Dinda belum menjawab dan dua orang pengawas sudah masuk ke dalam kelas.

"Selamat pagi anak-anak. Silakan semua buku dan hpnya dimasukkan ke daam tas. Lalu tasnya diletakkan di depan. Di meja hanya ada alat tulis."

"Iya bu!" Dengan cepat semua murid meletakkan tas mereka di depan kelas lalu kembali duduk di bangkunya masing-masing. Pengawas mulai membagikan LJK dan soal.

*Ujian dimulai*

*Hening*

"Ssttt! Sstt!"

"Sstt! Dit! Dito!"bisik Alva. Dia mau minta contekan ke temen di depannya kayaknya. Walau berbisik tapi berisik woy!

"Suutt.. Diem napa!"bisik Dinda ke Alva. Anak itu menoleh dan menatap Dinda. Tatapan aneh.

"Eh mbak tanya nomor satu uraian dong!"katanya sambil memasang puppy eyes. Dipikirnya imut apa? Huekk!

"Mana soalnya?"tanya Dinda. Alva lalu menggeser soalnya agar bisa dilihat Dinda.

"Oh ini mah gampang. Jadi itu makna suratnya intinya tentang..."omongan Dinda terpotong.

"Dinda!"panggil seorang pengawas. Mampus loh! Dinda hanya menunduk.

"Itu adeknya jangan diconceki! Biar mikir sendiri,"kata pengawas itu. Mampus! Kalo gini mau ditaruh mana muka si Dinda yang manis nan cantik jelita ini.

"Enggak bu. Saya nggak nyontek bu." Alva tetap mengelak walau udah ketangkap kering. Ketangkap keringlah. Orang dia nggak basah.

"Huu! Enaknya Alva!"

"Alva nyontekan!"

"Enak banget Va!"

"Bagi-bagi dong Va contekannya!" Teman-teman Alva mulai menyoraki kami berdua nggak jelas. Kicep dah jadinya. Dan Dinda hanya menunduk malu. Tiga kata yang ada di benaknya. Hayati pasrah tuhan!

"Sudah jangan ribut!"bentak pengawas killer itu. "Lanjut kerjain dan jangan ada yang nyontek lagi. Kalau ada yang ketauan nyontek,saya robek LKJnya!" Mantabs.

"Baik bu!"seru seisi kelas.

"Dengar Dinda?"tanya pengawas itu ke Dinda. What? Kok ke aku,pikir Dinda.

"I-iya bu,"jawab Dinda pelan. Dan Alva. Cuma diem sok serius ngerjain ujian. Kayak nggak punya dosa nih anak. Hmm. Minta ditendang sampe Amerika nih anak,gumam Dinda. Hari pertama ujian udah kayak gini. Mantabs.

Tapi yang terlintas di pikiran Dinda tentang Alva justru,"Bakal seru nih",pikir Dinda. Alva itu anak yang berisik dan nggak bisa diam. Pasti bisa diajak bercanda kan? Selama ini Dinda kan agak pendiam. Siapa tau ia bisa berubah setelah bertemu Alva.Apalagi dia laki-laki. Karena menurut Dinda anak laki-laki lebih mudah diajak bercanda daripada anak perempuan. Cewek kan biasanya jaim. Setidaknya nggak bakal garing.

Tapi nyatanya?

^_^

Aku kembali!! Maaf baru update ya. Maaf kalo ada typo. Langsung comment aja kalo ada typonya ya. Biar lain kali aku cek lebih teliti. Jangan lupa Vomentnya pliss! Klo 10+ langsung aku lanjut.

I'm (Not) A Bad GirlWhere stories live. Discover now