ch 10

4.7K 347 2
                                    

Aruna

ternyata aku beneran kangen masakan mama. saat sampai di dapur ada mbok Jumi, asisten rumah tangga yang udah bantuin mama ngurus rumah dari 15 tahun yang lalu. mbok jumi cuma ngurusin bersih-bersih dan bantuin mama seadanya, soalnya urusan masak dan ngasuh anak, mama sendiri yang turun tangan. Ayah itu cuma mau makan masakan mama, kecuali kalau mama sakit, Ayah cuma mau dimasakin mie rebus atau mie goreng instan aja. Ayah gak suka makan di restoran, kecuali buat ngopi atau nongkrong2 doang ngobrolin bisnis. kata Ayah, masakan mama itu paling enak, soalnya dimasak pake cinta. hahaha..
terus, kata Ayah juga, makan di restoran itu ribet, menunya dikit, tapi mahalnya kebangetan.  bingung tah, orang kaya tapi gak doyan makan di restoran.

di meja makan, aku menemukan menu sarapan kesukaan papa, nasi goreng dan ayam serundeng. yaa walaupun udah dingin, terpaksa aku makan, ini laparnya udah menggila.

beres sarapan, aku langsung balik lagi ke halaman belakang. lho koq makin rame, perasaan baru juga ditinggal 10 menit. ooh rupanya ada dek Shalom, kuperhatikan dia lagi ngobrol sama mama,tapi aku tidak melihat sosok Arin. ku hampiri mereka.

"hai dek..apa kabar?"

"baek kak. ciyee kak Runa gak mau kalah, bawa cewek cantik juga rupanya."

"hehehe.. oia Arin mana mah?"

"lah tadi dia katanya mau nyusul kamu. jangan2 nyasar lagi."

"oya? yaudah Runa cari Arin dulu mah."

aku berjalan kembali ke arah dapur, tapi lewat pintu samping. dari arahku berjalan terdengar suara orang yang lagi ribut.

"Hah? kamu mau nuntut hak kamu? hak kamu udah hilang sejak kamu ngusir aku dulu."

"maafkan aku Arin.. aku akan bertanggung jawab atas semuanya.."

"tak perlu ada pertanggungjawaban lagi, aku tak pernah butuh pertanggungjawabanmu. karena janinnya sudah meninggal sebelum sempat lahir dari rahimku! "

aku mendengar kata Arin disebut. aku pun bergegas ke sumber suara itu. Hah? Joe? ngapain orang itu dirumahku?

"Arin?"

sepertinya suaraku menghentikan percekcokan mereka. Arin bergegas ke arahku. seolah minta perlindungan ke arahku. matanya tampak merah menahan tangis.

"loe ngapain disini?"
tanyaku pada Joe

"loe sendiri ngapain disini? "
tanyanya balik.

"ini rumah gue. suka-suka gue mau ngapain disini." jawabku berang. Joe hanya diam tampak kaget mendengar jawabanku.

"heii,, kak Runa udah ketemu sama Jovan ya? kenalin kak. dia tunanganku."
dari arah belakang Shalom mengejutkanku. bingung harus bersikap bagaimama. tapi sepertinya Shalom tidak harus ikut campur urusan rumit ini.

"oh iya. tunangan kamu ya dek? aku kira siapa.. kenalin, Aruna sepupunya Shalom."

ragu- ragu Joe menyambut uluran tanganku.

"Jovan."

"kak Runa, aku gak lama ya.. nanti kapan2 aku main lagi. udah ditungguin mamih di rumah soalnya"

aku mengangguk. lalu Shalom menggandeng Jovan pergi meninggalkanku dan Arin. sesekali Jovan menengok ke arah Arin, tak lama, karena aku langsung membalasnya dengan tatapan tajam..

aku memeluk Arin yang sepertinya masih shock. berkali-kali ku dengar dia menghela nafas, sepertinya dia sedang berusaha menahan tangis.

"maaf tadi aku tinggal, aku gak tau kalau akan ada kejadian seperti ini... sabar ya.. "

aku menuntun Arin ke arah tempat berkumpul keluargaku. hanya ada mama, ayah, Atalya, dan Andra.

"kakak cantik ayo kesini.. !!"
teriak andra. Arin pun tersenyum mendengarnya.

ternyata anak sekecil Andra udah ngerti wanita cantik itu kayak gimana.. pasti Atalya yang ngajarin.. melihat Arin tersenyum dan tertawa bercanda bersama adik-adikku, mama dan sesekali dengan Ayah, walau topiknya gak jauh dari bergosip tentang aku, aku harap keluargaku bisa menjadi pengisi kesunyian di hati Arin.

drrrrtt..drrrtt..
ada sms masuk ke handphoneku.

******
+828110007xxx
Jangan ikut campur urusanku dengan Arinda.

*******

ARUNAWhere stories live. Discover now