[2]

12K 761 18
                                    

Hari ini suasana hati Nick sedang sangat kacau. Ia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sejak tadi pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan Claude. Adegan-adegan keji yang telah ia lakukan, teriakan-teriakan memilukan Claude, wajah polos Claude, senyum bahagia Claude, semua itu tak bisa berhenti berputar di otaknya.

Nick menutup laptopnya dan membereskan berkas-berkas di mejanya. Ia kemudian memanggil sekretaris pribadinya melalui telepon.

Beberapa detik kemudian, masuklah seorang wanita anggun ke dalam ruangannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Sir?"

"Tolong buatkan aku black coffee tanpa gula," ucap Nick pelan sambil memijit pelipisnya.

"Baik, Sir."

Setelah sang sekretaris menutup pintu ruangannya, Nick mengambil ponselnya dan melakukan panggilan pada Jeff.

"Iya, bos?"

"Datanglah ke ruanganku. Sekarang."

Nick memutus sambungan dan meletakkan ponselnya asal. Ia kemudian berdiri sambil melepas jas hitamnya dan menyampirkannya di kursi. Ruangan yang telah terpasang dengan sebuah AC itu entah kenapa terasa begitu gerah di tubuh Nick. Nick kemudian berjalan menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dengan kasar.

Tak selang berapa lama kemudian, pintu ruangan Nick tiba-tiba terbuka dan menampilkan seorang pria besar dan kekar khas seorang bodyguard.

"Permisi, bos."

"Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu, Jeff?"

"Ma-maaf, bos."

Nick memutar bola matanya malas. "Duduklah. Ada yang ingin aku tanyakan," ucap Nick dengan nada serius.

Jeff kemudian duduk di depan Nick, "Ada masalah apa, bos?"

"Kau masih ingat saat aku menyuruhmu membawakanku seorang wanita, dulu?"

Jeff mengernyit tampak berpikir, "Wanita? Maksud bos...yang di Hotel Estrella da Luzz?"

"Permisi.."

Suara Monic -sekretaris pribadi Nick- menginterupsi perbincangan mereka. Sambil membawa secangkir kopi ditangannya, Monic memasuki ruangan dan meletakkan kopi tersebut di depan Nick.

"Terima kasih. Eeh-Monic, tolong buatkan satu lagi untuknya," ucap Nick yang dibalas dengan anggukan mengerti oleh Monic. Monic kemudian berbalik dan keluar dari ruangan.

"Iya, wanita itu yang aku maksud. Apa kau masih mengingatnya?" lanjut Nick pada perbincangan sebelumnya.

"Masih, bos. Memangnya kenapa?"

"Darimana kau mendapatkan wanita itu?"

"Huh?" tanya Jeff tak mengerti.

Nick menghela napas panjang dan menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Aku tahu kau tahu maksud pertanyaanku, Jeff."

"Eh-e..iya, bos. Saya..saya menemukannya sedang berjalan di tepi jalan yang sepi. Karena waktu itu bos meminta saya untuk mencari dengan cepat, setelah memastikan kalau dia wanita yang polos, langsung saja saya membawanya. Apa saya..melakukan kesalahan, bos?"

How It EndsWhere stories live. Discover now