THIRTY TWO: It's Over...?

2.7K 329 84
                                    

Song of the chapter:
Back To December – Taylor Swift
Love You Goodbye – One Direction
Up – Olly Murs ft. Demi Lovato
Someone Like You – Adele

Enjoy!
--------------------------------------------

Eveline terbangun dengan keadaan yang menyedihkan. Ia tertidur di lantai ruang tamunya sendiri sambil menyenderkan kepalanya ke sofa. Ia tidak tahu sampai jam berapa ia menangis dan berharap Niall akan kembali semalam. Sampai akhirnya ia tertidur begitu saja di lantai.

Eve mengecek hanphonenya. Berharap ia akan mendapat pesan dari Niall dan beharap kalau apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi.

Tapi...

Kenyataannya adalah, semua yang terjadi semalan adalah nyata. Ciuman tidak sengaja-nya dengan Nick itu nyata. Kata-kata Niall semalam itu nyata. Semuanya nyata. Itu semua bukan mimpi.

Eve menangis lagi. Ia merasa begitu kosong, begitu hampa. Ia merasa sangat bodoh telah mencium balik Nick semalam. Ia merasa sangat sangat hina.

Aku kehilangan Niall.. Niall pergi meninggalkan aku.. Niall membenciku..batinnya.

Eve menjambak ranbutnya sambil menangis. Ia membenci dirinya. Hell, Bahkan ia saja membenci dirinya sendiri. Apalagi Niall?

Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Ide yang menyuruhnya untuk mencari Niall di seluruh penjuru London, bahkan kalau perlu menyusul Niall ke Australia dan meminta kesempatan kedua.

Karena Eve merasa tidak bisa hidup tanpa Niall lagi... Ia sudah pernah kehilangan Niall sekali. Dan ia tidak ingin masa-masa itu terulang lagi. Masa-masa di mana ia mengumbar senyum palsu di depan kamera karena tujuannya menjadi artis karena ingin bertemu lagi dengan Niall itu belum tersampaikan. Masa-masa di mana ia sering mengurung dirinya di kamar dan menangis sendiri sambil mengingat memorinya dengan Niall. Eve sudah pernah melalui itu semua. Ia sudah tahu apa rasanya kehilangan Niall. Menyedihkan. Dan dia tidak ingin itu kembali terjadi padanya sekarang hanya karena kebodohannya itu.

Maka tanpa memedulikan penampilannya, ia menyambar kunci mobil, dompet serta handphonenya, lalu keluar dari flatnya.

***

Eve menyetir dengan gelisah. Bagaimana kalau Niall sudah pergi dari London? Bagaimana kalau Niall sudah tidak di sini lagi? Bagaimana kalau aku tidak bisa bertemu dengannya lagi? batin gadis itu.

Eve resah, gelisah, takut. Ia takut dengan semua kemungkinan-kemungkinan buruk yang akna terjadi. Eve takut Niall tidak mau menarik ucapannya. Eve takut kehilangan Niall..

Eve memarkirkan mobilnya di depan gedung flat tersembunyi Niall. Ia berharap kalau Niall sedang berada di situ mengingat Niall lebih sering menghabiskan waktu di flatnya ketimbang di rumahnya. Eve segera naik lift ke lantai paling atas, tempat Niall. "Niall,"ujar Eve pelan. Ia merasa ada benjolan keras di tenggorokannya yang menyulitkannya untuk memanggil nama Niall.

Dengan tangan gemetar, Eve mengetuk pintunya sekali lagi. "Niall,"ujarnya agak keras, agar Niall dengar jika memang Niall berada di dalam.

Tidak ada jawaban.

Eve mencoba mengetuk pintu itu sekali lagi dan menyerukan nama Niall lebih keras, tapi masih tidak ada jawaban.

Eve belum menyerah, ia melakukan hal yang sama untuk yang ketiga kalinya, berharap kali ini Niall membuka pintunya.

Tapi masih tidak ada jawaban.

Maka Eve memutuskan untuk ke rumah Niall saja karena Niall mungkin berada di situ karena ingin menghindari Eve.

Change // n.hWhere stories live. Discover now