Chapter 9

758 80 1
                                    

Maddie's POV

Sekarang sudah minggu kedua di bulan November. Dan salju sudah turun sejak seminggu yang lalu.

Waktuku di LA hanya tinggal dua minggu lagi.

Rencananya, hari ini Shawn akan memperkenalkan teman-temannya padaku. Nick bilang, ia juga mengenal teman-teman Shawn, walaupun tidak dekat

Sekarang, aku dan Nick sudah ada di depan pintu rumah Shawn. Menunggu dia membuka pintunya. Finally, dia membuka pintu dan kami masuk.

Kami langsung ke kamarnya, dan Shawn bilang teman-temannya masih dijalan.

Tak lama, bel pintu rumah Shawn berbunyi, dia keluar kamarnya dan membuka pintu rumahnya. Tak lama pintu kamar Shawn terbuka dan masuklah segerombolan anak laki-laki.

"So.. ini temanku, Maddie" kata Shawn.

"Maddie Veronica Whitesides" kataku, memperkenalkan diri.

"Hey Maddie, aku Matt. Matthew Lee Espinosa" kata salah satu dari mereka.

"Aku Cameron, Cameron Alexander Dallas, panggil saja Cam" kata salah seorang lagi.

"Dan aku Nash, Hamilton Nash Grier. Ini Hayes, Hayes Benjamin Grier, adikku, seumuran denganmu" katanya dan mengenalkan adiknya. Mereka berdua mempunyai mata biru yang sangat indah.

"Hayes seumuran denganku? Memangnya kau tidak?" tanyaku heran.

Cameron tersenyum, "Tidak. Aku dan Nash lebih tua setahun dari kalian" katanya dan aku mengagguk-angguk.

"Aku Taylor Michael Cannif"

"Aku Aaron, Aaron Braden Carpenter"

"Aku Jack dan dia Jack" kata laki laki berambut pirang, dan disebelahnya berambut coklat.

Namanya sama-sama Jack. Mereka kembar? Tapi m warna rambutnya berbeda? Warna matanya juga berbeda?

"Kami bukan anak kembar, kami bersahabat dari umur 3 tahun. Namaku Jack Finnegan Gilinsky, dia Jack Edward Johnson" jelas yang berambut coklat.

"Dan aku Carter, Carter Reynolds" kata laki laki yang terakhir..

Kami akhirnya mengobrol, bercerita, bercanda bersama dan memperdalam pengenalan satu sama lain. Mereka adalah anak-anak yang seru. Aku juga mulai bisa menghafal, yang bernama siapa adalah yang mana.

Karena faktanya, jika kau baru bertemu segerombol orang apalagi berumur tak beda jauh satu sama lain, kau akan susah mengingat yang bernama siapa adalah yang mana.

Dan, 2 minggu sisa ini, akan kami habiskan bersama.

Aku sedikit menyesal, kenapa aku harus bertemu mereka semua pada saat 2 minggu sebelum aku pindah? Kenapa tak dari dulu?

Sama hal nya dengan mereka, mereka juga berkata demikian. Tapi setidaknya, kami sudah mengenal satu sama lain dan selama 2 minggu kami tak akan menyia-nyiakan waktu.

Tapi, aku merasa ada yang aneh dengan Matt. Dia terus memperhatikanku.

Tapi, ah sudahlah.

2 weeks later

Dua minggu sudah berakhir. Besok aku harus pindah ke New York.

Hanya dengan 2 minggu, aku dan mereka—teman-teman Shawn—sudah sangat dekat. Dan selama 2 minggu, canda tawa terus ada diantara kami. Tapi selama 2 minggu juga, Matt selalu memperhatikanku.

Bahkan sekarang, di nakasku sudah ditambah satu foto, yaitu satu foto kami bersama.

Dengan aku di tengah, disebelah kananku Shawn, dan disebelah Shawn ada Nick dan Aaliyah digendongannya. Di sebelah kiriku Matt dan di sebelahnya Jack Gilinsky. Dan sisanya di sebelah Nick dan di sebelah Jack G.

Dan sedihnya, sekarang aku harus membereskan barang-barangku. Karena besok jam 10:00 pagi aku harus pergi ke bandara.

Aku membawa satu fotoku bersama Shawn. Aku tak banyak membawa barang-barangku, hanya beberapa. Karena, aku kan nanti pasti akan kembali kesini.

Malam ini, aku duduk di balkonku. Aku pasti akan sangat rindu dengan balkon ini. Aku juga pasti akan sangat rindu dengan semua hal yang ada disini.

"Hey"

Aku mendongak, maenatap Shawn yang ternyata berdiri di balkonnya juga.

"Hey Shawn" kataku mengalihkan pandanganku padanya.

"Aku akan sangat merindukanmu" katanya tiba-tiba.

"Aku juga" 

"Ingatlah, jika kau rindu padaku, lihatlah langit. Karena dimanapun kau berada, sejauh apapun kau berada, faktanya kita masih satu langit" katanya tersenyum.

"Kurasa langit akan menjadi tontonan utamaku setiap malam nanti" ujarku samb tersenyum lebar.

"Sepertinya aku juga" balasnya

Tak banyak yang kami bicarakan.
Setelah itu, kami memutuskan untuk tidur. Aku kembali ke kamarku, menutup pintu kaca balkonku dan tirainya.

Aku melihat ke pojok kamarku. Di sana, tergeletak sebuah gitar.

Ingat saat aku ingin membeli gitar untuk Nick? Aku melihat satu gitar yang menarik perhatianku, dan 2 hari yang lalu aku membelinya.

Tentu saja untuk Shawn.

Specialnya, di belakang gitar itu ada tulisan 'Shaddie'.

Aku juga akan memberikannya hoodie berwarna biru alias warna kesukaan kami berdua. Di tengahnya bertuliskan 'SM'. Aku yakin kau tau apa maksudnya. Aku sudah memesan hoodie itu sejak 3 minggu yang lalu.

Hoodie itu berwarna biru dan tulisannya berwarna hitam. Itu warna kesukaan kami. Ukurannya besar, aku sengaja memesankannya besar karna aku yakin aku tidak akan kembali dalam waktu yang cepat. Aku hanya berharap hoodie itu masih pas di tubuhnya saat aku kembali.

Aku akan memberikannya besok, saat aku pergi.

Shawn's POV

Besok, 2 Desember, akan menjadi hari yang sangat menyedihkan.

Maddie akan pindah besok. Aku tak akan bisa tak merindukannya. 

Aku berbaring di kasurku, tapi tak bisa tidur. Aku tahu dia pasti akan lama sekali di New York. Mengingat ayahnya adalah orang penting di kantornya.

Bisa saja dia pergi 1 atau 2 tahun, atau bahkan lebih lama.

Aku mengambil kotak kecil di nakasku. Kotak berwarna biru yang sudah kupersiapkan. Aku membukanya dan mengambil isinya.

Sebuah gelang, gelang yang mempunyai tulisan 'Shaddie'. Aku sudah memesannya sejak mengetahui ia akan pindah. Aku harap dia menyukainya.

Aku akan memberikannya besok, saat dia pergi.

Waiting U To Be Mine [S.M]Where stories live. Discover now