Chapter 37

539 59 4
                                    

[A/N: Brooklyn Beckham and Chloe Grace Moretz on mulmed!]

Maddie's POV

Ratusan, bahkan ribuan kata keluar dari guru yang sedang menjelaskan materi demi materi di depan kelas, namun sayangnya tak ada satupun kata yang masuk ke otakku. Hell, bahkan tak satupun kata aku dengar.

Kejadian 3 hari yang lalu memang cukup membuat pikiranku kacau. Sebisa mungkin aku berlaku seperti biasa di hadapan semua orang, hatiku tetap merasakan sakit dan otakku tetap mengeluarkan pertanyaan yang sama.

Kenapa Cam bisa melakukan hal seperti itu?

Aku memang tersenyum dan tertawa di depan semua orang. Tapi ketika hanya ada seorang Shawn di depanku, aku hancur luar biasa.

Aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi sejauh ini, pikiran positiveku masih memenangi peperangan di otakku.

Cam pasti punya alasan. Itu pasti hanya ketidaksengajaan. Ia pasti tidak akan berinteraksi dengan Madison lagi. Ia kekasihku, bukan?

Tentu saja.

Well, Lily, seperti biasa, selalu punya insting yang kuat jika sesuatu sedang tidak beres. Dan ia akan selalu mencari tahu apa yang salah. Jadilah aku terpaksa menceritakan apa yang kulihat di ruang musik 3 hari yang lalu.

Lily marah. Ia hampir mengamuk ke rumah Cam, untung saja Shawn bisa menahannya.

Alasan Shawn sama dengan alasanku, kita harus tetap berpikir positive dan lihat apa yang terjadi selanjutnya. Jika selanjutnya hal ini terjadi lagi—atau Cam berinteraksi berlebihan dengan Madison lagi—maka Lily diperbolehkan untuk mengamuk ke rumah Cam.

Dan aku terus meyakini diriku, bahwa kejadian itu pasti hanya ketidaksengajaan. Cam tidak akan mengecewakanku. Pasti.

Kriingg kriingg

Aku tersadar dari lamunanku ketika bel berbunyi. Aku segera merapikan barang-barangku dengan tak bersemangat. Saat semua orang sudah keluar dari kelas, barulah aku melangkahkan kakiku keluar dari kelas.

Belum sempat kakiku menapak ke lantai untuk langkah pertama keluar dari kelas, tangan kananku ditarik oleh seseorang. Aku berakhir berdiri di depannya setelah hampir jatuh kalau tidak berpegangan pada gagang pintu kelasku.

Aku menatap perempuan di depanku kesal, "Aku hampir terjatuh karenamu!" seruku.

Sementara itu, ia malah tersenyum lebar, "Aku tidak peduli. Yang penting, sekarang, kau harus ikut aku," katanya, lalu hendak menarik tanganku lagi.

Aku menarik tanganku dan menggeleng, "Tidak mau. Katakan dulu, ada apa? Dan mau kemana?"

Lily menatapku kesal, "Kenapa banyak tanya sekali? Aku mau mengajakmu menemui apa yang tadi pagi aku temui. Jadi, kau harus ikut!" ujarnya, lalu langsung menarikku.

Dengan pasrah, kakiku mengikuti langkah Lily dengan panduan tanganku yang ditarik oleh Lily. Tak lama kemudian, kami sampai di taman belakang.

Tak banyak yang berbeda dari taman belakang seperti biasanya. Yang berbeda hanya ada seseorang yang duduk di bangku taman sendirian. Karena posisi bangku taman yang membelakangi tempatku dan Lily berdiri, aku sama sekali tidak bisa melihat siapa seseorang yang duduk di sana.

Aku mengangkat alisku heran, tak mengerti dengan tujuan Lily menarikku ke sini. Lily hanya tersenyum kepadaku sebelum akhirnya bersiul dengan nyaring, membuat seseorang yang duduk di bangku taman itu menengok ke belakang.

Mataku membulat sempurna ketika pandangan matanya bertemu dengan pandanganku. Rasanya jantungku jatuh ke perut sankin kagetnya.

"Hey there, Maddie! Miss me?"

Waiting U To Be Mine [S.M]Where stories live. Discover now