Hari 50

2.3K 187 1
                                    

Hari ini kemoterapi Natt yang pertama akan dilaksanakan. Salah satu yang harus ia jalani sebelum rangkaian pengobatan lainnya. Keluarga Natt, termasuk ayahnya baru pertama kali kulihat, datang untuk menjenguknya.

Saat pertama kali bertatapan wajah, Nyonya Havergal langsung memelukku. Menangis.
Aku menepuk-nepuk punggungnya perlahan, seolah dapat merasakan kepedihan hati seorang ibu yang cemas akan anaknya. Aku tidak bisa mengatakan kata pun, yang hanya aku bisa lakukan adalah menunggu. Dan berharap.

Natt yang terbaring di atas tempat tidur berjalan itu berhenti di hadapan kami sebelum masuk ruangan kemoterapi itu.

Garis-garis wajahnya menunjukkan ketegangan, tapi matanya memancarkan ketenangan.

Yang kutahu kemoterapi itu amat menyakitkan, bahkan menyerap energi manusia yang menjalaninya.

"Astaga, Mom. Sudah berapa kali aku menjalani hal seperti ini??" Dia tersenyum miring sambil berusaha bangkit dari posisi tidurnya.

Nyonya Havergal langsung memeluk anaknya itu erat lalu mencium wajahnya berkali-kali. Tangisannya mereda. Bukan karena ia tidak sedih lagi, tapi tangis itu hanya membuat perasaan anaknya tidak tenang. Aku melakukan hal yang sama, berusaha untuk tidak menangis di depannya.

"Kau lelaki yang kuat, Natt. Aku percaya akan hal itu," ayahnya yang menggendong Will, mengecup dahi anak sulungnya itu.

"Pasti, Dad.." Natt tersenyum. "Aye Boy, gimana kabarmu? Siapa yang menggantikanku menjemputmu tiap hari Sabtu di sekolah??"

Will dan Natt, kakak beradik yang manis itu melakukan high five (tos) dengan ceria. "Silvestre orang paling setia sedunia, Natt! Setelah kau keluar dari sini, kau harus kembali menjemputku. Tidak hanya hari Sabtu, tapi setiaaaappppp hariii!!" serunya.

Kami tertawa.

"Hmm, baiklah. Siapa takut?" Ia mengedipkan mata dan mencubit pipi adiknya itu.

"Em?" Dia menyipitkan mata, memandangku yang berdiri di belakang Keluarga Havergal.

"Kemarilah, manis.." Ayah Nathan yang ramah menarik tanganku pelan untuk mendekat pada Natt.

Aku mendekat. Menahan tangis. Entah mengapa jantungku berdegup cepat, padahal aku tahu kalau Natt pasti akan menjalani ini. Tapi ini begitu menyesakkan.

Natt tersenyum memandangku, namun tidak berbicara apapun.

"Dad.. Mom..?" Dia melirik sekilas kedua orangtuanya, mengisyaratkan sesuatu yang tidak kumengerti.

"Eh? Ohh.." ayahnya tertawa kecil lalu menutup mata Will, berjalan mudur agak menjauh. Ibunya mengangguk.

"Doakan aku ya" Natt menarikku, mencium bibirku.

Aku menerima ciuman hangat itu. Aku memeluknya, menciumnya sambil menangis.

"Aku akan selalu mendoakanmu.." Aku tersenyum, seiring jari-jari Natt yang menghapus air mataku.

"Kami selalu mendoakanmu, Nathan," lirih Nyonya Havergal.

Tak lama Dr. James datang, lengkap dengan perawat-perawat yang ahli dalam bidang ini. Berpakaian steril serba biru muda, berjalan lurus tegap.

"Kita akan masuk," Dr. James menepuk pundak Natt.

Lelaki itu mengangguk, lalu menoleh kembali pada kami, "Semoga aku tetap tampan," dia tersenyum manis.

DAYS WITH YOU | √Where stories live. Discover now