21

8.1K 487 23
                                    

JJ21/N

Jadiiii, sebelum kalian membaca, gue mau minta maaf dulu kalau banyak typo hehe. Gue harap chap yang lumayan panjang ini, bisa menghibur kalian guys.

Keep Reading!!!

-------------------------------------------
Kelly's POV

"Kelly, kamu harus belajar! Jangan bermain aja,"

Aku sedikit berteriak ketika mendapati puteriku bermain di halaman belakang. Walaupun bukan berasal dari keturunan yang sama, tapi sifat malas belajarnya benar-benar tidak jauh dariku. Apakah aku menularkan virus malas padanya? Ah! Hayalan belaka.

"Tidak mau Mam. Saya bosan belajar seperti itu. Saya. . ."

Kulihat Rita berdiri di hadapannya. Mungkinkah itu yang membuat kalimatnya terpotong? Kelly menatap Rita dengan intens dan see!

"Baiklah Mam. Saya akan pergi belajar," jawabnya akhirnya.

Aku terkikik pelan melihat reaksinya saat berhadapan dengan Rita. Sebegitu takutkah dia padanya? Itu benar-benar lucu.

"Mbak kasi pelet apa sampe mau nurut gitu?"

"Enak aja! Kamu kira aku dukun. Aku juga gatau anakmu itu jadi takut banget kalo nolak belajar di hadapanku,"

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Masih terngiang bagaimana ekspresi gadis kecil itu ketika ketakutan. Lucu.

"Oh ya, tadi Kelly cerita ke aku. . . Dia bilang kalian abis ketemu sama Wina? Serius?"

"He'em," jawabku sambil mencomot cemilannya.

"Kok bisa sih? Waah! Pengen ketemu dong~"

Aku menatapnya geli. Sejak kapan nada suaranya menjadi manja seperti itu? Hahaha apakah karena habis berkencan dengan Erika? Bisa jadi.

"Bisa dong~ Emang Mbak doang yang bisa sering-sering ketemu sama Madam,"

"Iih! Erika itu cuma temen ya. Temen. Aku dan Erika masih sama-sama suka lawan jenis. Enak aja kamu nuduh-nuduh," katanya sambil menjitak kepalaku.

Aku tak melanjutkan percakapannya. Kubiarkan saja dia berperang dengan rasa ingin tahunya. Pikiranku masih tak bertujuan.

Wina. Mamanya. Kelly. Rita. Semua orang ini sedang mengaduk-aduk pikiranku sekarang. Entah apa yang kupikirkan mengenai mereka, tapi tetap saja otakku bekerja untuk melakukan itu.

Bibirku sedikit melengkung. Masih teringat bagaimana hari ini berlalu. Masih ada rasa deg-degan dalam dadaku. Bahkan tengkukku masih merinding karena sentuhan-sentuhan yang diberikan Wina hari ini.

"Lah! Aku nanya, Key. Kok kamu malah senyum-senyum sendiri sih?"

"Gapapa lah," sahutku dan meninggalkannya sendirian di ruang tamu.

Aku berjalan pelan menuju balkon rumah. Senyumku masih setia menemani malam ini. Degup jantungku tak kunjung mereda setiap teringat kejadian hari ini.

Andai saja ketika di kantin aku tak malu-malu untuk menatapnya. Tapi, untunglah aku absen dari kelas, sehingga ada kesempatan untuk bertemu.

Terimakasih. Hanya kata itu yang terucap dari mulutku ketika menatap langit malam. Taburan bintang-bintang membuatnya gemerlapan. Mata ini masih setia menyaksikan semua kejadian di atas sana, apakah ada perubahan jumlah bintang? Apakah ada bintang jatuh? Hah! Itu hanya ilusi orang bodoh.

Aku membawa tubuhku bersandar di kursi. Mataku kututup rapat dan menikmati udara malam yang berhembus. Dingin. Ya! Malam ini sangat dingin. Apakah Wina sudah makan malam?

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang