22

7.6K 458 14
                                    

Kelly's POV

Kutatap gadisku yang tengah berkutat dengan laptopnya. Apa yang sedang dia lakukan?

Aku membawa 2 gelas minuman dingin, ku kecup pipinya sebentar dan duduk di hadapannya. Dia menatapku sekilas, lalu kembali fokus pada layar.

Kulihat ia tersenyum sembari mengetik kata-kata yang entahlah untuk apa.

"Lo buat apaan?"

"Ya buat tugas lah. Dosen gue judes amat, padahal udah ambil cuti, tapi tugasnya masih jalan aja,"

Bibirnya yang manyun membuatku tersenyum. Manja. Sifatnya itu tidak berubah, dia masih Winaku yang tak ingin repot.

"Yaudah sih, kerjain aja. Jangan gitu bibirnya, nanti jelek,"

Dia menatapku horor. Aku hanya menatapnya dengan polos. Ingin tersenyum, namun takut. Takut ia akan menghabisiku setelah ini.

"Gue ke toilet bentar ya,"

Wina mengangguk mengiyakan permintaanku. Aku berjalan pelan menuju toilet terdekat. Entah mengapa, hari ini mataku terasa sangat berat. Pikiranku tidak fokus saat menerima mata kuliah beberapa saat lalu, bahkan seseorang mengatakan wajahku agak pucat.

Kubasuh wajahku dengan perlahan. Cermin di hadapanku memperlihatkan bagaimana refleksi diriku. Titik-titik air ini menetes membasahi bajuku perlahan.

"Key!"

Aku sedikit bergidik ketika sebuah bisikan merasuk ke telingaku. Kuperhatikan cermin dengan intens, barangkali di belakangku memang ada seseorang.

Tak ada. Mataku tak menangkap satu sosok pun. Berarti hanya halusinasi lagi. Hah! Harus berapa lama lagi aku seperti ini?

Kulirik jam tangan yang bertengger di tangan kananku. 9.30, berarti 30 menit lagi puteriku akan meninggalkan kelas. Apakah Rita menjemputnya hari ini?

Kurasakaan ponsel di sakuku bergetar beberapa kali. Telpon. Nama Rita tertera disana. Apakah dia sibuk hari ini?

"Halo?"

"Key, tolong jemput anakmu ya. Aku ga bisa keluar kantor hari ini, ada beberapa client yang komplin dan harus rapat. Maaf ya,"

"Oke, nanti aku susul ke kantor ya,"

Aku menutup telpon dan kembali ke kantin. Kulihat gadisku tak lagi berkutik dengan laptopnya. Dia tengah sibuk dengan ponselnya.

"Kita jemput Kelly yuk? Mbak Rita lagi sibuk di kantor,"

Wina mengangguk menyetujui ajakanku. Kubawa tas selempangnya dan menggenggam jemarinya untuk mengikuti langkahku. Masih deg-degan. Sekian kali bersentuhan seperti ini, tak kunjung membuat detak jantungku normal. Bahkan masih terasa sangat dahsyat. Ingin kuhentikan, namun semakin keras. Ingin menenangkan diri, namun tak sanggup. Bodoh? Hm.

"Kemarin Mama nangis lagi, Key. Dia keliatan ketakutan gitu," ucapnya lirih.

Aku menghentikan langkahku dan berdiri tepat di hadapannya. Ini kesekian kalinya ia bercerita bahwa Mamanya menangis ketakutan. Aku heran, apa sebenarnya yang membuat Mama seperti itu?

"Nanti setelah jemput Kelly, kita bahas Mama ya? Nanti gue pikirin caranya supaya Mama lo ga ketakutan lagi,"

Wina menatap bola mataku. Dia tersenyum tipis. Ku sunggingkan senyuman untuk membalas lengkungan bibirnya. Dia memelukku dan kubalas pelukannya itu.

"Yaudah, kita berangkat sekarang ya?"

"Oke." jawabnya.

Wina tak melakukan pergerakan apapun di dalam mobil. Kulirik sekilas, matanya menatap lurus ke depan. Kosong. Dia sedang memikirkan sesuatu.

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang