Part 10

40.8K 1.3K 26
                                    

"Apa kamu sudah gila, Brenda??!!!" kuping Brenda sudah pengang karena teriakan-teriakan Mila.

"Apanya yang gila sih, Mila?" tanya Brenda dengan perasaan tidak bersalah.

"Kenapa kamu gak bilang kalau…kalau pria tampan itu adalah Russel?? Dan..dan dimana letak tuannya si Russel itu?" tanya Mila sewot sambil mondar mandir didepan Brenda. Mereka sekarang sedang duduk di ruang tamu.

"Dia...dia memang sudah tua, umurnya sudah tiga puluh tahun, Mila." Brenda mencoba membela dirinya.

"Iya..tapi...tapi dia tidak setua yang kamu ceritakan dan aku bayangkan, Brenda. Oh tuhan, apa matamu itu sudah rusak, hah?! Kamu gak liat apa, betapa tampan dan sempurnanya Russel itu?!!" ucap Mila sambil matanya berbinar-binar menunjukan kekagumannya.

Brenda mengerucutkan bibirnya merasa tidak suka, "Kenapa sekarang kamu sepertinya membela dia. Yang sahabat kamu itu kan aku, bukan om-om tua itu!"

"Brenda. Dia bukan om-om tua, dia itu om-om tampan. Oh astaga, aku merasa tidak enak karena sudah mengatai dia." ucap Mila menunjukan rasa tidak enaknya, membuat Brenda memutar bola matanya.

"Hey, kau tidak memikirkan aku?? Aku pasti akan dihabisi oleh Russel karena mulut mu itu, Mila."

"Itu salahmu sendiri. Lagian kamu bilang kalau Russel dirumah mu itu orang tua menyedihkan yang belum menikah-nikah, jadinya aku bilang yang kamu ucapkan. Udah, kamu tinggal minta maaf saja, pasti akan langsung dimaafkan."

'langsung dimaafkan?? langsung dibunuh lebih tepatnya.' ucap Brenda dalam hatinya, sambil mengendus kesal.

"Lagian apa mata dan selera laki-laki mu sudah rusak, hah? Kenapa pria setampan Russel kau sebut pria tua menyedihkan??!" tanya Mila lagi dengan penasaran.

"Sudah ku bilang berulang kali, Mila. Dia itu memang om-om tua menyedihkan, kalau dia merasa tampan harusnya dia sudah memiliki keluarga sekarang diumurnya yang sudah ketiga puluh tahun."

"Kalau gitu aku mau jadi pengantinnya. Aku jadi membayangkan betapa sempurnanya tubuh Russel itu. Apa kamu perlah melihat tubuh telanjang Russel??" ucap Mila sambil menjatuhkan pantatnya di sofa sebelah Brenda, sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan kalau dirinya menjadi pendamping Russel.

Brenda membelalakan matanya kearah Mila, wajahnya pun menjadi kemerahan, "Kau benar-benar sudah gila Mila. Kalau aku sih gak akan mau menikah dengan om-om sok kecakepan itu. Mengenai badannya, eemm, itu tidak penting bagiku."

"Brenda, kau memang aneh." ucap Mila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mila lalu melihat jam tangannya dan berkata, "Okey Brenda sayang, aku harus pulang sekarang." Mila bangkit dari duduknya.

"Hey, kenapa kamu udah mau pulang. Lalu bagaimana nasibku??" tanya Brenda sambil menunjuk kearah wajahnya sendiri.

"Oh ayolah Brenda, kamu pasti bisa menghadapinya. Aku kira Russel bukan tipikal orang yang kasar, kamu pasti bisa menghadapinya." ucap Mila sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu bergegas pergi dari rumah Brenda.

********************

Brenda terus saja mondar mandir diruang tamu memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Ia sudah mengganti pakaiannya, menggunakan pakaian pelayan kembali.

'apa yang akan Russel perbuat ya? apa dia akan memberikanku hukuman? apa..apa dia akan mengusirku dari sini?' kepala Brenda dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang ia pikirkan. Sampai mobil Russel memasuki pekarangan rumahnya, membuat Brenda terlonjak kaget lalu bergegas lari menuju dapur.

"Nona, nona kenapa?" tanya Emma yang melihat Brenda berlari kearah dapur.

"Ah, aku...aku tidak apa-apa." ucap Brenda masih mondar mandir didepan Emma yang sedang membuat makan malam untuk Russel, sambil menggigiti kuku tangannya karena panik.

Rudyard HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang