3. Perjodohan

1.2K 84 11
                                    

"Maaf mungkin anda salah sambung, pemilik ponsel ini bukan Joshua" jawab Juliann dengan menggunakan bahasa korea formal.

"Tidak mungkin salah nomor, aku yakin"

"Maaf ini bukan orang yang anda maksud" Tanpa pikir panjang Juliann memutuskan sambungan tanpa permisi. Dia malas membuang-buang waktu percuma dan melemparkan ponsel di meja kerjanya.

Ponsel itu berdering lagi dan tertera nama kontak si pemanggil, Wonwoo. Juliann mengernyitkan dahi heran. Sejak kapan dia memiliki kolega yang bernama Wonwoo? Setelah 3 panggilan tak dijawab, Julian mulai penasaran dan perasaannya mulai tak enak mengingat kejadian tadi pagi. Ia mengambil ponselnya dan melihat-lihat isinya. Firasatnya benar, ponselnya tertukar dengan pria yang bertabrakan dengannya tadi. Juliann menepuk dahinya. Sial! Pikirnya. Harusnya dia memeriksanya dulu sebelum mengambil ponsel. Juliann memijit dahinya, tidak mungkin sempat untuk mencari pemilik ponsel ini. Dan beberapa menit lagi ia akan menghadiri rapat bersama karyawannya.

Seorang wanita muda mengetuk pintu ruang kerja Juliann dan masuk, dia adalah asistan Juliann.

"Nona, sekarang waktunya rapat" wanita itu memberitahu Juliann.

"Ya, aku segera kesana" angguk Juliann

Juliann meninggalkan ponsel itu di meja kerjanya dan langsung bergegas ke ruang rapat.

Di lain tempat Joshua sedang duduk di cafe ditemani laptop dan secangkir americano. Jemarinya bertap-dance ria diatas keyboard. Suasana cafe yang sunyi sangat mendukung aktivitasnya yang sangat butuh kosentrasi.

"Selesai!" ucapnya lega.

Joshua meregangkan jari-jarinya dan bersandar pada sofa. Badannya pegal-pegal, lingkar matanya jelas terlihat karna kurang tidur. Ia menyesap secangkir americanonya. Meskipun ditemani minuman serba kopi yang katanya mengurangi rasa kantuk namun bagi Joshua tetap tak ada efeknya. Joshua menyandarkan punggungnya di sofa sambil melipatkan tangan di dadanya. Matanya terpejam demi melepaskan penat. Tak lama dengan posisi nyamannya, ia menyadarkan dirinya. Teringat akan kerabatnya yang janjinya akan menelfon namun sampai saat ini ponselnya tak berdering sama sekali. Ia merogoh saku di jasnya mengambil benda berwarna gold itu. Namun ada yang beda dengan screenlocknya. Ia mengerjapkan mata takut-takut dia salah lihat. Di layar nampak selca gadis berambut pirang memakai floopy hat dan dibelakangnya terlihat suasana pantai. Dia terheran dan menggeledah isi ponselnya. Dan ya! Ia menduga ponselnya telah tertukar. Tak masalah baginya, toh itu hanya ponsel. Bila ada yang penting asistannya bisa menyampaikan dengan langsung. Lagipula kali ini dia tak mau berurusan dengan rutinitas kerjanya, sebab itu dia menyelesaikan pekerjaan secepatnya. Dan sesuai harapan pekerjannya selesai. Sekarang waktunya liburan di Amerika. Sebenarnya tujuan utamanya bukan untuk berlibur dan berhura-hura. Dia mengunjungi orang tuanya yang tinggal disini. Dan ada urusan keluarga yang ingin disampaikan ayahnya. Tak apa... yang penting dia bisa memiliki lebih banyak waktu untuk refreshing disini. Dia bergegas pergi dari cafe dan menelusuri tempat-tempat yang ia mau.

Malamnya Juliann pulang. Segera ia melepaskan sepatunya dan langsung merebahkan tubuh di kasur empuknya. Matanya terpejam sebentar. Terdengar suara ketukan pintu dari luar yang membuyarkan lamunannya.

"Ya.. masuk! Tidak dikunci"

Bibi Jang masuk. "Nona sudah makan malam?" tanya wanita itu.

"Belum bi, aku belum sempat makan" jawab Juliann.

"Baiklah, mau makan dibawah atau bibi bawakan?"

"Dibawakan saja bi kalau bibi tak keberatan"

"Yasudah, noona mandi dulu. Bibi akan buatkan makanan yang enak untuk nona" Bibi Jang senang jika Juliann makan dirumah terlebih lagi yang memasaknya adalah dia sendiri.

JuliannHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin