Si Ungu Pembawa Petaka

542 30 6
                                    

a.n.: Hai, aku balik lagi. Selamat tahun baru 2016. Semoga semuanya menjadi lebih baik ke depannya. Makasih buat yang udah follow, yang udah baca cerita-cerita di lapakku dan memasukkannya ke reading list-nya. Thanks ya, Gaesh. It's mean a lot for me.

Yuk, mari dilanjut baca kisahnya neng Ellena sama akang Nugie :))

Happy Reading. Jadilah Reader yang berbudi ya gaesh :***

Thankiss

--Morlz407--

***


Ellena melangkahkan kakinya dengan ringan. Ia baru saja turun dari busway, dan harus berjalan setidak-tidaknya lima ratus meter dari halte untuk sampai ke rumah. Jika Ellena yang dulu akan mengeluh dan langsung membombardir Enggar agar segera menjemputnya sepulang dari kantor, maka Ellena yang sekarang lebih memilih berjalan santai sambil menyumpalkan headset ke lubang telinganya. Gadis itu sesekali mengguman tidak jelas mengikuti alunan lagu yang mengalun melalui headsetnya.

Well, Move on nggak semengerihkan itu, bisik hati Ellena. Ia beberapa kali melemparkan senyum pada beberapa pejalan kaki yang ditemui. Satu hal baru yang dahulu tidak pernah Ellena lakukan. Let me introduce, New Ellena's here! Gadis itu mencoba untuk bahagia, setidaknya mencoba memperlihatkan pada orang-orang di sekitarnya, bahwa Ellena yang cengeng dan kekanakan sudah berganti dengan Ellena yang ceria dan dewasa. Ia terkekeh karena pemikirannya sendiri.

Suara klakson mobil dari belakang tubuhnya membuat Ellena bergegas menyingkir. Ia menggerutu dalam hati karena menurutnya ia sudah berada di bahu jalan. Tidak akan mengganggu sekali pun mobil itu ingin menepi.

Tin.. Tinn...

Lagi-lagi Ellena menyingkir. Namun, sepertinya pengemudi mobil itu tidak akan berhenti menyalakan klaksonnya sampai Ellena berhenti dan mendatanginya. Harapan si pengemudi mobil tidak terkabul. Ellena dengan langkah cuek berbelok ke arah minimarket dua puluh empat jam yang terdapat di ujung komplek rumahnya, alih-alih mendatangi si pengemudi mobil dan menegurnya.

Pengemudi mobil itu menggeram kesal, lantas memutuskan untuk menunggu sampai gadis bengal itu keluar dari minimarket. Begitu sepeluh menit berlalu namun si gadis tidak kunjung keluar dari dalam toko, pengemudi mobil itu memilih turun dari mobil dan menghadang gadis itu di depan pintu masuk toko.

***

Ellena baru saja menghitung uang kembalian dan sibuk memeriksa nota belanjaannya saat merasakan ada yang menghalangi jalannya. Ia cepat-cepat memasukkan dompet, uang kembalian serta nota belanjanya ke dalam kantung belanjaan begitu saja lantas mendongakkan kepala. Matanya membola begitu menetahui siapa yang kini tengah berdiri di depannya.

"Aku pasti sudah berubah jadi gila sekarang," desisnya jengkel lantas menabrak paksa orang yang menghalangi jalannya itu. Logikanya, jika itu hanya bayangan maka tidak akan masalah jika ia menabraknya.

"Ellena..."

Gadis itu tetap berjalan lurus tanpa menghiraukan panggilan-panggilan yang terasa nyata di telinganya itu. Oh Tuhan, kenapa moodku bisa berubah secepat ini? rutuknya kesal dalam hati. Urat-urat merah nampak muncul di bola mata Ellena. Kenapa mendengar suaranya saja terasa menyakitkan?

"Ellena!" sebuah tangan menyentak pundak Ellena hingga ia berbalik dan menghadap seorang pria yang tiba-tiba saja sangat ia benci. Ia membenci dan merindukan pria ini pada saat bersamaan. Bagaimana ini bisa terjadi?

"Siapa Ellena?" desis gadis itu. Ia mengibaskan tangan yang masih berada di pundaknya itu dengan penuh tenaga.

"Ellena, jangan kekanakan!" bentak pria itu dengan nada penuh emosi.

[NUGIE-ELLENA] EVANESCEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin