PART 8 (re-Upload)

6.5K 472 10
                                        

"Ra ayo dong cerita, daritadi bilangnya nanti-nanti terus, gue udah mulai ngantuk nih." Ucap Dwi yang terkapar diatas boneka sapi berukuran sama dengannya.

"Oke, oke, gue beresin ini dulu baru cerita." Nara berniat kembali mengulur-ulur waktu dengan modus beres-beres.

"Udah biarin aja, itu bisa dikerjain nanti. Gue tau lo ngulur-ngulur waktu dari tadi?"

"hehehe..." Nara hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sekarang lo duduk, dan ceritain dari awal." Sisca menarik tangan Nara agar dia kembali duduk diatas karpet bulu-bulu bermotif kulit sapi.

"Gue bingung nyeritainnya dari mana." Nara menggaruk-garuk kepalanya.

"Garuk-garuk mulu lo, kutuan?" Sisca memukul kepala Nara dengan bantal.

"Oh ia ra, soal lo pergi ke salon dan minta gue bawain dress hitam apa itu ada hubungannya sama ini semua?" Dwi teringat sesuatu.

"huum." Nara menganggukan kepala sambil memanyunkan bibirnya.

"Berarti waktu itu lo mau ketemu Aris? Sejak kapan lo deket sama dia? Jahat banget ga cerita sama kita. Biasanya kalau ada yang ditaksir, lo pasti heboh cerita ke kita." Dwi duduk bersila dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Gimana mau cerita, orang kenalnya juga baru beberapa hari yang lalu."

Nara memainkan jari-jarinya.

"Ya Tuhan, jadi lo baru kenal beberapa hari udah dibawa ke kantornya dan diajak berbuat mesum." Sisca menutup mulutnya,tidak percaya sahabatnya yang galak terhadap laki-laki bisa berbuat seperti itu.

"SIAPA YANG BERBUAT MESUM!!!" Nara berteriak dan mencubit pinggang Sisca.

"Aw aw aw, oke oke tapi tadi lo ngapain tindih-tindihan di sofa kantor? Kuda-kudaan?" Sisca tersenyum jail pada Nara.

"Ini tuh ga seperti yang kalian kira." Nara sebal sendiri dibuatnya, bahkan matanya mulai berkaca-kaca.

"Ya ga usah nangis, itu normal kali ra. Makanya ceritain, biar kita juga ga salah paham." Sisca merangkul Nara yang sudah siap menumpahkan air matanya. Nara memang mudah nangis ketika kesal dibanding ketika sedih.

"Cengeng lu." Dwi mencubit pipi Nara gemas.

"Ini juga gara-gara lu wi." Nara terisak sambil terus berusaha menghapus air matanya.

"Lah, kok gara-gara gue?"

"Ialah, coba kalau lo ga nyaranin ide gila itu mungkin gue ga bakal kejebak dalam situasi sekarang." Nara menyembunyikan wajahnya diantara kedua pahanya.

"Saran apa sih?" tanya Dwi bingung.

"Ia apaan sih?" timpal Sisca.

"Soal cari suami di social media, gue ngelakuin itu. Gue ganti profile di akun twitter, dan bilang kalau gue lagi cari suami CEO. Tapi gue sadar ide itu terlalu gila, dan orang bakalan beranggapan lain soal gue makanya gue berniat menghapusnya tapi terlambat, sudah ada yang tertarik dan orang itu adalah Aris."

"Terus-terus?" Dwi dan Sisca begitu antusias mendengarkan.

"Akhirnya kita ketemu,awalnya aku takut kalau dia itu penipu atau mucikari yang mau jual gue ke luar negeri."

"Jadi lo ga hafal kalau dia anaknya pak Wisnu?"

"Kalau gue tau ga bakalan mau ketemu kali Sis malu, kesannya gue kayak yang jual diri banget tapi kedoknya dinikahin kan. Tadinya gue ga bakal jadi ketemu, tapi gue penasaran soalnya di fotonya ganteng banget."

CALL!! Aku MemilihmuWhere stories live. Discover now